Friday, November 29, 2013

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN

0 comments

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN
Di Presentasi untuk Latihan Dasar Kepemimpinan
FORMIS UTY
Tanggal 01-Desember-2013
Oleh : Edi Sumiarjo
Dari berbagai Sumber

1.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain atau kelompok, atau kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi yang baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin.(Pandji Anogara :2001)
2.      Psikologi Kepemimpinan
Kepemimpinan sering kali dibahas dalam berbagai disiplin ilmu dan tentunya dengan sudut pandang mereka masing-masing. Dari sudut pandang psikologi kita dapat menggunakanya untuk :
a.       Bagaimana membangkitkan semangat
b.      Memberi kan pengarahan
c.       Memahami agar konflik yang terjadi dengan mudah di temukan problem solvingnya.
Teori yang kerap kali di gunakan untuk menggambarkan kepemimpinan dari sudut pandang psikologi modern ini yaitu teori humanistik. Teori ini memang di rasa cukup ideal bagi orang timur atau orang-orang modern dalam memandang manusia. Tapi teori ini juga menuai berbagai kritikan. Dalam teori yang saya gunakan yaitu teori Hirarki Needs nya A. Maslow. Yups dari teori tersebut tergambarkan apa saja yang mesti di penuhi seorang atau bahkan pemimpin dalam kehidupanya agar tercapainya sesuatu hal yang ideal. Gambaran teori ini yakni sebagai berikut :
1.      Kebutuhan Fisiologi atau Kebutuhan Dasar
Kebutuhan ini adalah kebutuhan paling dasar yang harus di penuhi oleh manusia. Misalnya sandang, pangan dan papan. Selain itu juga kebutuhan biologis lainya seperti sex misalnya. Jadi menurut Maslow ketika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi dengan sempurna atau tidak terpenuhi sama sekali manusia akan sulit untuk menaiki tangga selanjutnya. Mungkin kalau kita gambarkan kondisi bangsa kita saat ini sebagai contoh budaya hedonisme di kalangan oknum DPR. Makan di tempat yang mahal, punya gedung yang mewah, punya selingkuhan istri. Secara teori ini kebutuhan dasar mereka saja tidak terpenuhi, bagaimana mereka akan memimpin negeri ini dengan baik?
Pertanyaan saya apakah kebutuhan itu ada cukupnya? Kalau sekedar menuruti keinginan. Saya gambarkan keinginan itu terletak di garis khatulistiwa. Yups keinginan itu tidak ada batasnya. Kalau tidak kita sendiri yang mau memutusnya keserakahan akan menjangkiti kita semua. Padahal kebutuhan dasar kita kalau kita mau menyederhana kan Cuma sandang asalkan baik dan menutupi aurat (muslim). Pangan, makanan ya yang terpenting dapat menegakan tulang rusuk kita. Makan secukupnya saja. Sesekali kita mungkin perlu atau ingin makanan yang enak lagi mahal tapi ingat sesekali saja jangan menjadikan habbit. Papan atau Rumah yang terpenting bisa melindungi dari terik matahari dan hujan. Kalau bisa bikin yang bagus ya bikin kalau mampunya bikin yang sederhana ya sudah bikin yang sederhana saja tanpa perlu korupsi atau berbuat curang lainnya. Sex merupakan kebutuhan biologis, sex ini konon tidak ada matinya bagi laki-laki. Bagi perempuan hingga masa mens pause. Tapi apakah karena tidak ada matinya kita seenaknya sendiri menggunakan atau melampiaskan seenaknya sendiri? Tidak. Jangan berpikir hanya karena pejabat atau pimpinan kita seenake wudele dwe.
Jadi kalau secara teori ini kebutuhan dasar ini harus tercukupkan terlebih dahulu. Jika kita mau menjadi seseorang atau pemimpin yang ideal.

2.      Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka [[manusia[[ membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.  Yups atas dasar penegertian itu sebagai seorang pemimpin kita harus merasa aman dan menciptakan rasa aman bagi bawahannya. Kalau seorang pemimpin saja tidak merasa aman bagaimana bisa dia mampu memimpin kelompoknya atau organisasinya?
Saya contohkan aklau sekarang Mahmod Ahmad Dinajad manatan presiden iran itu merupakan sosok yang selalu merasa aman kemanapun dia pergi. Beliau menyupiri mobilnya sendiri. Tinggal bersama warga bukan di tempat istana. Pergi keluar negeri menggunakan pesawat yang umum seperti masyarakatnya tanpa perlu armada khusus. Apa yang terjadi di iran? Iran justru tumbuh menjadi negara yang maju. Nilai perkapita nya diatas Indonesia yang Berpenduduk jauh diatas Iran.

3.      Kebutuhan di cintai dan di Sayangi
Kebutuhan ini erat kaitanya dengan orang-orang terdekat kita. Dalam berorganisasi tentunya antara pemimpin dan bawahanya harus memperhatikan bahwa setiap manusia ityu ingin di cintai dan mencintai. Seorang pemimpin yang baik memahami akan hal ini. Jadi mereka tidak hanya menuntut untuk dihormati atau disayangi melainkan mereka juga mencintai bawahanya. Mereka sadar bahwa setiap manusia menginginkan untuk di cintai dan disayangi. Sehingga hubungan antara pemimpin dan bawahan ya jadi lebih haramonis
4.      Kebutuhan Untuk di Hargai
Manusia yang sosial pasti akan membutuhkan penghargaan bagaimana pun bentuknya. Pemimpin yang telah mampu melalui tahap ini kan begitu respect terhadap bawahanya. Pemeimpin semacam ini akan dengan mudahnya memberikan reward atau pujian kepada bawahanya terhadap apa yang mereka lakukan. Terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Sehingga harapanya kinerja mereka akan terus meningkat tanpa kita terus menginstruksi.
5.      Kebutuhan Actualisasi diri
Dalam teori ini mungkin tidak mengenal Tuhan. Hanya saja menyebutkan engeri yang mendekati Tuhan. Actualisasi diri, orang yang telah mampu mengaktualisasikan diri cenderung lebih bijak sana dalam mengambil keputusan karena telah memahami dengan benar bagaimana mereka harus bertindak. Bekerja dengan sepenuh hati karena semua kebutuhan dasar telah terpenuhi.
Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan adanya sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.
Terus apakah Teori ini atau tahapan ini harus di lalui seseorang agar mampu memimpin dengan baik. Atau setidaknya memimpin diri sendiri dengan baik?
Saya terangkan sekali lagi ini hanyalah teori yang jika kita terapkan mungkin idealnya akan seperti itu. Namun bila ada keterbatsan atau ketidak mampuan kita kita juga mampu mengaktualisasikan diri namun mungkin itu hanya orang-orang pilihan. Seperti contoh cerita berikut ini :
Abu Dzar Al Ghifari adalah salah satu sahabat Nabi SAAW yang ikut serta dalam perang Tabuk. Tabuk sendiri terletak sangat jauh dari Madinah yaitu sekitar empat ratus mil. Rombongan nabi berangkat dengan perbekalan dan persenjataan yang seadanya. Di tengah perjalanan, tiga orang, satu demi satu tercecer di belakang, dan setiap kali ada yang tercecer, Nabi SAAW diberi tahu, dan setiap kali Nabi berucap ” jika ia orang baik, ALLAH akan mengembalikannya dan jika ia orang tidak baik, lebih baik ia tidak pergi (tidak menyusul)”. Unta Abu dzar yang kurus dan lemah termasuk yang terbelakang, dan Abu Dzar pun akhirnya tertinggal di belakang. Seorang sahabat berucap “Ya Rasulullah! Abu Dzar juga tercecer!” Nabipun mengulangi kalimat yang sama “Jika ia orang baik, ALLAH akan mengembalikan dia pada kita, dan jika tidak baik, lebih baik ia pergi”.
Pasukan terus maju dan Abu Dzar makin tercecer tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya, binatang tunggangannya tetap tidak berdaya. Apapun yang ia lakukan untanya tetap tidak bergerak, dan kini ia tertinggal beberapa mil di belakang. Ia membebaskan untanya dan memikul sendiri muatannya. Dalam suhu terik itu ia meneruskan perjalanan di gurun panas. Ia serasa akan mati kehausan. Ia menemukan tempat berteduh di batu-batu yang terlindung panas oleh bukit. Di antara batu-batu itu ada sedikit air bekas hujan yang menggenang, tetapi ia berniat tidak akan meminumnya mendahului sahabatnya, Rasulullah SAAW. Ia mengisi air itu ke dalam kantong kulit , memikulnya, dan bergegas menyusul kaum Muslim yang telah jauh di depan. Di kejauhan mereka melihat suatu sosok. “Ya Rasulullah! Kami melihat suatu sosok menuju arah kita!”
Beliau SAAW berucap semoga itu Abu Dzar. Sosok itu makin dekat, memang itu Abu Dzar, tetapi tenaga yang terkuras dan dahaga serasa mau mencopot kakinya. Nabi SAAW khawatir ia akan rubuh. Nabi SAAW menyuruh memberikannya minum secepatnya, tetapi Abu dzar berkata serak bahwa ia mempunyai air. Nabi SAAW berkata:
“Engkau mempunyai air, tetapi engkau hampir mati kehausan!”
“Memang, ya Rasulullah! Ketika saya mencicipi air ini, saya menolak meminumnya sebelum sahabatku Rasulullah”
Sungguh Abu Dzar telah mendobrak, memukul, dan merontokkan teori Maslow dengan pasti!. Mengapa? Teori maslow tidak mampu menjelaskan peristiwa ini, piramida hirarki kebutuhan Maslow tenggelam dalam pribadi, dan perilaku Abu Dzar yang hanya dapat dilihat secara multidimensional. Teori Maslow yang begitu digembar-geborkan tidak berdaya menjelaskan perilaku Abu Dzar yang self directed tanpa terpengaruh letih dan hawa panas, mencintai alam dengan melepaskan untanya, menjalin hubungan interpersonal yang harmonis dan memuaskan dengan sahabatnya yang mulia Rasulullah SAAW, bahkan berkorban demiNya. Semua itu menunjukkan bahwa Abu Dzar telah mencapai tingkat aktualisasi diri!. Lantas dimana letak kelemahan penjelasan teori Maslow? Ketika Abu Dzar merasakan lapar, haus, letih, bahkan terancam kematian! Ia yang berada dihadapan sebuah genangan air tetap tidak memikirkan kebutuhan biologis dirinya sendiri, akan tetapi memikirkan Rasulullah SAAW. Berarti aktualisasi diri dari Abu Dzar tercapai tanpa prasyarat, tanpa melalui tingkatan-tingkatan dasar. Abu Dzar tidak membutuhkan terpenuhinya kebutuhan biologis, bahkan ia rela mati, ia tidak membutuhkan pengakuan sosial, tercecerpun ia tidak putus asa, ia tidak membutuhkan pengakuan terhadap kemampuannya, tidak membutuhkan dukungan dari orang lain yang akan membuatnya percaya diri. Teori dari Abraham Maslow jelas salah! Aktualisasi diri tidak tercapai melalui sebuah hirarki, tidak seperti sebuah tangga dimana untuk mencapai puncaknya harus menaiki anak tangga satu persatu. Abu Dzar menemukan cara yang lebih cepat dan sederhana untuk mencapai aktualisasi diri, yaitu dengan mencintai Rasulullah SAAW!.

3.      Psikologi Islam Terhadap Kememimpinan
Rosululloh SAW adalah sosok pemimpin yang luar biasa yang tidak akan satupun orang akan menyamai rekornya. Seorang pemimpin yang begitu sederhana, amanah dan mampu membuat bawahanya menjadi orang yang paling bangga bersama dengan Beliau. Teori-teori memahami orang lain secar psikologi atau apalah yang baru di temukan abad 18-19 M. Ternyata jauh sebelum itu sudah di terapkan oleh sosok Rosululloh SAW.
Cara-cara Rosululloh memimpin benar-benar memperhatikan kesejahteraan bawahanya. Kondisi psikis bawahannya begitu di perhatikan. Bagaiaman beliau bisa seperti itu. Jelas secara psikologi beliau jauh lebih memahami dirinya, jauh lebih hebat secara batiniah. Dengan kerendahan hati dan kesederhaannya sebagai seorang pemimpin Rosululloh dapat menjadikan seluruh dunia ini mengenal agam islam dan peradaban luhur yang baik. Atau dengan istilah dari jahiliyah menuju cahaya.
Apa saja contoh Rosululloh menerapkan Psikologi dalam kepemimpinanya? Bisa di terapkan jika kita ingin meniru cara memimpin rosululloh.

I.               Rosululloh Tidak segan-segan memuji bawahanya.
Rasulullah pernah mengatakan kepada Umar, “saya belum pernah melihat kecerdasan seseorang yang menyamai Umar. Seluruh kaum muslimin dapat memanfaatkan (kecerdasan) nya. Demikian Rasulullah saw berkata pada sahabatnya. Begitu pula Rasulullah saw. mengatakan “segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan dalam golongan kita seorang seperti anda …, demikian dikatakan kepada Abu Hudzaifah yang senang berbuat baik dan melebihi sahabat lain.

II.            Rosululloh Memberi kritikan dengan sangat halus
Kisah yang diceritakan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw. suatu ketika mendengar Abu Bakar mengutuk dan mencaci hamba sahayanya. Maka Rasulullah saw dating mengunjungi Abu Bakar dan seraya berkata “wahai As-Shiddiq (orang benar)”. Ya (jawab Abu Bakar) ada apa ya Rasulullah ? Tidak ada apa-apa, saya Cuma ingin bertanya, apakah orang shiddiq (benar) itu juga senang mengutuk atau mencaci ? Jawab Rasulullah seperti tidak serius.
Abu Bakar terdiam, ia sadar bahwa Rasulullah saw tidak setuju dengan sikapnya dalam menghadapi hamba sahaya, walaupun tidak secara langsung mengatakannya. Kemudian bertanya “ apakah saya tidak boleh memarahi mereka atas kesalahannya ya Rasulullah ? Tidaklah sekali-kali boleh berbuat demikian, sungguh demi Allah yang mempunyai Ka’bah, tidak sekali-kali diperkenankan berbuat demikian” ujar Rasulullah saw.
Maka sebagai akibat kritik Rasulullah saw yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang satu-satunya yang paling benar, tetapi telah ternoda dengan sikapnya terhadap hamba sahaya. Maka pada hari itu juga Abu Bakar memerdekakan budak yang dimarahinya itu. Hari itu juga Abu Bakar dating pada Rasulullah saw seraya berkata “tidak akan saya ulangi lagi perbuatan yang demikian itu, ya Rasulullah”. Sebaliknya untuk menyenangkan dan menetramkan hati Abu Bakar, Rasulullah saw berkata “ Maafkan saya yang telah mengingatkan kamu wahai Abu Bakar. Itu saya lakukan karena demi kebaikanmu juga. Sebab sesungguhnya para pengutuk itu tidak akan memperoleh syafaat dan syahid pada hari kiamat”.

III.             Rosululloh Sederhana dan Mengayomi Masyarakat
Tidak bisa digambarkan betapa sederhanaya Rosululloh. Dalam suatu riawayat Rosul pernah menyuapi orang kafir Quraish yang buta. setiap hari Rosulluloh dicaci dan dimaki. Namun setiap itu pula Rosul tetap menyuapinya dengan lembut dengan pelan. Setiap hari Rosul selalu menyempatkan untuk menyuapi dan memberinya uang. Sampai singkat cerita  Rosul wafat, kemudian kebiasaan itu diteruskan oleh Abu Bakar atas pemberitahuan Istri Rosul. Saat disuapi abu bakar si kafir ini juga masih menghina dan mencaci maki rosul. Pada suapan pertama Abu bakar pun sudah merasa jengkel namun tetap disuapi tetapi si kafir ini makin menjadi-jadi mencaci hingga Abu Bakar merasa jengkel dan si pengemis itupun berkata “Kau bukan orang yang biasa menyuapi aku, dimana orang biasa menyuapi aku?” abu bakar menjawab “beliau sudah wafat, orang yang kau caci, kau maki itu orang yang setiap hari menyuapi kamu dengan lemah lembut dan penuh kesabaran”. Seketika itu si kafir mnangis dan bertobat dan kemudian masuk Islam.
Dan pastinya ada banya contoh yang Rosul berikan karena keterbatasan saya, hanya 3 contoh itu tadi bagaimana luar biasanya Rosul kita.
SEMANGAT SEMOGA SAHABAT SEMUA MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK UNTUK NEGERI INI AAMIIN.:-)
  


0 comments:

Post a Comment