Thursday, December 13, 2012

Air itu bukankah Berkomunikasi Juga?

0 comments
Entah apa yang membuatku begitu tertarik dengan air sepanjang hari ini. Aku  memulai memahami air dari air mata yang aku teteskan pada sepertiga malam terakhir hingga waktu subuh dan sampai pukul 05.00 Pagi. Iya malam itu aku bermimpi orang yang begitu berarti di kehidupanku tutup usia. Dalam mimpiku aku bermimpi ibu meninggalkan kita(aku dan keluargaku) untuk selamanya. Mimpi itu begitu menakutkan sampai semua badan terasa begitu lemas dan tak bertenaga ketika ku mencoba membangunkan ragaku yang terlentang dan air mata yang belum kering. Dan sadarku aku berdoa semoga Tuhan memberikan umur panjang , rezeki yang berlimpah ruah untuk ibuku dan keluargaku.

Diawali dari mimpi itu aku mulai kelihatan seperti si cebong kehilangan arah (tampak bloon). Aku menlani hari itu seperti kehilangan kesadaran. Aku seakan hancur tercabik kesedihan yang ku rasakan padahal itu hnayalah sebuah mimpi. Apapun itu baik atau buruk mimpi akan tetap menajadi mimpi. Namun apakah bukan pertanda juga? Aku sebenarnya tak peduli yang ku tau mimpi buruk datang dari syetan. Dan selain itu aku menyakini tiada pertanda atau apapun yang datangnya dari sebuah mimpi. Aku mencoba menertawakan nya meskipun jujur aku takut sekali.

Seperti layaknya air harusnya ku mampu mengkondisikan hidup ini dengan ketenangan. Apapun yang sedang terjadi harus menjadikanku lebih membaikan kehidupanku. Ekspektasinya kelak aku akan membuat ibuku tersenyum dan berkata "mama bangga dengan mu nak". Karena tiada lagi yang bisa dilakukan manusia dalam menghadapi masalah selain menghadapinya dengan tenang dan santai saja. Iya karena apa yang memang sudah di berikan kepada kita memang harus dengan legowo kita terima.

Air hujan hari ini tersa begitu berbeda, aku menikmati tetesannya dengan perasaan tenang. Rintik nya membentuk pola sederhana nan menawan . Gemuruhnya langit membentuk aluan nada-nada bak genderang yang dipukul dengan pola yang begitu indah. Berjatuhan nya air hujan dengan pola seperti itu tampak indah karena setahuku air selalu jatuh membentuk pola garis lurus ke bawah. Namun ketika ku perhatikan air itu memiliki kemiringan kira-kira 20 derajat. Aku yakin itu bahasa air yang mungkin sengaja ingin berkomunikasi dengan ku saat siang itu.

Selelsai sholat di Masjid aku masih memperhatiakan rintikan hujan yang kini makin deras dengan butiran yang tampak gede-gede. Angin mengatarkan air itu dipelupuk tanganku dan dengan mata merah menanhan air mata aku sampaikan doa kepada Tuhanku untuk membaikan kami di kondisi apapun. Aku meneteskan air mata bukan karena aku merasa dekta namun aku merasa jauh dari Tuhan namun ku selalu berharap. Disamping itu juga rasa kangen mama, adik-adiku, ayahku dan lain-lain membuat susana saat itu benar-benar menjadi sunyi. Bising kendaraan tergantikan oleh rintik hujan yang makin deras dan rasanya aku ingin berlari di hujan agar tiada yang tahu kalau saat itu aku menangis.

Dalam perjalan pulang setelah reda aku masih menyium betapa segarnya alam ini setelah hujan itu turun. Alam seakan terlihat tenang, sunyi dan adem. Air keruh sekitar sungai yang kulewati terlihat coklat pekat. Air mulai naik karena bingung untuk menemukan jalan menuju pusaran bumi. Dan tampak air itu sengaja berkomunikasi dan menunjukan tarekat hidup dan khidupan ini.

selamat malam, Mamaku, adik-adiku, Ayahku dan orang-orang yang ku sayangi semoga Allah menjaga setiap langkah dan kehidupan ini. 

0 comments:

Post a Comment