Friday, December 21, 2012

Ada apa dengan angka?

0 comments
Ada Apa dengan Angka?
Dalam kehidupan manusia angka di gunakan sebagai tolak ukur penghitungan. Kadang angka juga yang membuat orang bahagia atau frustasi. Angka juga yang menjadikan deret harta makin kelihtan banyak. Angka juga yang akan membutakan manusia untu korupsi. Bayangkan saja ketika di hadapkan angka 1.000 dan ketika di hadapkan dengan angka 1.000.000.000? jawab sendiri saja dalam nurani anda masing-masing.
Namun yang menjadi perhatian saya ketika melihat angka yakni ketika orang salah kaprah menyimpulkan bedasarkan angka. Barang kali manusia saat ini terlalu over mengangkakan semua aspek kehidupan. Semua yang diangkakan kemudian menghasilkan hasil yang disimpulkan sendiri berupa bahagia dan kecewa. Hal semacam ini yang sering terjadi di sekitar kita. Kita cenderung memiliki gagasan hitung-hitungan yang rendah terhadap kualitas hidup kita.
Bayangkan saja angka 4 dan 9 dalam penilaian ini bisa jadi momok yang menakutkan bagi seorang siswa. Ketika kita mencoba mengkomparasikan angka tersebut di tataran kesimpulan hasil. Nilai 4 bagi yang orentasinya pada hasil itu hal yang memalukan dan buruk. Nilai 9 itu hal luar biasa dan hebat. Namun bagi mereka yang berorentasi pada proses belum tentu siswa yang emiliki nilai 4 itu buruk, belum tentu juga yang nilai 9 itu hebat.
Banyak sekali hal sepele yang ada di sekitar yang kita simpulakan dengan angka-angka sebagai patokan akhir. Angka yang mimiliki nilai tertinggi dianggap sebagai hal yang luar biasa. Dalam cakupan harta misalnya orang yang memiliki nilai harta yang tinggi dianggap memiliki kebahagiaan yang tinggi pula. Sedangkan yang miskin tidak hidup bahagia. Pemahaman yang keliru seperti ini yang membuat jarak antara yang miskin dan yang kaya makin terasa. Ataupun yang pintar dan yang dianggap bodoh makin nampak jelas. Ini tentu akan menjadi masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
 Masyarakat yang sudah memandang segala hal dengan cakupan dan ukuran angka cenderung mengkebiri kwalitas. Padahal kwalitas seseorang dalam menjalani kehidupan tidak hanya angka yang menjadi tolak ukur dalam menilai. Kita mesti mau membuka cara pandang kita ketika mau menilai seseorang dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sehingga tidak asal menyimpulkan dari hitungan angka-angka belaka.
Seorang karuptor dengan harta melimpah secara angka, apa dia juga memiliki kebahagiaan yang tinggi juga? Si pemulung dengan hidup pas-pasan apa tidak memiliki kebahagian yang tinggi juga? Belum tentu. Maka dari itu kita perlu lebih hati-hati lagi dalam menyimpulkan suatu hal berdasarkan nilai atau angka. Jangan sampai kita sebagai orang yang melek pendidikan tampak bloon di hadapan orang yang memiliki kualitas hidup yang tinggi.

0 comments:

Post a Comment