Thursday, November 7, 2013

Misteri di Balik Hujan Bulan Suro

2 comments


Pagi ini keindahan langit begitu memanjakan mata. Hujan kemran membuat pagi ini begitu sejuk dan mentari pun bersinar dengan gagahnya. Angin semilir hembus kan kesegaran aroma bau tanah yang basah. Nyanyian burung semarak di pinggiran pedesaan. Bunga kopi bermekaran di pekarangan, putih dan bersih mungkin menandakan kesucian. Akh ngacow saja kan memang sedari dulu bunga kopi itu warna putih seperti baju yang di rendam pemutih bahkan kalah putih.
Suasana pagi hari yang cerah ini memang tak bertahan lama sampai hujan yang kembali tega merenggut mentari dari singgasananya. Lewat pasukan awan hitam mereka menyelimuti mentari menjadi pekat. Langit mendung halilintar menggelegar bersalut-salutan dari ujung timur ke barat dari barat ke selatan ke utra dan seterusnya. Tepat pukul 11:00 hujan tiba dengan gagahnya. Bumi yang semula panas mendadak dingin. Jalanan yang tadinya rame mendadak lengang. Misteri apa ini? Batinku bergeming. Akh aneh saja aku ini. Bukanya memang setiap hujan pasti suasana jadi seperti itu yak?
Aku masih saja menyaksikan rintik yang jatuh di balik jendela kaca tepat di depan saya duduk. Rimbun pohon alirkan sisa hujan lewat dedaunan. Kesegaran nampak jelas di dedaunan yang hijau tua itu. Runtuhkan daun-daun coklat pohon itu. Petir kembali menyambar-nyambar di langit sana, guntur masih terdengar seram. Mungkin aku saja yang kagetan.
saat hujan begitu derasnya aku teringat kata ustads saya sewaktu masih ngaji di desa. Konon saat paling mujarab untuk berdoa adalah saat huja salah satunya. Atas dasar itu pikiran gila saya secara tidak sengaja dengan bergurau atau serius saya tidak begitu menyadarinya. Posisinya saya sedang menunggu hujan reda. Kemudian saya berdoa kepada Tuhan. “ya Tuhan hamba mohon redakanlah hujan di atas langit sana aamiin”. Waktu terus berjalan hujan malah kian deras dan kunjung reda. Wouw sifat ego saya jelas muncul saat seperti ini, protes dan lain sebagainya. “Tuhan katanya doa kala hujan di kabulin kok saya minta hujan reda tak kunjung Kau redakan?” dalam relung hati saya menggerutu.
Namun setelah lama saya duduk merenungi hujan yang kian turun. Saya melihat anak-anak berlari-lari dengan memakai kolor saja. Iya mereka sedang hujan-hujanan bermain di derasnya hujan. Tak lama berselang tukang penjual payung datang dengan sepeda tua nya, dengan senyuman lebar dan mengharap hujan ini membawa berkah buat usahanya jualan payung keliling. Profesi yang bagi saya sungguh nekat di tengah membludaknya ruko-ruko dan mall di negeri ini. Setelah lima belas menit kemudian datang penjual wedang ronde, dengan mendorong gerobaknya dan memakai mantol tebal dia terjang hujan siang itu, lagi-lagi dengan keceriaan terlihat di wajah penjual wedang itu. Bagaimana mungkin si bapak ini menjual ronde siang hari begini? Bukanya biasanya paling gasik jam 5 sore baru pada keluar? Akh bapak ini memang luar biasa.
Hujan masih belum reda langit masih mendung hitam, tetesan air kian deras, petir dan guntur terus terdengar. Kilatan-kilatan cahaya nampak begitu jelas. Tiba-tiba pedagang bakso dan mie ayam jalan beriringanmereka nampak begitu rukun dan senyum yang tergambar adalah kebahagian. Pedagang ini bener-bener memahami konsep rezeki. Meskipun sama-sama jualan hal yang hampir sejenis mereka memahami selera masing-masing orang itu berbeda. Dan yang pasti rezeki atau jatah rezeki masing-masing orang itu telah di atur Yang Maha Kuasa.  Hujan perlahan mulai reda, tinggal gerimis-gerimis kecil yang masih terus berdatangan. Namun mentari kian perlahan menampakan dirinya. Dari sisi yang berbeda seorang membawa cangkul dengan semangat nya. Mereka sudah pasti pergi ke sawah mereka. Dengan senyum kebahagian juga mereka membawa topi dari bambu dan cangkul yang menggantung di pundaknya. Pemandangan ini saya saksikan sembari berteduh menunggu hujan reda.
Terkadang kita ini terlalu banyak menuntut ini itu ke Tuhan kita tanpa kita memahami dan menyadari bahwa tuntutan kita bisa jadi membuat orang lain sedih. Tuntutan kita bisa jadi membuat orang lain kehilangan pekerjaannya. Kita sering kali menuruti keinginan dan hawa nafsu kita semata dalam meraih apa yang kita mau. Kita terlampau sombong dan buru menolak apa yang di berikan Tuhan yang barang kali hanya bersifat sementara. Menunggunya kita sejenak pasti akan membahagiakan orang lain di luar sana. Semoga kita semua terus menyadari penting bersabar dan bersyukur dalam menanggapi setiap problema yang ada. Pada saatnya Tuhan pasti akan memberikan jatah kepada kita. Sampai tulisan ini di buat hujan telah reda diatas langit. Namun dimataku masih mengalir hujan yang kian deras, meratapi betapa diri ini begitu egois, terus menghakimi setiap kepututsan Tuhan. Padahal Tuhan sedang melibatkan kita dalam rencana-Nya.

2 comments:

  1. "....Tuhan sedang melibatkan kita dalam rencananya"
    iya... Tuhan memang Maha Asik :)
    sya jd terinspirasi.. siip nih bacaan nya :)

    ReplyDelete
  2. Terima Kasih Tiny.. Semoga kita senantiasa sabar dan terus mencari jalan terbaiki untuk kita tapaki.:-)

    ReplyDelete