Dua pandangan ini memang agak sulit untuk mengklaisifikasikannya. Namun pada
hakekatnya dua pandangan ini secara kebermaknaan memiliki makna yang saling
keterkaitan. Namun jika kita tidak secara sadar untuk menilai dan mengawasinya
kita cenderung begitu angkuh dan sangat congkak. Tidak jarang kita menganggap
kekuatan sugesti itu begitu luar biasa. Sampai-sampai kita kadang melupakan
esensi kekuatan besar yang menggerakan adanya sugesti tersebut.
Sugesti memang perlu dan sangat perlu apalagi konteksnya positive
thinking dan positive feeling. Karena dengan
sugesti atau kekuatan niat gunung yang tinggi bisa kita daki. Lautan dalam bisa
di sebrangi. Agak sediit dangdut memang kata-kata itu namun nyata seperti itu.
sugesti ini yang menggerakan orang yang tadinya tak bersemangat menjadi begitu
berkobar-kobar semangatnya. Orang yang psimis tiba-tiba menjadi begitu optimis.
Kekuatan semacam inilah yang sering kali disalah gunakan oleh orang-orang
radikal dalam menjaring anak-anak muda untuk menjadi pengantin (Subjek bom
bunuh diri). Karean mereka ternyata memahami bahwa hanya dengan kata-kata saja
atau sugesti tanpa mengekurakan modal yang terlalu tinggi niat jahatnya dapat
terealisasi dengan mudahnya. Sehingga orang
yang tersugesti akan begitu berkobar-kobar untuk melakukan apa yang diyakini
nya sebagai suatu kebenaran. Karean memang telah tertanam di dalam alam bawah
sadarnya (unconcius mind). Sehingga arah geraknya dan pola pikirnya tidak lagi
di padukan dengan kenyataan hidup. Nah inilah yang terkdang emnjadi permasalahan
dalam manajemen sugesti.
Sugesti ini juga yang mengantarkan Rhonda Byene mengarang sebuah buku
yang begitu fenomenal. Buku yang membahas bagaimana kekuatan pikiran, bagaimana
kekuatan sugesti mampu merubah apa yang kita pikirkan. The secret, iya buku
yang begitu fenomenal itu membahas tentang bagaimana pikiran kita mampu
mewujudkan dan mengantarkan kita pada apa yang kita mau. Apa yang kita tanam di
pikiran, entah itu kejelekan antah itu kebaikan. Ketika memikirkan yang baik
makan akan dapat yang baik juga. Ketika memikirkan yang buruk maka akan dapat
yang buruk juga. Hal semacam ini sering di sebut sebgai hukum tarik menarik (law
of attraction).
Namun disadari atau tidak kita sebenarnya sering mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan beda konteks ataupun kondisi dan keinginan kita.
Pertanyaannya apakah itu hanya murni kekuatan sugesti yang ada dipikiran kita?
Saya rasa tidak, ilmu pengetahuan akan selamanya terus berkembang sesuai dengan
tuntunan zaman. Kalau di the secret mencoba menguak bagaimana ketika apa yang
kita pikirkan kemudian akan jadi kenyataan. Seiring dengan perkembanganya, ada
yang lebih dari itu yakni apa yang kita rasakan akan menajdi kenyataan. Namun kembali
lagi apa kita punya otoritas untuk mengakui kalau semua itu hasil dari apa yang
kita pikirkan? Hasil yang kita rasakan?
Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas juga menjelaskan tentang
bagaimana kekuatan sugesti ini yang membawa orang-orang yang ikut trainernya di
kata hati institute mampu berubah dengan segitu cepat dan mudahnya. Namun perbedaan
yang terletak dari the secret dan Quantum Ikhlas lebih menekankan ke sisi
religiusitas. Sisi inilah yang sering dilupakan oleh ilmuan dan para pengarang
yang terlahir di barat. Keegoisan mereka mendewakan logika, kadang juga
mengantarkan mereka untuk menjadi manusia tak Ber-Tuhan.
Iya mendewakan logika dan perasaan kita memang sebuah kekonyolan yang
menurut saya akan menjadi boomerang bagi diri sendiri. Menjadikan kita congkak
dan sombong akan segala yang kita dapatkan. Ini merupakan tantangan besar bagi
kita yang hidup di zaman yang serba menuntut kita untuk bisa tampil gengsi,
tambil berbeda, tampil sejahtera. Ini yang sering kali memuat mata hati kita
bisa jadi tertutup untuk melihat ada kekuatan besar yang harus kita sadari. Iya
kekuatan itu berupa kekuatan Tuhan.
Seberapa hebat dan cerdasnya kita mengolah logika dan memandang segalanya
dengan konsep matematis logika. Pasti logika akan terbantahkan dengan segitu
mudahnya. Kita mendewakan perasaan positif kita namun tanpa adanya yang
menggerakan perasaan kita kita mau menjadi apa?
Sejatinya kita ini hanya di beri kemudian memakai dan memanfaatkanya
untuk kemaslahatan. Namun jika kita congkak dan sombong menggunakan apa yang
bukan menajdi hak milik kita secara harfiah. kita sendiri yang akan
menghuluskan pedang tajam dan menanjapkan di ubun-ubun kita sendiri.
Setiap apa yang kita lakuakan dan dapatkan di muka bumi ini saya yakin
ada God Decision di situ. Iya kehendak Tuhanlah yang akan membawa kita menjadi
apa yang kita pikirkan dan rasakan. Konsep law of attraction saja, kalau
menurut saya yang muslim itu sudah ada sejak 1434 Tahun yang lalu. Di dalam
ajaran kepercayaan saya “jika kita
berbuat baik seberat biji zaroh kita akan mendapatkan kebaikan kebaikan, jika
kita melakukan perbuatan buruk sebiji zaroh kita juga akan mendapatkan balasan (QS
: Al-zalzallah 7-8). Saya rasa itu sudah begitu jelas dan sangat gamblang bagaimana
menjelaskan konsep law of attraction. Dan
dalam suatu riwayat disebutkan bahwasanya ketika kita tidak mengenali diri kita
maka kita tidak akan mengenal Tuhannya. Ini lebih merujuk bagaimana seni
mengolah potensi yang ada di diri kita namun tidak terlepas dari sifat sombong
atau congkak. Karena kita memang tidak lepas dari kehendak Sang Maha Kuasa.
Dalam agama lain pun mungkin saja di ajarkan bagaimana mereka dia njurkan
untuk berpikir positif. Bagaimana mereka harus menempatkan Tuhan diatas
segalanya. Bukan logika atau perasaan yang harusnya bertahta di diri kita.
tetapi kekuatan Tuhan lah yang menjadikan kita mampu berpikir dan mampu
merasakan.
Tugas kita tidak lain hanyalah berusaha, selebihnya itu bukan urusan
kita. Pepatah saya lupa namanya pernah
berpesan dalam hidup ini jangan pernah mengharapkan suatu keajaiban, tetapi apa
yang terjadi di dunia atau diri kamu itu sebuah keajaiban (campur tangan
Tuhan/kehendak Tuhan). Dengan seperti itu kita tidak akan menjadikan sesuatu
yang ahakekatnya kecil di diri kita kemudian kita secara terang-terangan
menyombongkan diri kita.
Begitu banyak contohnya, orang sakit misalnya tidak mau minum obat. Kemudian
karena keyakinannya dan sugestinya dia berkata dalam sugestinya saya tidak
sakit saya sembuh tanpa obat. Kemudian dia sembuh. Apakah itu murni kekuatan
sugesti? Salah saya jawab dan sangat kebelinger kalu menurut saya, itu
sebanarnya karena kasih sayang Tuhan
menjadikan kita sehat. Kalau Tuhan tak menizinkan kita untuk sehat kita tidak
akan sehat saya jamin itu. Terapi apapun itu jenisnya, entah berpikir positif,
berperasaan positif kalau Tuhan tidak mengizinkan semuanya itu hanya sia-sia
belaka. Pikiran, perasaan atau apalah sejenisnya itu hanya alat Tuhan
mengantarkan kita. Benar-benar bukan kuasa atau kekautan kita sepenuhnya.
Marilah kita menjadikan potensi yang ada di diri kita sebagai pencapaian
rasa syukur kita yang sepnatas nya di sampaikan hanya kepada Dia yang
memberikan kita kehidupan, memberikan kita kesempatan. Semata-mata bukan karena
kehebatan kita. kita bukan siapa-siapa untuk bisa seperti itu.
Berikut saya ceritakan hasil dongengan cak nun yang kemaren sempat saya
dongenkan kepada teman-teman diskusi saya. Semoga pintu hati kita, pikiran kita
makin terbuka lebar. Kurang lebihnya seperti ini.
Pada suatu waktu saat itu nabi musa menjadi panglima perang. Dan sedang
di kejar-kejar oleh tentara firaun. Tiba-tiba di tengah perjalanan perut belaiu
sakit entah itu mencret atau diare, yang jelas perut nabi musa melilit
kesakitan. Lantas nabi musa protes ke Tuhan, ya Tuhan saya ini lagi
dikejar-kejar tentara firaun kok malah sakit perut begini Tuhan. Saya mohon
obat untuk menyembuhkan sakit perutku ini. Dan Tuhan sekitika itu menjawab,
naikalah ke puncak bukit itu dan kamu makan daun yang ada di bukit itu.
seketika itu musa bergegas naik gunung. Sampai di gunung dan belum sempat makan
daunya perut musa sembuh. Dan dia pun lari kebawah lagi menemui tentaranya,
sampai dibawah perut Musa itu sakit lagi, lalu musa tanpa berpikir panjang
langsung naik ke gunung dan memakan daun itu yang rasanya begitu pahit. Musa tidak
peduli sehelai demi helai dia makan daun itu. namun perutnya tak kunjung
sembuh. Dan musa protes lagi ke Tuhan, ya Tuhan kenapa aku sudah makan daun ini
banyak banget namun tak kunjung sembuh? Tadi Kau bilang aku suruh makan daun
ini. Tuhan menjawab “lah yang pertama kali tadi itu kan kamu meohon kepadaku,? Lah
yang kedua kali itu kamu tidak memohon kepadaku kok. Kamu kan langsung naik
keatas, kamu pikir daun itu bisa menyembuhkan rasa sakitmu? Tidak bukan daun
itu, daun itu hanya perantara. Terserah Aku mau menyembuhkan mu lewat apa,
lewat daun, mau lewat tempeleng kamu, lewat apa saja terserah Aku.
Nah itulah kurang lebihnya sekilas cerita yang disampaikan caknun yang
agak saya lebaykan. Dari situ saya mencoba menganalogikan daun itu sebagai,
ilmu kita, sugesti kita, kekuatan pikiran kita. ternyata bukan itu yang hendak
mengantarkan kita menjadi lebih baik, itu hanya perantara dari Tuhan. Tetapi Tuhanlah
yang berkendak atas segalanya. Jadi marilah kita tidak terlalu angkuh
mendewakan segala kemampuan yang kita miliki. Berendah hati dan tetap
bersyukur. Dan Tuhanlah yang mengatur sendi-sendi kehidupan kita. kita hanya
menjalani sebuah sketsa yang sudah tergambar oleh-Nya.