Thursday, December 5, 2013

MAHA SATPAM

0 comments
          
            TANYA jawab pengajian itu menjadi hangat. Tak disangka tak dinyana anak muda berpeci yang lehernya berkalung sajadah itu mendadak meningkatkan nada suaranya.
             ”Saya sangat kecewa mengapa dan memprotes keras mengapa Bapak bersikap sedemikian lunak kepada orang-orang yang dating ke kuburan untuk meminta angka-angka buntutan! ” ia menuding-nuding , ”Itu jelas syirik, saya sebagai warga organisasi Islam yang sejak kelahirannya yang sejak kelahirannya bermaksud memberantas segala tahayul, bidah, khurafat, dan syirik, akan terus memberantas gejala-gejala semacam itu dalam masyarakat kita sampai titik darah penghabisan!”
             Bapak ustadz terkesima.
             Isi pemikiran pemuda itu tidak aneh, meskipun bukan tidak menggelisahkan. Namun ”semangat juang”-nya ini! Apakah ia baru saja membaca sajaknya Chairul Anwar ”Aku” atau ”Persetujuan dengan Bung Karno” sehingga voltage suaranya meningkat? Tapi marilah bersyukur. Ini yang namanya sukses pewarisan nilai dan semangat perjuangan dari generasi satu ke generasi yang lain. Proporsi di mana dan untuk soal macam apa semangat itu mesti di terapkan, adalah soal kedua.
             ”Adik manis, maafkan saya kalau memang khilaf,” bapak ustadz berkata dengan lembut, ”Tapi saya berharap aspirasi kita tidak terlampau berbeda. Saya juga tidak bermaksud menularkan kebiasaan orang-orang tua untuk tidak terlalu dingin terhadap gejala-gejala. Tetapi, nyuuwun sewu, saya melihat ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Pernyataan Anda tadi ibarat memasukkan sambal ke dalam es dawet…”
             Para jamaah tertawa, meskipun pasti mereka belum mengerti maksudnya.
             ”Syirik ya syirik, tapi orang masuk kuburankan macam-macam maunya. Ada yang mau cari tengkorak, ada yang sembunyi dari tagihan rentenir, ada yang sekedar menyepi karena pusing bertengkar terus dengan istrinya yang selalu meminta barang-barang seperti yang diminta tetangganya. Terus terang saya juga sering masuk kuburan dan nyelempit di balik gerumbul-gerumbul karena sangat jenuh oleh acara macam yang kita selenggarakan mala mini, jenuh di undang kesana-kemari untuk sesuatu yang sebenarnya tidak jelas, jenuh meladeni pertanyaan-pertanyaan yang khas kaum muslimin abad-20 dari ’apa hukum merangkul rambut’ sampai ’memandang wanita itu zina apa tidak’, atau jenuh dengan pemikiran-pemikiran puber akrobat pikiran intelektualnya over-dosis. Kejenuhan itu sendiri sunnatullah atau hukum alam. Tuhan mengizinkan kita untuk merasa jenuh pada saat-saat tertentu sebagai bagian dari peran kemanusiaan. Apakah buang-jenuh di kuburan syirik?”
             ”Bukan itu maksud saya!” teriak sang pemuda ”saya berbicara tentang orang yang minta-minta di kuburan.”
             ”Baiklah,” lanjut pak ustadz. ”Syirik itu letaknya di hati dan sikap jiwa, tidak di kuburan atau kantor pemerintah. Sebaiknya kita jangan gemampang, jangan terlalu memudahkan persoalan dan gampang menuduh orang. Saya terharu anda bersedia memerangi syirik sampai titik darah penghabisan, namun saya saya juga prihatin menyaksikan Anda bersikap begitu sombong kepada orang miskin….”
             ”Apa maksud Bapak?” sang pemuda memotong.
             ”Bikinlah proposal untuk meminta biaya siapa saja yangsebenarnya suka mendatangi kuburan, terutama yang menyangkut tingkat perekonomian mereka. Kita memang tahu para pejabat suka berdukun ria dan para pengusaha mendaki Gunung Kawi, tapi siapakah pada umumnya yang berurusan dengan kuburan untuk menggali harapan penghidupan? Saya berani jamin kepada Anda bahwa 90% peanggan kuburan adalah orang-orang kehidupan ekonominya kepepet. Orang seperti Anda ini saya perhitungkan tidak memerlukan kuburan karena wesel dari orang-tua cukup lancer. Di samping itu syukurlah posisi social Anda. Anda termasuk dia antara sedikit anak-anak rakyat yang beruntung, memiliki peluang ekonomi untuk bisa bersekolah sampai perguruan tinggi. Karena Anda bersekolah sampai perguruan tinggi sehingga anda menjadi pandai dan mampu mengelola kehidupan secara lebih rasional. Harapan anda untuk menjadi pelanggan kuburan termasuk amat kecil. Anda akan menang bersaing meniti karier melawan para tamatan sekolah menengah, para DO atau apalagi para non-sekolah. Kalaupn menjumpai persoalan-persoalan umum yang menyangkut ketidakadilan ekonomi, misalnya, Anda bukan merencanakan berkunjung ke makam Sunan Begenjil, melainkan bikin kelompok diskusi yang memperbincangkan kepentingan ekonomi dan kemapanan kekuasaan politik….”
             Seperti ari bah kata-kata bapak ustadz kita meluncur.
             ”kalaupun anda ogah terlibat bekerja dalam jajaran birokrasi kekuasaan atau tempat-tempat lain yang anda perhitungkan secara sistematik mendukung kemampuan itu, anda masih mempunyai peluang non-kuburan, misalnya, bikin badan swadaya masyarakat. Langkah pertama gerakan ketidaktergantungan itu ialah merintis ketergantungan terhadap dana luar negri di mana anda bisa numpang makan, minum, mrokok, dan membeli jeans baru. Langkah kedua, meningkatkan kreativitas proposal agar secara pasti anda bisa memperoleh nafkah dari gerakan itu. Dan langkah ketiga, menyusun kecanggihal lembaga anda sedemikian rupa sehingga anda sungguh-sungguh bisa mengakumulasikan kekayaan, bikin rumah, beli mobil, dan memapankan deposito. Juklak saya untuk itu adalah umumkan ide-ide sosialisme perekonomian sebagai komoditi kapitalisme perusahaan swadaya masyarakat anda. Kemiskinan adalah export non-migas yang subur bagi kelompok priyai pembebas rakyat di mana anda bisa bergabung…”
             Bapak ustadz kita sudah tak terbendung lagi.
             ”dengan demikian anda bisa selamat dari budaya kuburan sampai akhir hayat. Hal-hal semacam itu tidak bisa di lakukan oleh orang-orang miskin yang hendak anda berantas syiriknya itu. Mereka tak mampu membuat proposal, takut kepada Pak Camat dan Babinsa, karena bagi mereka lebih mengerikan dibandingkan dengan hantu-hantu kuburan. Satu-satunya kesanggupan revolusioner yang masih tersisa pada orang kecil yangmelarat adalah minta harapan secara gratis ke kuburan.”
             Suasana pengajian menjadi semakin senyap.
             ”Bapak ini ngomong apa?” potong sang pemuda lagi.
             ”Kepada siapa dan apa sajakah Allah cemburu pada zaman ini? Siapakah atau apakah yang dituhankan orang di negeri anda ini? Apa yang di dambakan orang melebihi Tuhan? Apa yang di kejar diburu melebihi Tuhan? Apa yang di takuti orang melebihi Tuhan? Apa yang sedemikian menghimpit memojokkan menindih orang seolah-olah berkekuatan melebihi Tuhan? Apa dan siapa yang mendorong orang tunduk, patuh dan loyal sepenuh hidupnya kepadanya melebihi Tuhan? Apa yang memenuhi pikiran orang, memenuhi perasaan dan impian orang lebih dari keindahan Tuhan? Lihatlah itu, pikirkan dan terjemahkan melalui pikiran kebudayaan Anda, pikiran social Anda, pikiran politik Anda, pikiran ekonomi Anda, perhitungan structural Anda…”
             Suara bapak ustadz kita menjadi agak gemetar meskipun nadanya meninggi.
             ”Berankah anda berangkat membrantas syirik-syirik besar yang dilatari oleh kekusaan, senjata, dan fasilitas? Beranikah anda berperang melawan diri Anda sendiri untuk mengurangi sikap gemagah kepada orang-orang lemah” Sanggupkah Anda mengalahkan obesis kehidupan Anda sendiri untuk merintis peperangan-peperangan yang sedikit punya harga diri?”
             Napas mulai agak tersengal-sengal.
             ”Anda begitu bangga menjadi satpam kehidupan orang lain. Bukankah Anda tampak bermaksud menjadi maha satpam yang memberantas syirik sampai titik darah terakhir. Tetapi Anda menodongkan laras senjata Anda ke tubuh semut-semut yang terancam oleh badai api sehingga menyingkir kekuburan sepi. Itu karena mata pengetahuan Anda tak pernah dicuci kecuali oleh para ulama-ulama yang memonopoli kompetisi pemikiran keagamaan, padahal mereka begitu pemalas mencici mata umatnya, kecuali persoalan yang menyangkut kepentingan posisi mereka. Anda sudah tahu wajib, sunat, halal, makruh, dan haram, tetapi itu di terapkankan pada hal-hal yang wantah. Anda hanya bertanya orang sudah solat lohor apa belum, orang ke kuburan atau tidak, si keponakan sudah pake jilbab atau belum, mengapa Cut Nyak Dien mengelus-elus paha Teuku Umar padahal itu film citra Islam. Anda tidak merintis penerapan kualifikasi hukum lima itu untuk persoalan-persoalan yang lebih luas. Anda tidak pernah mempersoalkan bagaimana sejarah politik perekonomian dari tikar plastik yang tiap hari Anda pakai sembayang. Anda marah pada Cristine hakim tidak pakai jiblab padahal ia muslimah, tetapi anda tuli terhadap kasus penggusuran, terhadap proses pembodohan lewat jaringan depolitisasi, terhadap proses pemiskinan, terhadap ketidakadilan social yang luas. Anda tidak belajar tahu apa saja soal-soal yang kualitasnya wajib dalam perhitungan makro structural. Anda hanya sibuk mengurusi sunah-sunah dan tidak acuh terhadap kasus-kasus yang wajib respon sifatnya…  ”
             ”Pak! Mengapa jadi sejauh itu….?” Sahut sang pemuda.
             ”Dengar dulu, anak muda!” tegang wajah sang bapak. ”Itu yang menyebabkan Anda tidak memiliki perhitungan yang menyeluruh untuk akhirnya menemukan hakikat kasus syirik yang sebenarnya. Anda hanya sanggup melihat sesorang mencuri. Anda hanya tahu bahwa mencuri itu hukumnya haram, padahal melalui relativitas konteks-konteks, pencuri itu bisa halal sifatnya….”
             ”Apa-apaan ini, Pak?” sang pemuda menyelonong lagi.
             ”Kita ini dibesarkan dalam kekalahan-kekalahan. Dalam rasa ketidakmungkinan menang, subyektivitas kita tumbuh subur. Kalau kita bercermin dan menjumpai wajah kekalahan di biliknya, kita ciptakan kemudian cermin yang mampu menyodorkan halusinasi kemenangan kita. Kalau kita tak punya biaya untu knaik haji, naiklah kita ke puncak Gunung Bawakaraeng dan mereka telah naik haji. Kalau tak sanggup perang melawan kekuatan manusia, kita cari tuyul untuk kita taklukan. Kalau tak ada juga peluang untuk tampil di panggung sejarah, kita berduyun-duyun ke panggung narkotik kebudayaan di bidang ndangdut, diskotik si Boy,atau mengangkat seorang pencoleng menjadi dermawan sehingga hati terhibur. Kalau risi berpegang pada pilar-pilar kufur dan tan sanggup bersandar pada udara, maka melianglah kita pada lubang sempit pengetahuan keagamaan kita yang muallaf dan nadir. Kita tak kuat naik gunung, kita susun gunung-gunung dalam tempurung. Naluri kekuasan kita tumpahkan dalam tempurung. Kita menjadi ”negara” dalam pesta syairiat dangkal umat di sekeliling kita. Kita mengawasi muda-mudi yang berboncengan motor, kita menepon pasien-pasien kita di pagi buta untuk mengecek apakah dia sudah salat subuh, kita sembahyang jamaah sambil melirik apakah orang di samping kita sudah cukup khusuk sembahyangnya. Kita menjadi puritan, menjadi ”manusia amat lokal”. Kita mendirikan kekuasan baru di mana kita adalah penguasanya… ”
             Sang pemuda tak bisa tahan lagi, ”Maf, Pak! Berilah saya sedikit peluang…”
            Tapi air bah terus tumpah ke bumi.
Oleh : Emha Ainun Nadjib

Wednesday, December 4, 2013

SANGGUPKAH TUHAN MENERIMA MUSIBAH?

0 comments

Selamat siang sahabat semua mungkin postingan ini agaknya kontroversi tapi saya harapkan baca saja dengan kepala dingin dan hati sejuk. Nikmati saja alur tulisannya. Pada kesempatan kali ini saya sengaja memposting hasil kultwit akun yang lumayan agak nyeleneh sekilas kalau kita membacanya. Yups akun ini bernama @IBLIS_wa iya alisan IBLIS Wallahu A’lam. Kurang lebihnya seperti ini mari kita petik ilmu nya bersama dan semoga bermanfaat.
Setelah gempa di Jogja yang membikin hati miris itu, pesantren tempat aku belajar libur, semua santri disuruh pulang. Aku segera teringat Mbah Maridjan, bagaimana kabar orang tua itu yang dulu sering mengajari aku filsafat Jawa. Tergopoh2 aku menemui Mbah Maridjan, kucari tadi di rumahnya beliau tidak ada. Setengah berlari aku menyusuri pematang sawah yang masih agak basah, sambil sesekali menghirup aroma batang padi yang merasuk. Kata tetangga Mbah Maridjan, beliau sering menyendiri di gubug di tengah sawah kalau sore2 begini. Dari jauh sudah kulihat gubug kecil beratapkan daun kelapa dan damen ( batang padi kering).
Setelah dekat,kulihat Mbah Maridjan yg sedang mnyalakan rokok lintingannya.Baunya mnyengat,tetapi segar apalagi ditambah suasana sore yg semilir. Mbah,bagaimana ini Mbah,musibah datang silih brganti,sprtinya sudah waktunya kita mlakukan tobat nasional. Mbah Maridjan malah tenang2 saja”. Musibah itu bisa jadi rahmat, sebagaimana rahmat juga bisa jadi musibah. Ini hanya kejadian alam biasa Le.” Gimana sih Mbah, musibah ini peringatan dari Tuhan Mbah atas dosa2 kita, sekaligus juga ujian apakah kita tabah menghadapi musibah.
Mbah Maridjanpun menjawab santai “ Tuhan pun tak sanggup menerima musibah, Le”. Aku seperti ditampar langsung di otakku, apa pula maksud Mbah Maridjan ini. Hhhmm, maksud Mbah Maridjan…?” sahutku keras kemudian Mbah Maridjan menjelaskan ulang kata-katanya dengan lengkap “Tuhan itu Le, baru diduakan saja sudah marah2, baru perintahnya tidak dilaksanakan saja sudah ngirim bencana, lha piye…Tuhannya saja nggak tabah, ciptaannya bisa lebih gak tabah lagi”.
Sebentar2, aku masih tidak mengerti apa maksud Mbah Maridjan.” “ Kamu ini pancen bodho Le, kamu ingat kisah Adam dan Hawa? yang dikeluarkan dari surga hanya karena makan buah Khuldi yang terlarang itu? itu kan kesalahan sepele, tapi Tuhan marah, terus Adam dan Hawa ditundung dari surga. Terus kamu ingat kisah Iblis dan Adam, Iblis disuruh menghormati Adam, suruh sujud di depan Adam, lha wong Iblis itu pinter, ya dia nggak mau, dia hanya mau sujud dan hormat kepada Tuhan, lagi2 Tuhan marah, purik, akhirnya Iblis dilaknat. Ingat pulakah kau tentang Sodom dan Gomora, hanya karena homoseksualitas saja seluruh kota dihancurkan. Tuhannya saja kurang dewasa, jangan pula salahkan umatnya kalau kekanak2an.
Aku hanya bengong, mendengarkan tutur kata Mbah Maridjan yang mengalir sambil mengepulkan asap rokok kretek di jari2 tangannya. Sungguh-sungguh "gila" Mbah Maridjan ini, berani-beraninya menggoyang tahta diktatur Tuhan. “ Aceh sudah lebur, Jogja sudah hancur, Merapi njeblug, kita harus lebih banyak berdoa Mbah Maridjan, supaya Tuhan mengampuni dosa2 kita.” Sahut lagi keras.
“ Hahahahahaha…………………..” Mbah Maridjan tertawa terkekeh-kekeh, sampai terbatuk2, sambil melihat dengan pandangan lucu kepadaku. Kamu ini Le, produk jaman modern kok berpikirnya idiot kaya gitu. Kalau banyak orang berdosa,dosa mereka kan kepada alam dan sesama manusia. Minta ampun lah kepada alam, dengan merawat mereka dengan baik, menjadi bagian dari alam bukan malah memperkosanya. Minta ampunlah kepada manusia2,berhenti korupsi,bantulah para fakir miskin, peliharalah yatim piatu,jalankan negara dngan jujur dan bersih. Itu yang namanya mohon ampun, kalau mohon ampunnya cuma sama Tuhan, kamu malah akan ditertawakan sama Dia.
“ Ya, tapi Mbah Maridjan, kita perlu pertolongan Tuhan untuk bisa lepas dari derita ini.” Protesku keras kepada mbah Maridjan. “ Percayalah Le, Tuhan itu egois. Kita harus membantu diri kita sendiri, kamu boleh minta tolong sampai air matamu habis, tapi kalau kamu tidak memperbaiki dirimu sendiri, ya percuma. Lihat itu orang Jepang, kena gempa mereka itu, tapi terus mereka belajar, bikin gedung dan rumah yang tahan gempa. Lihat orang Belanda,kena banjir banding mereka itu,tapi mereka bangkit, bikin dam2 raksasa,sekarang selamatlah mereka dari petaka banjir. Bencana itu untuk dipelajari, bukan untuk disesali. Lihat orang2 Eropa,dikaruniai penyakit pes,sampai separuh penduduknya mati,tapi mereka memperbaiki diri,dan hidup sehatlah mereka sekarang.
Dongkol hatiku bukan main sama Mbah Maridjan, dari dulu dia selalu bisa membolak-balik perspektif. Dan dia sudah berani mempermainkan syaraf otakku sekarang, tapi aku berusaha menguasai diriku. “Mbah, kita ini manusia yang egois. Tuhan telah menciptakan alam dengan sempurna, dan menitahkan kita sebagai kalifahnya di dunia ini. Kitalah yang telah tidak sanggup memegang amanat Tuhan itu.”
Mbah Maridjan kembali meringis, seolah mengejek. Matanya yang kecil bulat itu menatap jauh ke hamparan sawah di depannya. “ Oalah Le,kalau mau jujur sih.Karena konsep Tuhan itu diejawantahkan oleh manusia yangg egosentris,akhirnya manusia tambah kelihatan egois. Seharusnya kau yang sekolah itu tahu hal kayak gitu, dan itu pandangan antroposentrismu, kuno sekali cara berpikirmu Le.Manusia itu bagian alam Le, bukan penguasa alam.”
“Ya biarin Mbah,pandangan antroposentris kan lebih baik daripada percaya hal2 mistis kaya sampeyan, ada Nyi Roro Kidul, Tombak Kiai Plered, Kebo Kiai Slamet hahahaha………., kebo koq dianggep kiai.” Sahutku sembari meledek mbah karena sudah gregetan.
“Para kawulo cilik seperti kita ini kan sering ditipu sama para penggede2 istana. Lho siapa bilang Mbah percaya sama Nyi Roro Kidul, Nyi Roro Kidul itu kan cuman mitos Le, Raja-raja Mataram jaman dulu malu karena di Segoro Lor (Laut Jawa= red) mereka kalah dengan tentara Kumpeni Walanda dan tentara Portugis, jadi mereka menghibur diri dengan mnciptakan mitos Nyi Roro Kidul,seolah-olah mreka masih mnguasai Segoro Kidul,memperistri penguasa Segoro Kidul. Cilokone, kita semua percaya adanya Nyi Roro Kidul, kekuatan pusaka2, kita ini memang bodho koq Le, wis bodho mbodhoni wong mesisan.”
Lagi2 Mbah Maridjan bikin aku klenger, dia bilang dia tidak percaya Nyi Roro Kidul, ngoyoworo (mengada2) saja Mbah tua satu ini. “Mbah, musibah demi musibah ini menyelimuti kita, kita harus bergerak Mbah.”. “ Simbah di sini saja Le, mengabdikan diri untuk penduduk Merapi. Sudah sana, belajar yang bener, santri kalau kerjaannya main PS terus ya kayak kamu ini jadinya. Ilmune nggedabus, pangertene mbladhus. Kamu yang masih muda yang harus bergerak, sadarkan orang dari tidurnya, sadarkan orang dari sikap fatalis menghadapi musibah. Belajar sana bagaimana mengatur bantuan yang tepat guna dan tepat sasaran, jangan hanya kitab kuning kau pelajari, kitab putih pun harus kau pelajari, dan jangan lupa sekarang banyak kitab digital yang bisa dipelajari.
Sambil menggerakkan tangannya menyuruh aku pergi, Mbah Maridjan merogoh sakunya, dikeluarkannya selembar duit 50 ribu. “ Ini hanyalah lembaran 50 ribuan Le, kuserahkan padamu. Duit ini akan benar2 jadi milikmu kalau kamu memberikannya kepada yang membutuhkan. Dilemparkannya duit itu kepadaku, aku mengambilnya sambil bingung memikirkan apa maksud kata-kata Mbah Maridjan yang terakhir tadi. 
Semoga bermanfaat buat kita semua salam sejahtera dari edi sumiarjo sebarkan kalau merasa bermanfaat.:-)

Nyanyian Daun Kering

0 comments


Pagi masih terlalu dingin untuk sekedar menghirup udara
Embun masih dalam bentuk butiran yang belum menetes
Gemercik air layaknya alunan yang terdengar nyaring
Ikan berenang tenang tanpa jeritan
Katak melompat-lompat bukan karena rasa
Angin semilir hembuskan pelan
Bergoyang-goyang dedaunan hasilkan nada-nada seirama
Kresak-kreask bunyi nyaring tak bersajak
Kemudian jatuh dari ranting menuju tanah tanpa suara
Tersapu dan terbakar daun yang telah kering
Nyanyainya tak akan lagi terdengar esok hari
Begitulah peristiwa pagi tanpa cahaya

Monday, December 2, 2013

Pelangi dan Secangkir Kopi

0 comments


Tak terasa mentari telah bersembunyi di awan yang menghitam

Anginpun membawakan aroma tak sedap di sore ini

Rintik hujan tidak terlihat tapi dapat di rasakan hadirnya kian dekat

Secangkir kopi yang tersaji adalah percampuran sempurna

Yang menjadikannya dunia yang sementara terasa kelal adanya

Entah karena iri pelangi tiba-tiba saja terbantuk di sisi barat

Tempat dimana aku hadapkan wajahku kepada Cinta

Tempat dimana pusat bumi berada di titik sana

Iya serong kanan aku melihat keindahan

Keindahan yang tersaji kala rintik ini mulai membasahi

Kala rintik ini berpadu dengan mentari dan menjadikanya pelangi

Memang tak ada percampuran yang seindah pelangi dan kopi

Friday, November 29, 2013

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN

0 comments

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN
Di Presentasi untuk Latihan Dasar Kepemimpinan
FORMIS UTY
Tanggal 01-Desember-2013
Oleh : Edi Sumiarjo
Dari berbagai Sumber

1.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain atau kelompok, atau kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi yang baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin.(Pandji Anogara :2001)
2.      Psikologi Kepemimpinan
Kepemimpinan sering kali dibahas dalam berbagai disiplin ilmu dan tentunya dengan sudut pandang mereka masing-masing. Dari sudut pandang psikologi kita dapat menggunakanya untuk :
a.       Bagaimana membangkitkan semangat
b.      Memberi kan pengarahan
c.       Memahami agar konflik yang terjadi dengan mudah di temukan problem solvingnya.
Teori yang kerap kali di gunakan untuk menggambarkan kepemimpinan dari sudut pandang psikologi modern ini yaitu teori humanistik. Teori ini memang di rasa cukup ideal bagi orang timur atau orang-orang modern dalam memandang manusia. Tapi teori ini juga menuai berbagai kritikan. Dalam teori yang saya gunakan yaitu teori Hirarki Needs nya A. Maslow. Yups dari teori tersebut tergambarkan apa saja yang mesti di penuhi seorang atau bahkan pemimpin dalam kehidupanya agar tercapainya sesuatu hal yang ideal. Gambaran teori ini yakni sebagai berikut :
1.      Kebutuhan Fisiologi atau Kebutuhan Dasar
Kebutuhan ini adalah kebutuhan paling dasar yang harus di penuhi oleh manusia. Misalnya sandang, pangan dan papan. Selain itu juga kebutuhan biologis lainya seperti sex misalnya. Jadi menurut Maslow ketika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi dengan sempurna atau tidak terpenuhi sama sekali manusia akan sulit untuk menaiki tangga selanjutnya. Mungkin kalau kita gambarkan kondisi bangsa kita saat ini sebagai contoh budaya hedonisme di kalangan oknum DPR. Makan di tempat yang mahal, punya gedung yang mewah, punya selingkuhan istri. Secara teori ini kebutuhan dasar mereka saja tidak terpenuhi, bagaimana mereka akan memimpin negeri ini dengan baik?
Pertanyaan saya apakah kebutuhan itu ada cukupnya? Kalau sekedar menuruti keinginan. Saya gambarkan keinginan itu terletak di garis khatulistiwa. Yups keinginan itu tidak ada batasnya. Kalau tidak kita sendiri yang mau memutusnya keserakahan akan menjangkiti kita semua. Padahal kebutuhan dasar kita kalau kita mau menyederhana kan Cuma sandang asalkan baik dan menutupi aurat (muslim). Pangan, makanan ya yang terpenting dapat menegakan tulang rusuk kita. Makan secukupnya saja. Sesekali kita mungkin perlu atau ingin makanan yang enak lagi mahal tapi ingat sesekali saja jangan menjadikan habbit. Papan atau Rumah yang terpenting bisa melindungi dari terik matahari dan hujan. Kalau bisa bikin yang bagus ya bikin kalau mampunya bikin yang sederhana ya sudah bikin yang sederhana saja tanpa perlu korupsi atau berbuat curang lainnya. Sex merupakan kebutuhan biologis, sex ini konon tidak ada matinya bagi laki-laki. Bagi perempuan hingga masa mens pause. Tapi apakah karena tidak ada matinya kita seenaknya sendiri menggunakan atau melampiaskan seenaknya sendiri? Tidak. Jangan berpikir hanya karena pejabat atau pimpinan kita seenake wudele dwe.
Jadi kalau secara teori ini kebutuhan dasar ini harus tercukupkan terlebih dahulu. Jika kita mau menjadi seseorang atau pemimpin yang ideal.

2.      Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka [[manusia[[ membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.  Yups atas dasar penegertian itu sebagai seorang pemimpin kita harus merasa aman dan menciptakan rasa aman bagi bawahannya. Kalau seorang pemimpin saja tidak merasa aman bagaimana bisa dia mampu memimpin kelompoknya atau organisasinya?
Saya contohkan aklau sekarang Mahmod Ahmad Dinajad manatan presiden iran itu merupakan sosok yang selalu merasa aman kemanapun dia pergi. Beliau menyupiri mobilnya sendiri. Tinggal bersama warga bukan di tempat istana. Pergi keluar negeri menggunakan pesawat yang umum seperti masyarakatnya tanpa perlu armada khusus. Apa yang terjadi di iran? Iran justru tumbuh menjadi negara yang maju. Nilai perkapita nya diatas Indonesia yang Berpenduduk jauh diatas Iran.

3.      Kebutuhan di cintai dan di Sayangi
Kebutuhan ini erat kaitanya dengan orang-orang terdekat kita. Dalam berorganisasi tentunya antara pemimpin dan bawahanya harus memperhatikan bahwa setiap manusia ityu ingin di cintai dan mencintai. Seorang pemimpin yang baik memahami akan hal ini. Jadi mereka tidak hanya menuntut untuk dihormati atau disayangi melainkan mereka juga mencintai bawahanya. Mereka sadar bahwa setiap manusia menginginkan untuk di cintai dan disayangi. Sehingga hubungan antara pemimpin dan bawahan ya jadi lebih haramonis
4.      Kebutuhan Untuk di Hargai
Manusia yang sosial pasti akan membutuhkan penghargaan bagaimana pun bentuknya. Pemimpin yang telah mampu melalui tahap ini kan begitu respect terhadap bawahanya. Pemeimpin semacam ini akan dengan mudahnya memberikan reward atau pujian kepada bawahanya terhadap apa yang mereka lakukan. Terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Sehingga harapanya kinerja mereka akan terus meningkat tanpa kita terus menginstruksi.
5.      Kebutuhan Actualisasi diri
Dalam teori ini mungkin tidak mengenal Tuhan. Hanya saja menyebutkan engeri yang mendekati Tuhan. Actualisasi diri, orang yang telah mampu mengaktualisasikan diri cenderung lebih bijak sana dalam mengambil keputusan karena telah memahami dengan benar bagaimana mereka harus bertindak. Bekerja dengan sepenuh hati karena semua kebutuhan dasar telah terpenuhi.
Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan adanya sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.
Terus apakah Teori ini atau tahapan ini harus di lalui seseorang agar mampu memimpin dengan baik. Atau setidaknya memimpin diri sendiri dengan baik?
Saya terangkan sekali lagi ini hanyalah teori yang jika kita terapkan mungkin idealnya akan seperti itu. Namun bila ada keterbatsan atau ketidak mampuan kita kita juga mampu mengaktualisasikan diri namun mungkin itu hanya orang-orang pilihan. Seperti contoh cerita berikut ini :
Abu Dzar Al Ghifari adalah salah satu sahabat Nabi SAAW yang ikut serta dalam perang Tabuk. Tabuk sendiri terletak sangat jauh dari Madinah yaitu sekitar empat ratus mil. Rombongan nabi berangkat dengan perbekalan dan persenjataan yang seadanya. Di tengah perjalanan, tiga orang, satu demi satu tercecer di belakang, dan setiap kali ada yang tercecer, Nabi SAAW diberi tahu, dan setiap kali Nabi berucap ” jika ia orang baik, ALLAH akan mengembalikannya dan jika ia orang tidak baik, lebih baik ia tidak pergi (tidak menyusul)”. Unta Abu dzar yang kurus dan lemah termasuk yang terbelakang, dan Abu Dzar pun akhirnya tertinggal di belakang. Seorang sahabat berucap “Ya Rasulullah! Abu Dzar juga tercecer!” Nabipun mengulangi kalimat yang sama “Jika ia orang baik, ALLAH akan mengembalikan dia pada kita, dan jika tidak baik, lebih baik ia pergi”.
Pasukan terus maju dan Abu Dzar makin tercecer tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya, binatang tunggangannya tetap tidak berdaya. Apapun yang ia lakukan untanya tetap tidak bergerak, dan kini ia tertinggal beberapa mil di belakang. Ia membebaskan untanya dan memikul sendiri muatannya. Dalam suhu terik itu ia meneruskan perjalanan di gurun panas. Ia serasa akan mati kehausan. Ia menemukan tempat berteduh di batu-batu yang terlindung panas oleh bukit. Di antara batu-batu itu ada sedikit air bekas hujan yang menggenang, tetapi ia berniat tidak akan meminumnya mendahului sahabatnya, Rasulullah SAAW. Ia mengisi air itu ke dalam kantong kulit , memikulnya, dan bergegas menyusul kaum Muslim yang telah jauh di depan. Di kejauhan mereka melihat suatu sosok. “Ya Rasulullah! Kami melihat suatu sosok menuju arah kita!”
Beliau SAAW berucap semoga itu Abu Dzar. Sosok itu makin dekat, memang itu Abu Dzar, tetapi tenaga yang terkuras dan dahaga serasa mau mencopot kakinya. Nabi SAAW khawatir ia akan rubuh. Nabi SAAW menyuruh memberikannya minum secepatnya, tetapi Abu dzar berkata serak bahwa ia mempunyai air. Nabi SAAW berkata:
“Engkau mempunyai air, tetapi engkau hampir mati kehausan!”
“Memang, ya Rasulullah! Ketika saya mencicipi air ini, saya menolak meminumnya sebelum sahabatku Rasulullah”
Sungguh Abu Dzar telah mendobrak, memukul, dan merontokkan teori Maslow dengan pasti!. Mengapa? Teori maslow tidak mampu menjelaskan peristiwa ini, piramida hirarki kebutuhan Maslow tenggelam dalam pribadi, dan perilaku Abu Dzar yang hanya dapat dilihat secara multidimensional. Teori Maslow yang begitu digembar-geborkan tidak berdaya menjelaskan perilaku Abu Dzar yang self directed tanpa terpengaruh letih dan hawa panas, mencintai alam dengan melepaskan untanya, menjalin hubungan interpersonal yang harmonis dan memuaskan dengan sahabatnya yang mulia Rasulullah SAAW, bahkan berkorban demiNya. Semua itu menunjukkan bahwa Abu Dzar telah mencapai tingkat aktualisasi diri!. Lantas dimana letak kelemahan penjelasan teori Maslow? Ketika Abu Dzar merasakan lapar, haus, letih, bahkan terancam kematian! Ia yang berada dihadapan sebuah genangan air tetap tidak memikirkan kebutuhan biologis dirinya sendiri, akan tetapi memikirkan Rasulullah SAAW. Berarti aktualisasi diri dari Abu Dzar tercapai tanpa prasyarat, tanpa melalui tingkatan-tingkatan dasar. Abu Dzar tidak membutuhkan terpenuhinya kebutuhan biologis, bahkan ia rela mati, ia tidak membutuhkan pengakuan sosial, tercecerpun ia tidak putus asa, ia tidak membutuhkan pengakuan terhadap kemampuannya, tidak membutuhkan dukungan dari orang lain yang akan membuatnya percaya diri. Teori dari Abraham Maslow jelas salah! Aktualisasi diri tidak tercapai melalui sebuah hirarki, tidak seperti sebuah tangga dimana untuk mencapai puncaknya harus menaiki anak tangga satu persatu. Abu Dzar menemukan cara yang lebih cepat dan sederhana untuk mencapai aktualisasi diri, yaitu dengan mencintai Rasulullah SAAW!.

3.      Psikologi Islam Terhadap Kememimpinan
Rosululloh SAW adalah sosok pemimpin yang luar biasa yang tidak akan satupun orang akan menyamai rekornya. Seorang pemimpin yang begitu sederhana, amanah dan mampu membuat bawahanya menjadi orang yang paling bangga bersama dengan Beliau. Teori-teori memahami orang lain secar psikologi atau apalah yang baru di temukan abad 18-19 M. Ternyata jauh sebelum itu sudah di terapkan oleh sosok Rosululloh SAW.
Cara-cara Rosululloh memimpin benar-benar memperhatikan kesejahteraan bawahanya. Kondisi psikis bawahannya begitu di perhatikan. Bagaiaman beliau bisa seperti itu. Jelas secara psikologi beliau jauh lebih memahami dirinya, jauh lebih hebat secara batiniah. Dengan kerendahan hati dan kesederhaannya sebagai seorang pemimpin Rosululloh dapat menjadikan seluruh dunia ini mengenal agam islam dan peradaban luhur yang baik. Atau dengan istilah dari jahiliyah menuju cahaya.
Apa saja contoh Rosululloh menerapkan Psikologi dalam kepemimpinanya? Bisa di terapkan jika kita ingin meniru cara memimpin rosululloh.

I.               Rosululloh Tidak segan-segan memuji bawahanya.
Rasulullah pernah mengatakan kepada Umar, “saya belum pernah melihat kecerdasan seseorang yang menyamai Umar. Seluruh kaum muslimin dapat memanfaatkan (kecerdasan) nya. Demikian Rasulullah saw berkata pada sahabatnya. Begitu pula Rasulullah saw. mengatakan “segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan dalam golongan kita seorang seperti anda …, demikian dikatakan kepada Abu Hudzaifah yang senang berbuat baik dan melebihi sahabat lain.

II.            Rosululloh Memberi kritikan dengan sangat halus
Kisah yang diceritakan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw. suatu ketika mendengar Abu Bakar mengutuk dan mencaci hamba sahayanya. Maka Rasulullah saw dating mengunjungi Abu Bakar dan seraya berkata “wahai As-Shiddiq (orang benar)”. Ya (jawab Abu Bakar) ada apa ya Rasulullah ? Tidak ada apa-apa, saya Cuma ingin bertanya, apakah orang shiddiq (benar) itu juga senang mengutuk atau mencaci ? Jawab Rasulullah seperti tidak serius.
Abu Bakar terdiam, ia sadar bahwa Rasulullah saw tidak setuju dengan sikapnya dalam menghadapi hamba sahaya, walaupun tidak secara langsung mengatakannya. Kemudian bertanya “ apakah saya tidak boleh memarahi mereka atas kesalahannya ya Rasulullah ? Tidaklah sekali-kali boleh berbuat demikian, sungguh demi Allah yang mempunyai Ka’bah, tidak sekali-kali diperkenankan berbuat demikian” ujar Rasulullah saw.
Maka sebagai akibat kritik Rasulullah saw yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang satu-satunya yang paling benar, tetapi telah ternoda dengan sikapnya terhadap hamba sahaya. Maka pada hari itu juga Abu Bakar memerdekakan budak yang dimarahinya itu. Hari itu juga Abu Bakar dating pada Rasulullah saw seraya berkata “tidak akan saya ulangi lagi perbuatan yang demikian itu, ya Rasulullah”. Sebaliknya untuk menyenangkan dan menetramkan hati Abu Bakar, Rasulullah saw berkata “ Maafkan saya yang telah mengingatkan kamu wahai Abu Bakar. Itu saya lakukan karena demi kebaikanmu juga. Sebab sesungguhnya para pengutuk itu tidak akan memperoleh syafaat dan syahid pada hari kiamat”.

III.             Rosululloh Sederhana dan Mengayomi Masyarakat
Tidak bisa digambarkan betapa sederhanaya Rosululloh. Dalam suatu riawayat Rosul pernah menyuapi orang kafir Quraish yang buta. setiap hari Rosulluloh dicaci dan dimaki. Namun setiap itu pula Rosul tetap menyuapinya dengan lembut dengan pelan. Setiap hari Rosul selalu menyempatkan untuk menyuapi dan memberinya uang. Sampai singkat cerita  Rosul wafat, kemudian kebiasaan itu diteruskan oleh Abu Bakar atas pemberitahuan Istri Rosul. Saat disuapi abu bakar si kafir ini juga masih menghina dan mencaci maki rosul. Pada suapan pertama Abu bakar pun sudah merasa jengkel namun tetap disuapi tetapi si kafir ini makin menjadi-jadi mencaci hingga Abu Bakar merasa jengkel dan si pengemis itupun berkata “Kau bukan orang yang biasa menyuapi aku, dimana orang biasa menyuapi aku?” abu bakar menjawab “beliau sudah wafat, orang yang kau caci, kau maki itu orang yang setiap hari menyuapi kamu dengan lemah lembut dan penuh kesabaran”. Seketika itu si kafir mnangis dan bertobat dan kemudian masuk Islam.
Dan pastinya ada banya contoh yang Rosul berikan karena keterbatasan saya, hanya 3 contoh itu tadi bagaimana luar biasanya Rosul kita.
SEMANGAT SEMOGA SAHABAT SEMUA MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK UNTUK NEGERI INI AAMIIN.:-)