Thursday, January 17, 2013

Misteri dibalik Fungsi Cermin

2 comments


Siapa sangka barang yang hampir setiap hari kita pandangi yaitu cermin memiliki misteri yang begitu luar biasa. Cermin barang yang terbuat dari Aqua DM, Perak, sodium Tratat, amonia, Kertas saring, Lembaran kaca. Dari bahan-bahanitulah kemudian terbentuk yang namanya cermin yang sering kita gunakan untuk melihat wujud asli kita. Malah bagi yang sangat perfectionis dengan wajah atau penampilanya kemana-mana selalu membawa cermin. Bisa dibayangkan berapa permenit dia melihat diriya di cermin.
Cermin itulah yang membuat suatu mindset percaya diri, merasa cantik (bagi wanita), merasa cakep (bagi cowo). Tidak jarang juga orang kelihatan konyol hanya gara-gara cermin ini. Mungkin anda dan saya sering mengalami kejadian ada cermin jatuh dikelas (yang sekolah, kuliah) atau di tempat kerja. Bagaimana tidak malu dan kelihatan konyol semua mata akan tertuju ke kita sambil mencibir dalam hati “dasar genit, kecentilan, sok cakep/sok cantik dlsb”. Padahal kalau kita mengkecilkan perspepsi kita itu hanya objek (barang) mati, sama seperti pulpen yang jatuh atau buku. Tapi karena mindset kita dan pola piker kita hanya merujuk pada fungsi akhirnya terjadi semcam itu, gumun (heran).
Entah karena persoalan apa yang menjadi dasar kenapa manusia begitu senang bercermin dan melihat dirinya sendiri. Sebenarnya bercermin itu baik agar kita bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang di berikan. Namun ketika yang terjadi adalah kesombongan semata itu yang salah kaprah. Bercermin hakekatnya untuk berhias atau memperindah diri. Karena Tuhan sendiri Indah dan suka dengan keindahan. Tentunya selanjutnya kita semestinya menyampaikan rasa syukur kita atas nikmat ini.
Saat kita bercermin pernah tidak kita berpikir, kenapa di cermin itu serba terbalik? Kenapa tangan kanan kita ketika di cermin malah jadi tangan kiri, bukan itu saja hampir semua tubuh kita jadi terbalik. Kecuali kepala kita yang tidak jadi di bawah, bahaya kalau seperti itu. Karena memang cermin tidak membalik arah yang horizontal atau vertical. Menurut yohanes surya kenapa saat bercermin itu kanan terlihat di kiri dan sebaliknya? karena kita terbiasa bicara dengan lawan bicara kita secara berhadapan. Ketika kita berhadapan, bagian kiri kita sejajar dengan bagian kanan lawan bicara kita dan sebaliknya. Jadi, ketika bercermin, se-olah-olah kita berhadapan dengan ”lawan bicara”, sehingga timbullah persepsi bahwa telah terjadi pembalikan kiri-kanan.
Jawaban itu memang nyata adanya namun saya mau sedikit menjelaskan kenapa bisa seperti itu. Blind analysis saya mengatakan ketika kita menhadap cermin kemudian melihat hal semacam itu itu sebenarnya pertanda untuk kita agar belajar sadar. Cermin itu kan bercermin atau melihat diri kita, atau ngaca. Kata ngaca ini yang sering di gunakan orang-orang ketika mengumpat orang lain “ngaca dulu kamu itu siapa?, ngaca dulu sana sudah bisa belum? ” dan lain sebagainya. Berarti secara tidak langsung bisa di tarik suatu kesimpulan esensi bercermin itu menilai, introspeksi diri kita. Kalau umpamanya tanagn kanan analoginya perbuatan benar. Jadi kita jangan terlalu berbesar hati, berhati tinggi dengan kebenaran kita. Karena barang kali ketika kita berusaha menilai diri itu masih berada di kiri atau belum di katakana kebenaran. Begitupun sebaliknya jangan menilai orang lain dari apa yang kita anggap salah siapa tahu itu juga benar. Jadi intinya bercermin juga harus memiliki nilai fungsi bersadar diri. Ojo rumongso biso nanging kudu biso rumongso ().
Selaian untuk bercermin pada hakekatnya juga bisa sebagai alat memotivasi diri sendiri. Banyak orang besar yang berbicara dan memandangi diri sendiri di cermin sebelum berorasi. Karena tatkala di cermin kita dapat dengan luluasa melihat mimic wajah kita, eye contact kita, atau bahasa non verbal lainya. Sehingga ketika kita hendak langsung mempraktekan kita sudah lebih siap dan terkontrol. Disamping itu juga ketika kita mencoba memotivasi diri di cermin sepanjang hari kita akan lebih bersemangat. Salah seorang sahabat saya kalau pagi hari selalu memotivasi dirinya dengan berkata “aku bahagia, aku senang, hore-hore” kemudian senyum sambil berdoa untuk mengawali hari. Harus anda tahu sepanjang hari itu sahabat saya bilang begitu bersemangat. Ini contoh mampu menggunakan alat yang bernama cermin untuk hal yang sepele tapi berdampak luar biasa. Anda mungkin bisa menggunakan cara sahabat saya itu. Hari pertama memang terasa sedikit aneh, apa lagi anda melakukannya baru bangun bisa saya pastikan anda tertawa melihat wajah anda. Kemudian anda akan merasa lebih segar dan di tambahi kata-kata yang di contohkan sahabat saya itu. 
Fungsi cermin yang kali ini sebenarnya sudah saya praktekan sejak zamannya SMA. Entah kenapa banyak orang yang suka ngobrol dengan saya padahal saya sendiri memiliki tumpukan masalah. Namun saya mencoba sok bijak dan sok mampu alhasil saya kadang sering memberikan hal yang bagi orang lain sepele tapi lumayan manjur (ampuh). Karena saya juga sering mempraktekannya sendiri. Iya menggunakan cermin ketika anda marah, mangkel, dongkol, males atau emosi negative lainya. Ketika anda sedang marah cobalah bicara di cermin pandangi wajah anda, liat wajah anda baik-baik anda dengan sendirinya akan tersenyum. Dan perlahan marahnya berkurang lebih cepat. Ketika anda nangis sedih, lihat saja wajah anda di cermin anda pasti bisa tertawa. Tapi kurang tahu kalau perasaan anda sudah ditutup itu sih sulit untuk ketawa, bahkan mungkin cermin sudah anda lempar dan hancur berantakan.
Hal kecil dari fungsi cermin ini memang terkesan sepele bahkan mungkin bagi anda cara konyol. Namun bukankah untuk membangkitkan kesadaran kita perlu sadar diri dulu, kenali diri sendiri dulu, orang lain dan dengan sednirinya akan kenal Tuhan? Semoga kita lebih bisa menjadi manusia yang dari hari ke hari terus meningkatkan kesadaran kita untuk terus memperbaiki diri.


2 comments: