Menjelang
pemilihan umum yang diadakan besok tanggal 9 April saya mungkin menjadi seorang
warga negara yang bisa disebut tidak ikut membangun negeri. Iyah orang yang tak
mencoblos dinegeriku Indonesia disebut orang yang tak ikut serta membangun
negeri. Orang yang tak ikut andil memperjuangkan nasib bangsa. Atau terserahlah
apa namanya. Namun saya memilih jalan saya sebagai kau putih. Kaum golput, kaum
yang sangat di benci oleh para caleg. Caleg itu calon legeslatif, orang-orang
yang berlomba, bersaing memperebutkan kursi jabatan sebagai wakil rakyat. Konon
si wakil rakyat entah apa kerja besok namanya tetap wakil rakyat.
Namanya
sebenarnya sudah sangat mulia sebagai wakil rakyat. Wakil dari semua rakyat
baik yang memilih atau tak memilihnya. Jadi wali murid satu anak saja sudah
bangga apalagi jadi wakil rakyat banyak yak? Apakah caleg yang sudah jadi besok
itu bakal sebahagia wali murid atau wali kelas? Akh sayang saya tak punya
sahabat seorang wakil rakyat jadi tak pernah menanyakan hal semacam ini.
Pemilihan
umum tahun 2014 meneurut beritanya menghabiskan dana sekitar 26 T. Wiuuh angka
yang luar biasa. Itu biaya resmi buat menyelenggarakan pesta 5 tahunan ini dari
mulai persiapan hingga akhir pemilu. Tapi tidak tahu kalau dikalkulasi dengan
biaya parpol kampanye. Atau legeslatif berkampanye mengeluarkan biaya jutaan
menggaet masa. Dengan biaya yang begitu besar pesta 5 tahunan ini bisa menjadi
pesta rakyat yang sangat luar biasa. Pesta rakyat untuk mengangkat orang
menjadi wakilnya. Dan kelak wakilnya itu juga yang akan membunuh rakyat secara
perlahan dari mulai potong jari kakinya hingga ubun-ubunya hingga mati.
Memang
sungguh menyakitkan hidup di negeri ini. Bagaimana tidak, memilih salah tidak
memilihpun salah. Mau memilih lah yang dipilih tak sesuai kriteria kita. Bukanya
memilih itu harus sesuai selera? Nah kalau tidak ada yang memberi selera masa
iya kita dipaksa mau suka. Contoh gampangnya gini saja, didepan anda disajikan
aneka kotoran hewan dari yang paling tak berbau hingga yang paling bau apakah
anda akan memakanya meski bukan makanan anda. Hanya jika anda orang gila yang
mau makan sesuatu yang kita anggap kotor. Mohon maaf bukan bermaksud
mengeneralisasikan caleg yang baik dalam kubangan manusia kotor. Namun orang
yang bersih ketika masuk dalam kubangan kotor akan terkotori.
Memang
banyak orang yang baik di negeri ini. Banyak orang yang memperjuangakan
kebenaran di negeri ini. Tapi rasanya sia-sia memperjuangan kebenaran di negeri
pengadop demokrasi yang kebelinger. Menyerahkan kebenaran pada suara terbanyak
adalah pilihan yang fatal. Apalagi yang memilih bukan orang yang memiliki
kredibilitas dalam kebenaran tersebut. Yang ada sekedar orang yang berebut
kebenaran kemudian akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki suara terbanyak. Entah
mendapatkan suara tersebut dari membayar orang atau dengan cara curang lainya. Namun
point terpentingya kebenaran di negeriku hanya di dasarkan pada suara
terbanyak. Bahkan kalaupun penemu teori-teori zaman dahulku hidup diIndonesia
mungkin tak pernah ada teori galileo atau teori lainya yang secara mayoritas
ditolak.
Negeri
ini gagal menggunakan ideologi nya sendiri dan memilih mengadopsi paham dari
luar. Nenek moyang kita dan bahkan di masing-masing agama terutama Islam
mengajarkan untuk bermusyawarah. Bermusyawarah untuk menentukan suatu pilihan,
masing-masing mengadukan kebenaranya an faktanya. Dipilih orang yang ahli
dibidangnya untuk mengarahkan jalanya musyawarah. Nah kalau sekarang? Orang yang
bukan pada bidangnya pun sok ngoyo memeperebutkan jabatan atas nama wakil
rakyat.
Itulah
karena kebenaran hanya didasarkan suara terbanyak.. miriss.. semoga negeri ini
semakin baik entah kapan saat itu tiba. Tapi setidaknya kita sendiri yang
memulai berpikir lebih cerdas, lebih kritis terhadap segala hal yang ada
dilingkungan sekitar kita.
0 comments:
Post a Comment