Tuesday, April 8, 2014

DEMOKRASI ASU

0 comments


Menjelang pemilihan umum yang diadakan besok tanggal 9 April saya mungkin menjadi seorang warga negara yang bisa disebut tidak ikut membangun negeri. Iyah orang yang tak mencoblos dinegeriku Indonesia disebut orang yang tak ikut serta membangun negeri. Orang yang tak ikut andil memperjuangkan nasib bangsa. Atau terserahlah apa namanya. Namun saya memilih jalan saya sebagai kau putih. Kaum golput, kaum yang sangat di benci oleh para caleg. Caleg itu calon legeslatif, orang-orang yang berlomba, bersaing memperebutkan kursi jabatan sebagai wakil rakyat. Konon si wakil rakyat entah apa kerja besok namanya tetap wakil rakyat.
Namanya sebenarnya sudah sangat mulia sebagai wakil rakyat. Wakil dari semua rakyat baik yang memilih atau tak memilihnya. Jadi wali murid satu anak saja sudah bangga apalagi jadi wakil rakyat banyak yak? Apakah caleg yang sudah jadi besok itu bakal sebahagia wali murid atau wali kelas? Akh sayang saya tak punya sahabat seorang wakil rakyat jadi tak pernah menanyakan hal semacam ini.
Pemilihan umum tahun 2014 meneurut beritanya menghabiskan dana sekitar 26 T. Wiuuh angka yang luar biasa. Itu biaya resmi buat menyelenggarakan pesta 5 tahunan ini dari mulai persiapan hingga akhir pemilu. Tapi tidak tahu kalau dikalkulasi dengan biaya parpol kampanye. Atau legeslatif berkampanye mengeluarkan biaya jutaan menggaet masa. Dengan biaya yang begitu besar pesta 5 tahunan ini bisa menjadi pesta rakyat yang sangat luar biasa. Pesta rakyat untuk mengangkat orang menjadi wakilnya. Dan kelak wakilnya itu juga yang akan membunuh rakyat secara perlahan dari mulai potong jari kakinya hingga ubun-ubunya hingga mati.
Memang sungguh menyakitkan hidup di negeri ini. Bagaimana tidak, memilih salah tidak memilihpun salah. Mau memilih lah yang dipilih tak sesuai kriteria kita. Bukanya memilih itu harus sesuai selera? Nah kalau tidak ada yang memberi selera masa iya kita dipaksa mau suka. Contoh gampangnya gini saja, didepan anda disajikan aneka kotoran hewan dari yang paling tak berbau hingga yang paling bau apakah anda akan memakanya meski bukan makanan anda. Hanya jika anda orang gila yang mau makan sesuatu yang kita anggap kotor. Mohon maaf bukan bermaksud mengeneralisasikan caleg yang baik dalam kubangan manusia kotor. Namun orang yang bersih ketika masuk dalam kubangan kotor akan terkotori.
Memang banyak orang yang baik di negeri ini. Banyak orang yang memperjuangakan kebenaran di negeri ini. Tapi rasanya sia-sia memperjuangan kebenaran di negeri pengadop demokrasi yang kebelinger. Menyerahkan kebenaran pada suara terbanyak adalah pilihan yang fatal. Apalagi yang memilih bukan orang yang memiliki kredibilitas dalam kebenaran tersebut. Yang ada sekedar orang yang berebut kebenaran kemudian akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki suara terbanyak. Entah mendapatkan suara tersebut dari membayar orang atau dengan cara curang lainya. Namun point terpentingya kebenaran di negeriku hanya di dasarkan pada suara terbanyak. Bahkan kalaupun penemu teori-teori zaman dahulku hidup diIndonesia mungkin tak pernah ada teori galileo atau teori lainya yang secara mayoritas ditolak.
Negeri ini gagal menggunakan ideologi nya sendiri dan memilih mengadopsi paham dari luar. Nenek moyang kita dan bahkan di masing-masing agama terutama Islam mengajarkan untuk bermusyawarah. Bermusyawarah untuk menentukan suatu pilihan, masing-masing mengadukan kebenaranya an faktanya. Dipilih orang yang ahli dibidangnya untuk mengarahkan jalanya musyawarah. Nah kalau sekarang? Orang yang bukan pada bidangnya pun sok ngoyo memeperebutkan jabatan atas nama wakil rakyat.
Itulah karena kebenaran hanya didasarkan suara terbanyak.. miriss.. semoga negeri ini semakin baik entah kapan saat itu tiba. Tapi setidaknya kita sendiri yang memulai berpikir lebih cerdas, lebih kritis terhadap segala hal yang ada dilingkungan sekitar kita.

0 comments:

Post a Comment