Pagi ini
keindahan langit begitu memanjakan mata. Hujan kemran membuat pagi ini begitu
sejuk dan mentari pun bersinar dengan gagahnya. Angin semilir hembus kan
kesegaran aroma bau tanah yang basah. Nyanyian burung semarak di pinggiran
pedesaan. Bunga kopi bermekaran di pekarangan, putih dan bersih mungkin
menandakan kesucian. Akh ngacow saja kan memang sedari dulu bunga kopi itu
warna putih seperti baju yang di rendam pemutih bahkan kalah putih.
Suasana pagi
hari yang cerah ini memang tak bertahan lama sampai hujan yang kembali tega
merenggut mentari dari singgasananya. Lewat pasukan awan hitam mereka
menyelimuti mentari menjadi pekat. Langit mendung halilintar menggelegar
bersalut-salutan dari ujung timur ke barat dari barat ke selatan ke utra dan
seterusnya. Tepat pukul 11:00 hujan tiba dengan gagahnya. Bumi yang semula
panas mendadak dingin. Jalanan yang tadinya rame mendadak lengang. Misteri apa
ini? Batinku bergeming. Akh aneh saja aku ini. Bukanya memang setiap hujan
pasti suasana jadi seperti itu yak?
Aku masih saja
menyaksikan rintik yang jatuh di balik jendela kaca tepat di depan saya duduk. Rimbun
pohon alirkan sisa hujan lewat dedaunan. Kesegaran nampak jelas di dedaunan
yang hijau tua itu. Runtuhkan daun-daun coklat pohon itu. Petir kembali
menyambar-nyambar di langit sana, guntur masih terdengar seram. Mungkin aku
saja yang kagetan.
saat hujan
begitu derasnya aku teringat kata ustads saya sewaktu masih ngaji di desa. Konon
saat paling mujarab untuk berdoa adalah saat huja salah satunya. Atas dasar itu
pikiran gila saya secara tidak sengaja dengan bergurau atau serius saya tidak
begitu menyadarinya. Posisinya saya sedang menunggu hujan reda. Kemudian saya
berdoa kepada Tuhan. “ya Tuhan hamba mohon redakanlah hujan di atas langit sana
aamiin”. Waktu terus berjalan hujan malah kian deras dan kunjung reda. Wouw sifat
ego saya jelas muncul saat seperti ini, protes dan lain sebagainya. “Tuhan
katanya doa kala hujan di kabulin kok saya minta hujan reda tak kunjung Kau
redakan?” dalam relung hati saya menggerutu.
Namun setelah
lama saya duduk merenungi hujan yang kian turun. Saya melihat anak-anak
berlari-lari dengan memakai kolor saja. Iya mereka sedang hujan-hujanan bermain
di derasnya hujan. Tak lama berselang tukang penjual payung datang dengan
sepeda tua nya, dengan senyuman lebar dan mengharap hujan ini membawa berkah
buat usahanya jualan payung keliling. Profesi yang bagi saya sungguh nekat di
tengah membludaknya ruko-ruko dan mall di negeri ini. Setelah lima belas menit
kemudian datang penjual wedang ronde, dengan mendorong gerobaknya dan memakai
mantol tebal dia terjang hujan siang itu, lagi-lagi dengan keceriaan terlihat
di wajah penjual wedang itu. Bagaimana mungkin si bapak ini menjual ronde siang
hari begini? Bukanya biasanya paling gasik jam 5 sore baru pada keluar? Akh bapak
ini memang luar biasa.
Hujan masih
belum reda langit masih mendung hitam, tetesan air kian deras, petir dan guntur
terus terdengar. Kilatan-kilatan cahaya nampak begitu jelas. Tiba-tiba pedagang
bakso dan mie ayam jalan beriringanmereka nampak begitu rukun dan senyum yang
tergambar adalah kebahagian. Pedagang ini bener-bener memahami konsep rezeki. Meskipun
sama-sama jualan hal yang hampir sejenis mereka memahami selera masing-masing
orang itu berbeda. Dan yang pasti rezeki atau jatah rezeki masing-masing orang
itu telah di atur Yang Maha Kuasa. Hujan
perlahan mulai reda, tinggal gerimis-gerimis kecil yang masih terus
berdatangan. Namun mentari kian perlahan menampakan dirinya. Dari sisi yang
berbeda seorang membawa cangkul dengan semangat nya. Mereka sudah pasti pergi
ke sawah mereka. Dengan senyum kebahagian juga mereka membawa topi dari bambu
dan cangkul yang menggantung di pundaknya. Pemandangan ini saya saksikan
sembari berteduh menunggu hujan reda.
Terkadang kita
ini terlalu banyak menuntut ini itu ke Tuhan kita tanpa kita memahami dan
menyadari bahwa tuntutan kita bisa jadi membuat orang lain sedih. Tuntutan kita
bisa jadi membuat orang lain kehilangan pekerjaannya. Kita sering kali menuruti
keinginan dan hawa nafsu kita semata dalam meraih apa yang kita mau. Kita terlampau
sombong dan buru menolak apa yang di berikan Tuhan yang barang kali hanya
bersifat sementara. Menunggunya kita sejenak pasti akan membahagiakan orang
lain di luar sana. Semoga kita semua terus menyadari penting bersabar dan
bersyukur dalam menanggapi setiap problema yang ada. Pada saatnya Tuhan pasti
akan memberikan jatah kepada kita. Sampai tulisan ini di buat hujan telah reda
diatas langit. Namun dimataku masih mengalir hujan yang kian deras, meratapi
betapa diri ini begitu egois, terus menghakimi setiap kepututsan Tuhan. Padahal
Tuhan sedang melibatkan kita dalam rencana-Nya.
"....Tuhan sedang melibatkan kita dalam rencananya"
ReplyDeleteiya... Tuhan memang Maha Asik :)
sya jd terinspirasi.. siip nih bacaan nya :)
Terima Kasih Tiny.. Semoga kita senantiasa sabar dan terus mencari jalan terbaiki untuk kita tapaki.:-)
ReplyDelete