Jika Kamu di Berikan Rasa yang Sama Seperti Aku?
Manusia
memang sering diliputi rasa iri, sombong, dengki dan pernyakit hati lainya. Untuk
masalah yang kecil saja terkadang kita terjebak di sebuah perasaan yang tidak
seharusnya perlu dirasakan. Berbagai masalah sering semakin membesar ketika
kita mencoba membandingkan ke orang lain. Bagaimana tidak semakin besar kita
cenderung tambah meluap-luap mengapresiasikan emosi kita. Kita mulai mencari
alasan andai ini rasa kamu, andai kamu diposisiku dan lain sebagainya.
Kadang
memang manusia cenderung bodoh untuk bermain peran. Rasa egois dan mau menang
sendiri seperti ini yang membuat kita semakin naif merasakan apa yang dirasakan
orang lain. Kita seakan mati rasa mencoba untuk hadir ke dalam derita dan duka
yang orang lain rasakan. Dengan berbagai alasan
mereka akan berlari menghindar dari derita.
Saya
sendiri kadang masih enggan untuk bisa hadir di derita orang lain. Namun setidaknya
saya telah menyadarinya. Namun ketika kita sudah tidak mampu hadir kemudian kita
cenderung mengabaikan dan tidak mau menyadarinya yang ada kita semakin egois
bukan? Semakin kita egois semakin beku hati kita untuk membahagiakan orang
lain.
Mereka
yang menutup hati untuk berganti posisi merasakan derita orang lain cenderung
hidup semaunya. Segala apa yang diinginkan harus di penuhi. Ketika tidak
dipenuhi berkesan bijak kemudian menggerutu atau bisa langsung mutung tanpa
alasan.
Kwalitas
hidup masing-masing orang memang berbeda-beda namun setidaknya kesadaran mau
belajar akan menjadikan manusia lebih bijaksana. Lebih mau hadir, lebih mau
menghibur orang lain dengan candaannya. Namun kenyataanya di era yang semakin
tidak ada arahan ini kwalitas hidup manusia semakin menurun.
Kemampuan
untuk respect dan kemampuan untuk hadir itulah yang kini juga sedang saya
rasakan. Entah apa sebabbnya orang yang ada di dekat saya makin bodoh saja
bermain dan ikut hadir di derita kita. Apa saya yang makin tidak mau hadir atau
mereka yang tidak terbiasa hadir merasakan derita orang lain. Tapi entahlah,
semoga dengan sendiri pun aku bisa berlari mengejar momentum.
0 comments:
Post a Comment