Sunday, March 17, 2013

Mencintai

0 comments


Tuhan kenapa kau bangun cinta yang begitu besar jika nantinya Kau takdirkan aku tak bersamanya? Kata-kata ini terlontar dari tokoh pewayangan yang di mainkan sudjiwo tedjo. Takdir seseorang memang begitu beragam, semua orang agaknya memang miliki takdir yang berbeda-beda. Dalam masalah cinta pun manusia memang di ciptakan dengan segitu sempurnyanya. Manusia di ciptakan dengan di beri hak dicinta dan mencinta.
Pilihan mencinta juga berisiko, di cintai juga berisiko. Lah memang di dunia ini tiada yang tanpa resiko bukan? Hidup ini sejak kita lahir sudah berisiko. Saat kita baru lahir kita di wanti-wanti (dikhawatirkan) oleh orang tua. Kita berlatih berjalan resikonya kepala kita sering kebentur tembok, jatuh lecet-lecet dan sebagainya. Kita gedhe sedikit, kita bermain di nakali anak-anak kita berantem dengan anak tetangga juga resiko. Tapi buktinya sampai sekarang kita masih bisa hidup kan? Begitupun dengan mencintai dan di cintai semua bersiko sakit kata sebagian orang. Cintakah yang salah? Jelas tidak bukan cinta yang salah kitalah yang lemah kitalah yang mudah menyerah begitu kata Candra Malik dalam ma’rifat cintanya.
Mencintai hak semua manusia tiada terkecuali semua mahluk yang ada di muka bumi. Di cintai juga semestinya menjadi hak manusia juga. Namun bagi saya mencintai itu adalah kewajiban. Bukan lagi hak, dengan kita menganggap mencintai itu kewajiban kita akan berusaha mendamaikan diri untuk mencintai sehingga yang kita dapati adalah kedamaian.
Mencintai tak harus memiliki? Mencintai memang tak harus memiliki karena kita telah merasa memilki. Dengan merasa saja kita bisa bahagia kenapa kita mesti ngoyo untuk memiliki, memiliki itu ada tangan takdir yang bermain di situ. Kita hanya di perintahkan untuk saling mengenal kehidupan yang bhineka ini. Untuk bisa menebar cinta ke semua mahluk yang ada di muka bumi ini.
Mencintai yang lebih tua itu secara norma malu-maluin? Bisa jadi malu-maluin, bisa jadi juga gak. Tergantung dari sisi mananya kita mau menilai, tergantung dari sisi manaya kita mau mempresepsikan nya bukan? Seorang gadis belasan tahun nikah sama kakek yang berumur 60 tahun ya malu-maluinlah, meskipun seorang laki-laki itu sampai mati masih bisa kuat secara biologis. Tapi apa ya mau dengan kulit keriput? Sebaliknya seorang jejaka menikahi nenek-nenek usia 60 tahun, ya sudah mens pause di tambah tidak subur secra biologis. Kita mau Cuma ngurus seperti baby sister saja? Kalau jawabanya iya saya acungin jempol ketulusan anda sudah sangat tinggi.
Akh sebenarnya saya sendiri juga bingung dengan tema tentang cinta, karena bagi saya anda sendiri sudah punya pengalaman cinta yang lebih dari pada saya. Barang kali cinta anda juga sudah mampu termanifestasi sebagai cinta yang tulus, bukan lagi ke hamba tapi juga ke sang Maha Cinta bukan? Semoga iya amiin.
Banyak sekali manusia menyalah artikan cinta mereka tiada menyadari dan tiada mampu membedakan antara cinta dan nafsu. Lah gimana mau menyadari cinta orang cintanya juga di balut dengan nafsu iya kan? Kalau ada orang yang hamil duluan itu kalau bilang kita sama-sama cinta kepret saja yang bilang seperti itu. itu sama-sama nafsu bukan sama-sama cinta.
Kenapa lagu-lagu di dunia banyak bertemakan cinta? Bagi saya ya biarin saja hak mereka mau mencipta lagu cinta. Dari pada menciptakan lagu-lagu yang mengandung kebencian? Hayoo. Cinta memang tak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Penciptaan manusia juga tak lepas dari yang namanya cinta. Dari cinta kasih ayah dan ibu kemudiana atas izin dan ridho Tuhan kita tercipta. Algu-lagu yang bertemakan cinta juga agaknya lebih laku, karena jumlah pemuda dan pemudi lebih banyak. Coba kalau yang banyak lansia nya pasti lagu-lagunya bertemakan akhirat, bertemakan religiusitas dan itu lebih laku dipasaran.
Cinta identic dengan pemuda benarkah? Gak juga kali, cinta itu tak memandang usia, ruang dan waktu. Datang dengan tiba-tiba, lewat obrolan pertama, atau pandangan pertama atau apa-apalah yang pertama terserah anda saja maunya mana yang pertama. Yang terpenting itu justru yang terakhir sebenarnya. Kita harusnya lebih memilih jadi yang terakhir kalau konteks cinta kita relashionship, buat apa kita jadi yang pertama kalau ujungnya tak jadi yang terakhir? Tidak apa-apa jadi yang ke sepuluh atau yang ke seratus asalkan kita itu yang terakhir sebagai tempat berlbuhan cinta dari pasangan kita.
Lalu cinta itu apa? Kenapa aku bisa cinta kenapa dia bisa cinta? Nah ini jawabanya. Sebanarnya cinta itu tanpa kenapa? Cinta yang berlandaskan kenapa itu hanya merujuk ke sebab akibat. Sebab kau cantik, sebab kau ganteng, sebab kau kaya, sebab kau pintar, sebab kau terkenal dan lain sebagainya. Kemudian akibatnya aku suka, aku cinta. Cinta itu benar-benar bukan masalah sebab akibat. Cinta itu hadir dengan perantara tangan takdir, itulah cinta yang tulus. Tak perlu memaksakan kehendak itulah cinta yang tanpa kenapa. Cinta yang tanpa kenapa tidak akan memandang seseorang dari persepsi sudut yang sempit. Jika ada 1000 pasangan batu bata, cinta yang tanpa kenapa akan memandang 999 batu bata yang terpasang rapi, sedang merekan yang mencinta dengan kenapa akan hanya memandang satu batu bata yang di pasang agak kurang rapi.
Cinta itu mestinya tidak hanya memfocuskan pada titik namun lebih ke kertasnya. Cinta itulah yang akan saling menguatkan kehendak satu sama lainya. Kalau dia kelak tak bersama ku bagaimana? Itu bukan ranah kita membahas hal semacam itu, itu sudah menjadi kehendak dan jalan Tuhan, barang kali dengan orang lain dia akan jauh lebih baik jika di bandingkan dengan diri kita.
Marilah mencintai dan di cintai dengan tanpa alasan. Mencintailah hanya karena memang kita memang sudah seharusnya mencitai. Marilah tetap arungi samudra hidup, dan berlabuhlah dipulau yang tepat bukan sekedar pulau indah di penampakan indrawi. Berlabuhlah di pulau yang akan menghidupi kita, hingga kita tak bisa merangkai kata menjelaskan pujian kepada-Nya atas kenikmatan di berikan pulau yang memberi manfaat kepada kita.



Kenapa Tak Kau Belajar dari Pohon depan Rumah mu itu?

0 comments


Pohon merupakan tumbuhan yang konon dapat menyerap CO2. Zat yang konon juga dapat merusak lapisan O3 (ozon), dismaping zat CO. Pohon jugalah yang kini agaknya menjadi tren baik dikalangan pemerintah maupun aktivitis pemerhati lingkungan. Bisa dirasakan sekarang cuaca begitu tak menentu, siklus musim tak lagi dapat diprediksi. Penyebabnya sudah barang tentu Global Warming atau pemanasan global yang di sebabkan oleh rusah ekosistem bumi, yang kian hari kian mengkhawatirkan. Jumlah pohon di hutan tinggal sedikit dan air hujan yang jatuh ke bumi tak lagi bisa di serap, ujungnya banjir dan longsor tak bisa di hindarkan. Ketika hal semacam ini terjadi dengan segitu parahnya, mulai lagi menggeliat gerakan tanam pohon. Gerakan save our earth, pemerintahpun tak mau kalah unjuk gigi dengan gerakan nya 1 Milyar pohonlah apalah. Memang baik gerakan semacam ini, namun bukankah kata pepatah menjaga itu jauh lebih baik dari pada mengobati? Ketika alam sudah rusak penghijauan atau reboisasi itu membutuhkan waktu yang lama bukan setahun dua tahun. Jadi alangkah lebih bijaknya ketika reboisasi menggeliat penjagaan pohon di hutan pun juga harus lebih di tingkatkan bukan? Artinya bukan berarti dengan adanya reboisasi di pohon yang sudah ada di tebang dengan ekspektasi ada yang hendak tumbuh lagi, pandangan semacam ini sangat keliru.

Pada zaman dahulu Indonesia merupakan paru-paru dunia, dengan kekayan alamnya. Hutan belantara bertebaran dari sabang sampai merauke. Hijau alam ini begitu memukau dan merupakan pemandangan yang begitu elok dan indah. Sejak hadirnya reformasi 1998 Indonesia seakan kehilangan segalanya. Reformasi agaknya disalah artikan oleh insan negeri ini. Reformasi yang tadinya menggulingkan ketidak adilan di pemerintah, yang tadinya memberantas korupsi seketika berubah menjadi reformasi ke seluruh lapisan aspek. Ngerinya sejak tahun itu, Hutan di Indonesia di biarkan di jarah oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Kongkalikong antara mandor (polisi hutan) dengan para pembalak liar begitu subur fakta ini saya dapatkan di kawasan hutan sekitar tempat tinggal saya di sebuah kecamatan paguyangan, Kab Brebes. Saya sih tidak pernah menyalahkan salah satu dari mereka, mereka sama-sama lagi berjuang menghidupi anak dan istrinya. Saya malah lebih kesel ke pemerintah yang membiarkan gaji mandor kecil. Pemerintah yang membiarkan orang desa tetap tertinggal. Pembangunan segala infrastruktur dan lain sebgainya hanya terfocus di kawasan metropolitan tanpa mau menyentuh di kawasan pedesaan. Pedesaan di biarkan tertinggal, jalanan di biarkan rusak tanpa adanya greget untuk membangun dan membangun. Sekali membangun di lahap oleh cecunguk orang-orang pemerintah lagi. Manusia negeri ini apa bodoh atau saking tololnya? Apakah mereka  tak pernah belajar dari alam? Itu sebabnya pada judul saya tulikan belajar dari pohon. Saya akan mencoba menjabarkan bagaimana pohon menjalani kehidupannya? Yang semestinya harus di contoh oleh manusia bumi yang kian hari moralnya kian mendekati titik nol dan sedang bergerak ke titik negatif.

Baiklah rasanya saya terlalu melebar dari pembahasan yang semestinya, yaitu tentang bagaimana pohon kok bisa menjadi contoh kita? bukankah kita ini manusia sempurna kenapa mesti belajar dari hal yang kapasitasnya di bawah kita? Iya memang kita ini inner create Tuhan. Ciptaan Tuhan yang paling sempurna ya kita ini manusia. Tapi sayangnya kita tidak mau memaksimalkan kesempurnaan kita. Analoginya parang yang tajam kalau di biarkan saja lama-lama akan mengarat dan tiada lagi tajam. Tapi setumpul-tumpulnya parang kalau setiap hari diasah akan tajam juga bukan? Tidak bedanya kita ini kalau tiada pernah di asah otak kita untuk mau membaca semua yang tersirat dan tersurat di alam ini atau di kitab-kitab atau buku-buku lainya. Kita akan menjadi golok-golok yang berkarat dan lama-lama akan di buang karena tidak bermanfaat. Asal anda sekalian tahu puncak dari ilmu pengetahuan adalah bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitarnya. Belajar bisa dari mana saja, belajar bisa dari apa saja yang bisa di ambil pelajaranya. Begitupun pohon yang menjadi titik pembahasan kali ini.

Secara kenampakan tersurat sedikit sudah saya jelaskan di awal bagaimana pohon itu bermanfaat, bagaimana pohon itu memliki fungsi yang begitu besar. Itu lah aktualisasi pohon mensyukuri nikmat Tuhan yang di berikan kepada pohon. Berusaha untuk bermanfaat untuk manusia ciptaan Tuhan, untuk alam ciptaan Tuhan. Sudah kita berkaca ke diri sendiri sudah kah kita bermanfaat hidupnya? Jangan-jangan terlalu asyik deangan diri sendiri kita lupa bahwa puncak yang harus kita gapai adalah bermanfaatnya diri kita. Jangan-jangan juga kita ini terlampau egois untuk mau belajar dari ayat kauniyah Tuhan? Kita terlalu sombong dengan logika kita, kita berusaha menonjol diantara orang lain namun kita lalai untuk juga menganjarkan atau memberi tahu teman kita yang belum mengerti tentang suatu hal?

Pohon dan hampir semua pohon itu bermanfaat, dari akar hingga daunya bermanfaat. Kecuali pohon kuldi yang saya sendiri juga kurang tahu pohon itu selain pohon yang mendepak adam dan hawa ke dunia fana ini dari surga. Karena rayuan iblis dan menuruti hawa adampun memakan buah tersebut dan akhirnya kita ada di dunia ini, beranak dan berkembang menjadi hampir 5 Milyar manusia.

Tahukah anda bahwa pohon itu selalu ikhlas dan istiqomah? Kalau anda tiak tahu berarti anda hanya menjalani rutinitas pribadi yang monoton tanpa mau memberikan waktu untuk tafakur (berpikir). Iya pohon itu selalu ikhlas, kenapa? Bayangkan dalam setiap berbuah pohon tiada pernah memilih buahnya dimakan hanya untuk orang baik. Mau dimakan orang baik atau orang sekelas bajingan pohon selalu tetap berbuah kecuali ditebang atau mati. Buah tidak pernah memilih pohon selalu ikhlas memberi. Yang dilakukan pohon adalah memberi dan memberi tanpa pamrih apapun tanpa ada over hope juga.

Istiqomahnya pohon ini sebenarnya sering di gambarkan oleh orang-orang dengan adanya musim rambutan, musim manga, musim pisang, musim duren dan musim-musim lainya. Ini mengimplementasikan bahwa pohon itu selalu berbuah dan sesuai dengan waktunya, kalaupun ada paling di took buah dan itu juga barabg kali buah impor. Tapi pada hakekatnya pohon selalu berbuah istiqomah. Tentu harapanya buahnya bermanfaat buat manusia di dunia ini dan mahluk hidup Tuhan lainya.

Jika sifat dan sikap seperti ini di teladhani oleh manusia kehidupan ini sepertinya akan teras begitu harmonis. Antar agama satu dan lainya tidak akan saling terjadi konflik. Konflik merupakan tahapan terendah dalam beragama dan puncak tertingginya adalah kedamaian. Dengan sifat pohon yang ikhlas, manusia harusnya menirunya, mau pendapatnya di dengar atau dipakai atau tidak itu urusan pribadi masing-masing yang terpenting kita telah menyampaikan suatu yang haq. Jangan karena kita tidak di dengar kita jadi marah-marah. Dalam memberipun juga begitu, mau yang di beri mau bilang terima kasih atau tidak itu urusan yang menerima kalau kewajiban kita hanya memberi dengan tulus dan hanya kepada Tuhan lah kita mengadu/berharap. Dalam sodhakoh pun harusnya kita berusaha mengnolkan harapan kita. Jangan menodai hal yang baik dengan harapan-harapan yang sifatnya menuruti egoistis semata. Ini sangat riskan/beresiko.

Pohon selalu istiqomah terus kenapa kita tidak istiqomah? Loh katanya kita ngakunya mahluk sempurna masa kalah sama pohon? Karena kita punya nafsu? Mmmm bisa jadi benar, tapi bukankah nafsu itu bisa dikendalikan? Jawabannya kita tidak mau berusaha istiqomah, kita terlampu membentengi diri kita dengan kemalasan tapi berkedok hal-hal yang secara logika saja salah. Kita bukan malaikat iya tidak bisa istiqomah teruslah? Loh kata siapa? Bukankah kalau kita berbuat baik kita malah justru bisa melebihi malakaikat? Katanya ngaku sempurna? inner creat Tuhan itu bisa berbuat apa saja tergantung pada diri masing-masing mau berusaha istiqomah atau tidak. Tapi kan sulit? Memang apa sih yang tidak sulit di hidup ini? Tapi itulah yang semestinya menjadikan kita mau berusaha merubahnya bukan? Kita sudah berusaha masa Tuhan tidak kasihan ke kita? itu sangat mustahil, kita tidak berusaha saja Tuhan tetap kasihan sama kita, di beri hidup dan lain sebagainya. Apalagi mau berusaha?

Akhirnya marilah kita selalu membuka mata untuk mau belajar dari manapun , apapun. Karena segala pengetahuan itu bersumber dari Yang Maha Berilmu. Jadi tinggal diri kitalah yang membawa diri untuk berusaha memanfaatka ilmu itu sebaik-baiknya untuk kemaslahatan bersama. Jangan sampai kalah dengan Pohon.

Friday, March 15, 2013

The Power Of Positif Thinking And Positif Feeling

0 comments

 Tulisan ini saya persembahkan untuk memenuhi keinginan pembaca blog yang mention saya untuk menulis tentang the power of positif thinking. Saya akan mencoba menguraikan tentang hal tersebut tentunya menurut saya sendiri dan kalau pun ada buku referensi saya anggap itu hanya selingan. Jadi mohon maaf ketika pembahasannya nanti agak ngawur dan pastinya kemana-mana alur tulisanya. Namun selamat membaca, siapkan pisang rebusnya dan kopi.
Dari berbagai the power the power saya lebih tertarik the power of love nya Celine Dion lagu yang begitu mendayu-dayu dan girly itu dirasa enak di dengar. Bagaimana dengan the power of sedekah? Bukannya saya tidak setuju hanya kurang begitu setuju karena biasanya konsep yang di terapkan dikonsep power of sedekah itu terlalu over. Dan ajaran agamapun sebenarnya tidak menganjurkan untuk berlebihan namun sebaliknya yaitu janaganlah berlebihan sekalipun itu dalam berbuat baik atau amar ma’ruf. Apa lagi berbuat jahat ya? Oke lupakan tentang the power itu kembali ke jalan yang benar. Tentang bahasan awal “the power of positif thinking and positif feeling”.
Kenapa saya tambahi positif feeling? Perasaan buku-buku dipasaran biasanya membahas hanya positif thinking? Iya sengaja saya buat agak kebelinger biar anda sekalian juga mau berpikir tentang positif feeling. Logikanya begini ketika anda sudah mampu berpikir positif namun perasaan anda masih di liputi resah gelisah, gundah gulana, anda tetap akan merasa bahwa hidup anda akan seperti di kejar-kejar anjing yang jumlahnya berates-ratus bahkan beribu-ribu mungkin. Karena saya sendiri seperti itu saya sudah belum mampu berpikir posotif di tambah tidak bisa berperasaan positif ya sudah komplit sudah rasanya. Oiya jangan anda kira saya menulis tentang positif thinking and positif feeling saya sudah mampu mengaplikasikannya? Bukan, saya masih sangat jauh untuk bisa mengaplikasikan di kehidupan saya sendiri. Namun saya yakin anda pastinya sudah menerapkan hal tersebut dalam kehidupan anda. Kalaupun belum mari belajar bersama, kenapa kita harus berpikir dan berperasaan positif? Apa gunanya? Istilahnya untungnya apa? Oke baca dan belajar dulu tentang berpikir psotif dan berperasaan positif nanti anda akan merasakan dampaknya. Jangan seperti Dora ya banyak nanya, sedikit-dikit nanya. Lakukan dulu baru kalau tidak mampu menemukan apa yang di cari please ask, halah sok inggris aku. Padahal bahasa inggris tanpa bermaksud menjelek-jelekan bahasanya gak indah malah kalah indah dengan bahasa jawa.
Positif thinking (berpikir positif) sejatinya bukanlah suatu hal yang baru di temukan, atau hasil penemuan baru. Bukan, positif thinking merupakan suatu hal yang ada ketika kita lahir pun sudah mampu berpikir postif. Ketika kita masih kecil saat kita baru belajar berjalan contohnya kita begitu semangat bukan? Karena pada saat itu yang ada dipikiran kita cuma “bisa berjalan”, kita tidak peduli seberapa sering kita jatuh, kita tidak peduli seberapa sering kita terbentur karena pikiran kita Cuma satu “bisa berjalan”. Ketika kita belajar bersepeda mungkin juga mengalami hal yang sama, jatuh sampai berdarah, tapi kembali lagi masa kecil kita memang di penuhi dengan positif thinking dan positif feeling. Kita hanya berpikiran kita mampu, kita jatuh sampai berdarah kita rasakan itu nikmat, tidak sakit coba lagi dan lagi samapai kita bener-bener bisa bukan? Nah itu lah contoh kecil bagaimana kita saat kecil sebenarnya sudah menerapkan suatu pemikiran dan perasaan yang sekarang katanya di sebut sebagai suatu hal yang luar biasa. Padahal bagi saya itu sudah basi, saya dan anda pernah mengalaminya. Cuma entah kenapa makin bertambahnya usia kemampuan kita untuk nekat seperti itu berkurang bahkan berbalik 180 derajat. Sekarang kita tumbuh menjadi manusia yang takut, kita tumbuh jadi manusia yang psimistik, minderan, pemalas dan pikiran negatif dan perasaan negatif lainya.
Sekarang ini manusia baru di beri kegagalan sekali saja sudah frustasi, bisa di bayangkan angka bunuh diri saat eropa krisis ekonomi kemaren? Bisa anda cari sendiri angkanya meningkat drastis. Apa penyebabnya? Krisis? Saya yakin bukan hanya itu, karena yang mengalami krisis itu banyak kenapa masih ada orang yang begitu kuat dan ada yang begitu lemah? Iya kemampuan berpikir dan merasakan lah yang menjadikan sebagian orang begitu tegar dan kuat menjalani kehidupan ini.
Kalau saja semua orang di Indonesia ini kembali memiliki pemikiran, rasa dan semangat seperti saat mereka  masih kecil negeri ini akan mengalami kemajuan. Negeri ini akan tambah makmur semua manusianya hidup dengan etos yang tinggi, manusianya hidup dan menjalani kehidupan dengan optimism yang begitu membara. Tetapi harapan ini agaknya sulit dicapai di tengah keadaan carut marutnya generasi dan manusia negeri ini kian hari kian menunjukan kengerianya. Manusia sekarang terkesan lebih brutal, manusia sekarang lebih mngedepankan segala sesuatunya dengan hasil dan hasil jadi sikut kanan kiri sudah menjadi biasa. Inilah yang menjadi melemahnya berpikir positif kita, melemahnya berperasaan postif kita. kalau keadaan semacam ini di biarkan entah seperti apa ke depanya manusia negeri ini.
Pada waktu kita masih bayi kita sering di nyanyikan lagu seperti ning nang ning gung, nada itu di ulang-ulang samapai kita terlelap dalam gendongan sang ibu, bapak, kakek atau nenek yang menggendong kita. Sebenarnya kalau kita mau mengurai nada itu itu juga termasuk bagian dari berpikir positif. Cikal bakal adanya teori berpikir positif dan berperasaan positif dari situ menurut saya sebagai orang awam. Begini pada ketukan nada “ning” kata ning itu adalah akhiran dari kata bening bening itu secara terminology bahasa jawa artinya bersih, suci. Jadi tahapan awal kita itu diajarkan untuk bening, untuk bersih. Bersih dalam berpikir atau psotif thinking, bersih dalam bertindak jangan korupsi bagi pejabat. Jangan curang bagi pedagang dan pengusaha. Semuanya harus bening terlebih dahulu atau bersih dahulu.
Kemudian kita lanjutkan ke “nang” entah kenapa nenek moyang kita senang sekali mengambil akhiran dalam kata. Baikalah itu tak perlu dipermasalahkan. Nang itu dari kata tenang. Kata Tenang ini juga ada di KBBI  (kamus besar bahasa Indonesia) bisa diliat artinya. Kalau menurut saya keadaan dimana seseorang mencapai titik dimana dia merasa tentram, adem, senang, hidup terasa ringan semua masalah di selesaikan dengan berlandaskan kebaikan. Hatinya selalu diliputi rasa cinta dan suka. Keadaan tenang semacam ini tidak bakalan bisa di capai seseorang jika di dalam otaknya masih di liputi pikiran-pikiran jelek, yang tahu sendiri ujung-ujungnya pasti akan menyiksa dirinya sendiri. Hidupnya jadi tidak tenang dan lain sebagainya.
Yang terakhir nung berasal dari kata dunung. Dunung secara terminologi bahasa jawa artinya kurang lebih menjadi, jadi. Jadi disini jangan diartikan mentah-mentah jadi manusia, bukankah dari dulu sudah jadi manusia? Payah lagi kalau sampai ada pertanyaan semacam itu. Memang betul semua manusia telah emnjadi manusia. Tapi bermanfaat atau tidaknya manusia nah itu dunung atau tidaknya manusia. Padahal Nabi Muhammad saja bersabda sebaik-baiknya manusia manusia yang bermnafaat bagi sesamanya bukan? Nah dunung ini nenek moyang kita ingin mengajarkan kepada kita jadilah manuis sejatinya manusia. Manusia sejati mampu mengaktualisasikan hidupnya menjadi lebih baik itu sudah pasti.
Saya punya contoh kecil dalam hidup saya dan ini memang saya sendiri setengah tidak percaya kejadian ini. Dulu pada akhir semester kelas 3 SMA semua siswa kan gencar-gencarnya les private dan les mata pelajaran UN. Nah kejadiannya pada saat saya pulang semua isi tas saya hilang  berupa buku-buku pelajaran tentunya bukan barang berharga sih namun kebutuhan yang sifat urgent saat itu. iya semua isi tas saya jatuh dijalanan karena saya lupa mnutup resetlting tas saya, sehabis membeli bensin di SPBU dan tas saya tas slempangan. Dan parahnya itu di jalan lingkar yang begitu rame banyak mobil berlalu lalang. Saya benar-benar tidak sadar kalau tas saya terbuka, dan saya membiarkan tas saya seperti berterbangan karena kebetulan saat itu saya sendirian pulangnya. Sesampainya di rumah saya syok dan kaget ketika melihat isi tas saya kosong. Padahal buku dan soal-soal ujian ada disitu. Dan selang 3 hari setelah hilangnya buku itu saya kemabli tercengang ketika semua buku sudah ada di meja guru bahasa arab saya. Dan heranya saya yang di panggil, padahal di buku itu hanya tertera nama “edi” tidak ada alamat sekolah atau alamat apapun no handphone apa lagi tidak ada. tapi buku-buku dan alqur-an itu kembali kepadaku dalam keadaan utuh. Sejak saat itu saya selalu mencoba berpikir positif. Ketika tidak punya uang pun saya berusaha berpikir positif nanti ada rezeki, dan setelah saya berpikir seperti itu benar-benar terjadi hal tersebut.
Saat hendak adik saya kepingin ke jogja bulan desember 2011 posisi saya tidak pegang uang yang cukup untuk jalan-jalan dan saya pikir aneh saya adik sudah jauh-jauh tidak diajak jalan-jalan. Akhirnya saya memutar otak namun tetap kembali saya berpikir saya tidak sedang kekurangan nanti ada uang dan saya merasa saya telah memegang uang 1 jutaan. Kejadian itu benar-benar terjadi, saya dapat gelar mahasiswa berprestasi tingkat 2, dan bukan itu yang saya harapakan sejatinya tapi uangnya lumayan bisa nambahi. Dan benar saja di amplop ada uang 200 ribu. Kemudian ada seorang lagi yang kebetulan saya bantu tugasnya memberi uang senilai 300 ribu. Ikut tes di SMA dikasih uang 50 ribu. Dan sisanya ternyata saya masih menyimpan tabungan senilai 600 ribu. Dan luar biasa ada sisa yang bagi saya itu luar biasa, bagaimana dengan berpikir dan berperasaan positif Tuhan menunjukan keajaiban dan keagungan-Nya. Iya ini sudah diatur Sang Maha Kuasa, saya yakin Tuhanlah yang menggerakan semua itu mengarah ke saya. Jadi berpikir positif dan berperasaan positif di anjurkan namun bersyukur dan bersyukur juga sangat dianjurkan ingat ada kekuatan Maha Dahsyat yakni kekeuatan Tuhan yang hendak mengantarkan kita. dan saya merasakan betapa Allah, Tuhan saya begitu menyayangi saya, saat sulit dan saat mudah. dan banyak hal atau kejadian lain yang belum sempat saya share intiny saya yakin anda punya cerita tersendiri tentang keajaiban-keajaiban itu. tinggal bagaimana anda mulai meningkatkan optimism anda atau peimisme anda.
Itulah gambaran berpikir dan berperasaan  positif yang coba saya uraikan, banyak buku yang bisa di baca mengenai cara berpikir psotif semua itu terasa percuma ketika kita tidak mengaplikasikannya. Mari terus belajar mengaplikasikan apa-apa yang sudah kit abaca baik yang termaktub dalam teks atau apa-apa yang tersirat di alam raya ini.