Jangan Focuskan pada
Bercak tinta itu.
Pepatah zaman
dahulu bilang gajah di pelupuk mata tak terlihat semut di ujung lautan
terlihat. Ini menggambarkan kondisi masyrakat saat ini. Masyarakat sekarang
lebih suka mengkorek-korak kekurangan orang lain ketimbang kelebihannya. Pola
piker semacam ini agaknya sudah mengakar di benak masyarakat yang katanya
rama-ramah ini. Orang berbuat baik di negeri ini di curiai, berbuat salah
dihakimi seenaknya sendiri. Cara pandang masyarakat negeri ini rasanya memang telah
terpengaruh pola pikir dangkal dan instan dalam menyimpulkan suatu perkara atau
hal.
Masyarakat
bangsa ini juga rasanya enggan untuk mau melihat potensi masing-masing orang.
Sehingga semakin hari nasib negeri ini semakin tidak tentu. Bayangkan saja korupsi
hampir terjadi disemua sistem pemerintahan negeri ini. Dari tinggkat RT sampai
pejabat yang nota bene memiliki pendidikan tinggi namun bermoral rendahan. Akhir-akhir
ini nasib persepakbolaan tanah air kembali di terpa masalah sanksi FIFA, semua
itu sebenarnya mereka yang berkisruh hanya mau melihat keurukan hanya mau
melihat semut. Padahal jika mau melihat gajah di depan mata hal semacam ini
dapat terhindarkan. Yang menjadi korban bukan hanya potensi anak muda namun
harga diri bangsa. Potensi anak negeri ini mau sampai kapan terpendam? Mau
sampai kapan para petinggi negeri ini mau sadar dan menerapkan demokrasi yang
sesungguhnya. Yakni dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Pandangan yang
hanya mau melihat keburukan tanpa mau melihat kebaikan ini telah menginfeksi
kaum muda juga. Bisa kita lihat makin maraknya kasus tawuran antar pelajar,
pembunuhan dan perampokan yang di lakukan anak usia belasan.hanya karena
masalah sepele mudah sekali tersulut emosinya. Dendam pada dasarnya kurang mau
membuka melihat gajah tadi. Ya berupa kebaikannya, atau jasanya. Tawuran,
perampokan yang ada di pikiran mereka hanya melihat yang namanya kekeurangan,
dia seperti ini, sekolah ini seperti ini. Sehingga temperamental akan dengan
mudah bergejolak jika yang kita pikirkan hanyalah kekuaran satu sama lain. Ini merupakan suatu problema yang mestinya
kita hadapi bersama-sama. Semua stackholder dan kalangan masyarakat bahu
membahu menjadi control agar kedepannya anak negeri ini tidak semakin parah
kebobrokan moralnya.
Negeri ini
rasanya sudah di puncaknya kebejatan moral, dan saya harap memang seperti itu.
Dan kedepannya tidak ada lagi kebobrokan-kebobrokan lainya yang membuat pertiwi
ini menangis darah. Cukup sampai di sini saja dan kembalilah ke posisi semula.
Dimana negeri ini sebagai kibletnya budaya ramah tamah, sopan santun, toleransi
dan saling menghargai satu sama lain. Budaya menghargai satu sama lain inilah
yang akan memunculkan gajah yang di pelupuk mata tadi sehingga kehidupan
bermasyrakat berbangsa dan benrnegara berjalan harmonis dan selaras dengan
cita-cita leluhur. Menjadikan Indonesia raya jaya, menjadikan Indonesia raya
makmur. Jika sduah speerti ini kita mampu hidup saling berdampingan satu sama
lain, tanpa mempedulikan kamu kurang ini atau itu. Semuanya saling melengkapi
satu sama lain. Itulah prinsip hidup bermasyarakat.
0 comments:
Post a Comment