Siapa sangka barang yang hampir
setiap hari kita pandangi yaitu cermin memiliki misteri yang begitu luar biasa.
Cermin barang yang terbuat dari Aqua DM, Perak, sodium Tratat, amonia, Kertas saring, Lembaran kaca. Dari
bahan-bahanitulah kemudian terbentuk yang namanya cermin yang sering kita
gunakan untuk melihat wujud asli kita. Malah bagi yang sangat perfectionis dengan wajah atau penampilanya kemana-mana
selalu membawa cermin. Bisa dibayangkan berapa permenit dia melihat diriya di
cermin.
Cermin itulah
yang membuat suatu mindset percaya diri, merasa cantik (bagi wanita), merasa
cakep (bagi cowo). Tidak jarang juga orang kelihatan konyol hanya gara-gara
cermin ini. Mungkin anda dan saya sering mengalami kejadian ada cermin jatuh
dikelas (yang sekolah, kuliah) atau di tempat kerja. Bagaimana tidak malu dan
kelihatan konyol semua mata akan tertuju ke kita sambil mencibir dalam hati
“dasar genit, kecentilan, sok cakep/sok cantik dlsb”. Padahal kalau kita
mengkecilkan perspepsi kita itu hanya objek (barang) mati, sama seperti pulpen
yang jatuh atau buku. Tapi karena mindset kita dan pola piker kita hanya
merujuk pada fungsi akhirnya terjadi semcam itu, gumun (heran).
Entah karena
persoalan apa yang menjadi dasar kenapa manusia begitu senang bercermin dan
melihat dirinya sendiri. Sebenarnya bercermin itu baik agar kita bersyukur
kepada Tuhan atas segala nikmat yang di berikan. Namun ketika yang terjadi adalah
kesombongan semata itu yang salah kaprah. Bercermin hakekatnya untuk berhias
atau memperindah diri. Karena Tuhan sendiri Indah dan suka dengan keindahan.
Tentunya selanjutnya kita semestinya menyampaikan rasa syukur kita atas nikmat
ini.
Saat kita bercermin
pernah tidak kita berpikir, kenapa di cermin itu serba terbalik? Kenapa tangan
kanan kita ketika di cermin malah jadi tangan kiri, bukan itu saja hampir semua
tubuh kita jadi terbalik. Kecuali kepala kita yang tidak jadi di bawah, bahaya
kalau seperti itu. Karena memang cermin tidak membalik arah yang horizontal
atau vertical. Menurut yohanes surya kenapa saat bercermin itu kanan terlihat
di kiri dan sebaliknya? karena kita terbiasa bicara dengan lawan
bicara kita secara berhadapan. Ketika kita berhadapan, bagian kiri kita sejajar
dengan bagian kanan lawan bicara kita dan sebaliknya. Jadi, ketika bercermin,
se-olah-olah kita berhadapan dengan ”lawan bicara”, sehingga timbullah persepsi
bahwa telah terjadi pembalikan kiri-kanan.
Jawaban itu
memang nyata adanya namun saya mau sedikit menjelaskan kenapa bisa seperti itu.
Blind analysis saya mengatakan ketika kita menhadap cermin kemudian melihat hal
semacam itu itu sebenarnya pertanda untuk kita agar belajar sadar. Cermin itu
kan bercermin atau melihat diri kita, atau ngaca. Kata ngaca ini yang sering di
gunakan orang-orang ketika mengumpat orang lain “ngaca dulu kamu itu siapa?,
ngaca dulu sana sudah bisa belum? ” dan lain sebagainya. Berarti secara tidak
langsung bisa di tarik suatu kesimpulan esensi bercermin itu menilai, introspeksi
diri kita. Kalau umpamanya tanagn kanan analoginya perbuatan benar. Jadi kita
jangan terlalu berbesar hati, berhati tinggi dengan kebenaran kita. Karena
barang kali ketika kita berusaha menilai diri itu masih berada di kiri atau
belum di katakana kebenaran. Begitupun sebaliknya jangan menilai orang lain
dari apa yang kita anggap salah siapa tahu itu juga benar. Jadi intinya
bercermin juga harus memiliki nilai fungsi bersadar diri. Ojo rumongso biso
nanging kudu biso rumongso ().
Selaian untuk
bercermin pada hakekatnya juga bisa sebagai alat memotivasi diri sendiri.
Banyak orang besar yang berbicara dan memandangi diri sendiri di cermin sebelum
berorasi. Karena tatkala di cermin kita dapat dengan luluasa melihat mimic
wajah kita, eye contact kita, atau bahasa non verbal lainya.
Sehingga ketika kita hendak langsung mempraktekan kita sudah lebih siap dan
terkontrol. Disamping itu juga ketika kita mencoba memotivasi diri di cermin
sepanjang hari kita akan lebih bersemangat. Salah seorang sahabat saya kalau
pagi hari selalu memotivasi dirinya dengan berkata “aku bahagia, aku senang,
hore-hore” kemudian senyum sambil berdoa untuk mengawali hari. Harus anda tahu
sepanjang hari itu sahabat saya bilang begitu bersemangat. Ini contoh mampu
menggunakan alat yang bernama cermin untuk hal yang sepele tapi berdampak luar
biasa. Anda mungkin bisa menggunakan cara sahabat saya itu. Hari pertama memang
terasa sedikit aneh, apa lagi anda melakukannya baru bangun bisa saya pastikan
anda tertawa melihat wajah anda. Kemudian anda akan merasa lebih segar dan di
tambahi kata-kata yang di contohkan sahabat saya itu.
Fungsi cermin
yang kali ini sebenarnya sudah saya praktekan sejak zamannya SMA. Entah kenapa
banyak orang yang suka ngobrol dengan saya padahal saya sendiri memiliki
tumpukan masalah. Namun saya mencoba sok bijak dan sok mampu alhasil saya
kadang sering memberikan hal yang bagi orang lain sepele tapi lumayan manjur
(ampuh). Karena saya juga sering mempraktekannya sendiri. Iya menggunakan
cermin ketika anda marah, mangkel, dongkol, males atau emosi negative lainya.
Ketika anda sedang marah cobalah bicara di cermin pandangi wajah anda, liat
wajah anda baik-baik anda dengan sendirinya akan tersenyum. Dan perlahan
marahnya berkurang lebih cepat. Ketika anda nangis sedih, lihat saja wajah anda
di cermin anda pasti bisa tertawa. Tapi kurang tahu kalau perasaan anda sudah
ditutup itu sih sulit untuk ketawa, bahkan mungkin cermin sudah anda lempar dan
hancur berantakan.
Hal kecil dari fungsi cermin ini memang
terkesan sepele bahkan mungkin bagi anda cara konyol. Namun bukankah untuk
membangkitkan kesadaran kita perlu sadar diri dulu, kenali diri sendiri dulu,
orang lain dan dengan sednirinya akan kenal Tuhan? Semoga kita lebih bisa
menjadi manusia yang dari hari ke hari terus meningkatkan kesadaran kita untuk
terus memperbaiki diri.
sadarr sadarr... :D
ReplyDeleteHehehe... sadar ya alya.:-)
ReplyDelete