PSIKOLOGI
KEPEMIMPINAN
Di
Presentasi untuk Latihan Dasar Kepemimpinan
FORMIS
UTY
Tanggal
01-Desember-2013
Oleh
: Edi Sumiarjo
Dari
berbagai Sumber
1. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
seni mempengaruhi orang lain atau kelompok, atau kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain melalui komunikasi yang baik langsung maupun tidak
langsung dengan maksud untuk menggerakan orang-orang tersebut agar dengan penuh
pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin.(Pandji
Anogara :2001)
2. Psikologi
Kepemimpinan
Kepemimpinan sering kali dibahas dalam berbagai disiplin
ilmu dan tentunya dengan sudut pandang mereka masing-masing. Dari sudut pandang
psikologi kita dapat menggunakanya untuk :
a.
Bagaimana
membangkitkan semangat
b.
Memberi
kan pengarahan
c.
Memahami
agar konflik yang terjadi dengan mudah di temukan problem solvingnya.
Teori yang kerap kali di gunakan untuk menggambarkan
kepemimpinan dari sudut pandang psikologi modern ini yaitu teori humanistik. Teori
ini memang di rasa cukup ideal bagi orang timur atau orang-orang modern dalam
memandang manusia. Tapi teori ini juga menuai berbagai kritikan. Dalam teori
yang saya gunakan yaitu teori Hirarki Needs nya A. Maslow. Yups dari teori
tersebut tergambarkan apa saja yang mesti di penuhi seorang atau bahkan
pemimpin dalam kehidupanya agar tercapainya sesuatu hal yang ideal. Gambaran
teori ini yakni sebagai berikut :
1. Kebutuhan
Fisiologi atau Kebutuhan Dasar
Kebutuhan ini adalah kebutuhan paling dasar yang harus di
penuhi oleh manusia. Misalnya sandang, pangan dan papan. Selain itu juga
kebutuhan biologis lainya seperti sex misalnya. Jadi menurut Maslow ketika
kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi dengan sempurna atau tidak terpenuhi sama
sekali manusia akan sulit untuk menaiki tangga selanjutnya. Mungkin kalau kita
gambarkan kondisi bangsa kita saat ini sebagai contoh budaya hedonisme di
kalangan oknum DPR. Makan di tempat yang mahal, punya gedung yang mewah, punya
selingkuhan istri. Secara teori ini kebutuhan dasar mereka saja tidak
terpenuhi, bagaimana mereka akan memimpin negeri ini dengan baik?
Pertanyaan saya apakah kebutuhan itu ada cukupnya? Kalau sekedar
menuruti keinginan. Saya gambarkan keinginan itu terletak di garis
khatulistiwa. Yups keinginan itu tidak ada batasnya. Kalau tidak kita sendiri
yang mau memutusnya keserakahan akan menjangkiti kita semua. Padahal kebutuhan
dasar kita kalau kita mau menyederhana kan Cuma sandang asalkan baik dan
menutupi aurat (muslim). Pangan, makanan ya yang terpenting dapat menegakan
tulang rusuk kita. Makan secukupnya saja. Sesekali kita mungkin perlu atau
ingin makanan yang enak lagi mahal tapi ingat sesekali saja jangan menjadikan
habbit. Papan atau Rumah yang terpenting bisa melindungi dari terik matahari
dan hujan. Kalau bisa bikin yang bagus ya bikin kalau mampunya bikin yang
sederhana ya sudah bikin yang sederhana saja tanpa perlu korupsi atau berbuat
curang lainnya. Sex merupakan kebutuhan biologis, sex ini konon tidak ada
matinya bagi laki-laki. Bagi perempuan hingga masa mens pause. Tapi apakah
karena tidak ada matinya kita seenaknya sendiri menggunakan atau melampiaskan
seenaknya sendiri? Tidak. Jangan berpikir hanya karena pejabat atau pimpinan
kita seenake wudele dwe.
Jadi kalau secara teori ini kebutuhan dasar ini harus
tercukupkan terlebih dahulu. Jika kita mau menjadi seseorang atau pemimpin yang
ideal.
2. Kebutuhan
Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan
jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang
bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka
[[manusia[[ membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan,
membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic
needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak
tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan
pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif. Yups atas dasar penegertian itu sebagai
seorang pemimpin kita harus merasa aman dan menciptakan rasa aman bagi
bawahannya. Kalau seorang pemimpin saja tidak merasa aman bagaimana bisa dia
mampu memimpin kelompoknya atau organisasinya?
Saya contohkan aklau sekarang Mahmod Ahmad Dinajad
manatan presiden iran itu merupakan sosok yang selalu merasa aman kemanapun dia
pergi. Beliau menyupiri mobilnya sendiri. Tinggal bersama warga bukan di tempat
istana. Pergi keluar negeri menggunakan pesawat yang umum seperti masyarakatnya
tanpa perlu armada khusus. Apa yang terjadi di iran? Iran justru tumbuh menjadi
negara yang maju. Nilai perkapita nya diatas Indonesia yang Berpenduduk jauh
diatas Iran.
3. Kebutuhan
di cintai dan di Sayangi
Kebutuhan ini
erat kaitanya dengan orang-orang terdekat kita. Dalam berorganisasi tentunya
antara pemimpin dan bawahanya harus memperhatikan bahwa setiap manusia ityu
ingin di cintai dan mencintai. Seorang pemimpin yang baik memahami akan hal
ini. Jadi mereka tidak hanya menuntut untuk dihormati atau disayangi melainkan
mereka juga mencintai bawahanya. Mereka sadar bahwa setiap manusia menginginkan
untuk di cintai dan disayangi. Sehingga hubungan antara pemimpin dan bawahan ya
jadi lebih haramonis
4. Kebutuhan
Untuk di Hargai
Manusia yang
sosial pasti akan membutuhkan penghargaan bagaimana pun bentuknya. Pemimpin
yang telah mampu melalui tahap ini kan begitu respect terhadap bawahanya. Pemeimpin
semacam ini akan dengan mudahnya memberikan reward atau pujian kepada bawahanya
terhadap apa yang mereka lakukan. Terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Sehingga
harapanya kinerja mereka akan terus meningkat tanpa kita terus menginstruksi.
5. Kebutuhan
Actualisasi diri
Dalam teori
ini mungkin tidak mengenal Tuhan. Hanya saja menyebutkan engeri yang mendekati
Tuhan. Actualisasi diri, orang yang telah mampu mengaktualisasikan diri
cenderung lebih bijak sana dalam mengambil keputusan karena telah memahami
dengan benar bagaimana mereka harus bertindak. Bekerja dengan sepenuh hati
karena semua kebutuhan dasar telah terpenuhi.
Pada
perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan adanya
sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu
kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan
keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing
link antara piramida ke-4 dengan puncak piramida.
Seolah-olah terjadi lompatan logika.
Terus apakah Teori ini atau tahapan ini harus di lalui
seseorang agar mampu memimpin dengan baik. Atau setidaknya memimpin diri
sendiri dengan baik?
Saya terangkan sekali lagi ini hanyalah teori yang jika
kita terapkan mungkin idealnya akan seperti itu. Namun bila ada keterbatsan
atau ketidak mampuan kita kita juga mampu mengaktualisasikan diri namun mungkin
itu hanya orang-orang pilihan. Seperti contoh cerita berikut ini :
Abu Dzar Al Ghifari adalah salah satu
sahabat Nabi SAAW yang ikut serta dalam perang Tabuk. Tabuk sendiri terletak
sangat jauh dari Madinah yaitu sekitar empat ratus mil. Rombongan nabi
berangkat dengan perbekalan dan persenjataan yang seadanya. Di tengah perjalanan,
tiga orang, satu demi satu tercecer di belakang, dan setiap kali ada yang
tercecer, Nabi SAAW diberi tahu, dan setiap kali Nabi berucap ” jika ia orang
baik, ALLAH akan mengembalikannya dan jika ia orang tidak baik, lebih baik ia
tidak pergi (tidak menyusul)”. Unta Abu dzar yang kurus dan lemah termasuk yang
terbelakang, dan Abu Dzar pun akhirnya tertinggal di belakang. Seorang sahabat
berucap “Ya Rasulullah! Abu Dzar juga tercecer!” Nabipun mengulangi kalimat
yang sama “Jika ia orang baik, ALLAH akan mengembalikan dia pada kita, dan jika
tidak baik, lebih baik ia pergi”.
Pasukan terus
maju dan Abu Dzar makin tercecer tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya,
binatang tunggangannya tetap tidak berdaya. Apapun yang ia lakukan untanya
tetap tidak bergerak, dan kini ia tertinggal beberapa mil di belakang. Ia
membebaskan untanya dan memikul sendiri muatannya. Dalam suhu terik itu ia
meneruskan perjalanan di gurun panas. Ia serasa akan mati kehausan. Ia
menemukan tempat berteduh di batu-batu yang terlindung panas oleh bukit. Di
antara batu-batu itu ada sedikit air bekas hujan yang menggenang, tetapi ia
berniat tidak akan meminumnya mendahului sahabatnya, Rasulullah SAAW. Ia
mengisi air itu ke dalam kantong kulit , memikulnya, dan bergegas menyusul kaum
Muslim yang telah jauh di depan. Di kejauhan mereka melihat suatu sosok. “Ya
Rasulullah! Kami melihat suatu sosok menuju arah kita!”
Beliau SAAW
berucap semoga itu Abu Dzar. Sosok itu makin dekat, memang itu Abu Dzar, tetapi
tenaga yang terkuras dan dahaga serasa mau mencopot kakinya. Nabi SAAW khawatir
ia akan rubuh. Nabi SAAW menyuruh memberikannya minum secepatnya, tetapi Abu
dzar berkata serak bahwa ia mempunyai air. Nabi SAAW berkata:
“Engkau
mempunyai air, tetapi engkau hampir mati kehausan!”
“Memang, ya
Rasulullah! Ketika saya mencicipi air ini, saya menolak meminumnya sebelum
sahabatku Rasulullah”
Sungguh Abu Dzar
telah mendobrak, memukul, dan merontokkan teori Maslow dengan pasti!. Mengapa?
Teori maslow tidak mampu menjelaskan peristiwa ini, piramida hirarki kebutuhan
Maslow tenggelam dalam pribadi, dan perilaku Abu Dzar yang hanya dapat dilihat
secara multidimensional. Teori Maslow yang begitu digembar-geborkan tidak
berdaya menjelaskan perilaku Abu Dzar yang self directed tanpa terpengaruh
letih dan hawa panas, mencintai alam dengan melepaskan untanya, menjalin
hubungan interpersonal yang harmonis dan memuaskan dengan sahabatnya yang mulia
Rasulullah SAAW, bahkan berkorban demiNya. Semua itu menunjukkan bahwa Abu Dzar
telah mencapai tingkat aktualisasi diri!. Lantas dimana letak kelemahan
penjelasan teori Maslow? Ketika Abu Dzar merasakan lapar, haus, letih, bahkan
terancam kematian! Ia yang berada dihadapan sebuah genangan air tetap tidak
memikirkan kebutuhan biologis dirinya sendiri, akan tetapi memikirkan Rasulullah
SAAW. Berarti aktualisasi diri dari Abu Dzar tercapai tanpa prasyarat, tanpa
melalui tingkatan-tingkatan dasar. Abu Dzar tidak membutuhkan terpenuhinya
kebutuhan biologis, bahkan ia rela mati, ia tidak membutuhkan pengakuan sosial,
tercecerpun ia tidak putus asa, ia tidak membutuhkan pengakuan terhadap
kemampuannya, tidak membutuhkan dukungan dari orang lain yang akan membuatnya
percaya diri. Teori dari Abraham Maslow jelas salah! Aktualisasi diri tidak
tercapai melalui sebuah hirarki, tidak seperti sebuah tangga dimana untuk
mencapai puncaknya harus menaiki anak tangga satu persatu. Abu Dzar menemukan
cara yang lebih cepat dan sederhana untuk mencapai aktualisasi diri, yaitu
dengan mencintai Rasulullah SAAW!.
Sumber: http://syiar.net/?p=25
3.
Psikologi Islam Terhadap
Kememimpinan
Rosululloh
SAW adalah sosok pemimpin yang luar biasa yang tidak akan satupun orang akan
menyamai rekornya. Seorang pemimpin yang begitu sederhana, amanah dan mampu
membuat bawahanya menjadi orang yang paling bangga bersama dengan Beliau. Teori-teori
memahami orang lain secar psikologi atau apalah yang baru di temukan abad 18-19
M. Ternyata jauh sebelum itu sudah di terapkan oleh sosok Rosululloh SAW.
Cara-cara
Rosululloh memimpin benar-benar memperhatikan kesejahteraan bawahanya. Kondisi psikis
bawahannya begitu di perhatikan. Bagaiaman beliau bisa seperti itu. Jelas secara
psikologi beliau jauh lebih memahami dirinya, jauh lebih hebat secara batiniah.
Dengan kerendahan hati dan kesederhaannya sebagai seorang pemimpin Rosululloh
dapat menjadikan seluruh dunia ini mengenal agam islam dan peradaban luhur yang
baik. Atau dengan istilah dari jahiliyah menuju cahaya.
Apa saja
contoh Rosululloh menerapkan Psikologi dalam kepemimpinanya? Bisa di terapkan
jika kita ingin meniru cara memimpin rosululloh.
I.
Rosululloh Tidak segan-segan memuji bawahanya.
Rasulullah pernah mengatakan kepada Umar, “saya belum
pernah melihat kecerdasan seseorang yang menyamai Umar. Seluruh kaum muslimin
dapat memanfaatkan (kecerdasan) nya. Demikian Rasulullah saw berkata pada
sahabatnya. Begitu pula Rasulullah saw. mengatakan “segala puji bagi Allah,
yang telah menjadikan dalam golongan kita seorang seperti anda …, demikian
dikatakan kepada Abu Hudzaifah yang senang berbuat baik dan melebihi sahabat
lain.
II.
Rosululloh Memberi kritikan
dengan sangat halus
Kisah
yang diceritakan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw. suatu ketika mendengar
Abu Bakar mengutuk dan mencaci hamba sahayanya. Maka Rasulullah saw dating
mengunjungi Abu Bakar dan seraya berkata “wahai As-Shiddiq (orang benar)”. Ya
(jawab Abu Bakar) ada apa ya Rasulullah ? Tidak ada apa-apa, saya Cuma ingin
bertanya, apakah orang shiddiq (benar) itu juga senang mengutuk atau mencaci ?
Jawab Rasulullah seperti tidak serius.
Abu Bakar
terdiam, ia sadar bahwa Rasulullah saw tidak setuju dengan sikapnya dalam
menghadapi hamba sahaya, walaupun tidak secara langsung mengatakannya. Kemudian
bertanya “ apakah saya tidak boleh memarahi mereka atas kesalahannya ya
Rasulullah ? Tidaklah sekali-kali boleh berbuat demikian, sungguh demi Allah
yang mempunyai Ka’bah, tidak sekali-kali diperkenankan berbuat demikian” ujar
Rasulullah saw.
Maka sebagai
akibat kritik Rasulullah saw yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang
satu-satunya yang paling benar, tetapi telah ternoda dengan sikapnya terhadap
hamba sahaya. Maka pada hari itu juga Abu Bakar memerdekakan budak yang
dimarahinya itu. Hari itu juga Abu Bakar dating pada Rasulullah saw seraya
berkata “tidak akan saya ulangi lagi perbuatan yang demikian itu, ya
Rasulullah”. Sebaliknya untuk menyenangkan dan menetramkan hati Abu Bakar,
Rasulullah saw berkata “ Maafkan saya yang telah mengingatkan kamu wahai Abu
Bakar. Itu saya lakukan karena demi kebaikanmu juga. Sebab sesungguhnya para
pengutuk itu tidak akan memperoleh syafaat dan syahid pada hari kiamat”.
III.
Rosululloh Sederhana dan
Mengayomi Masyarakat
Tidak bisa
digambarkan betapa sederhanaya Rosululloh. Dalam suatu riawayat Rosul pernah
menyuapi orang kafir Quraish yang buta. setiap hari Rosulluloh dicaci dan
dimaki. Namun setiap itu pula Rosul tetap menyuapinya dengan lembut dengan
pelan. Setiap hari Rosul selalu menyempatkan untuk menyuapi dan memberinya
uang. Sampai singkat cerita Rosul wafat,
kemudian kebiasaan itu diteruskan oleh Abu Bakar atas pemberitahuan Istri
Rosul. Saat disuapi abu bakar si kafir ini juga masih menghina dan mencaci maki
rosul. Pada suapan pertama Abu bakar pun sudah merasa jengkel namun tetap
disuapi tetapi si kafir ini makin menjadi-jadi mencaci hingga Abu Bakar merasa
jengkel dan si pengemis itupun berkata “Kau bukan orang yang biasa menyuapi
aku, dimana orang biasa menyuapi aku?” abu bakar menjawab “beliau sudah wafat,
orang yang kau caci, kau maki itu orang yang setiap hari menyuapi kamu dengan
lemah lembut dan penuh kesabaran”. Seketika itu si kafir mnangis dan bertobat
dan kemudian masuk Islam.
Dan pastinya
ada banya contoh yang Rosul berikan karena keterbatasan saya, hanya 3 contoh
itu tadi bagaimana luar biasanya Rosul kita.
SEMANGAT SEMOGA SAHABAT SEMUA MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK
UNTUK NEGERI INI AAMIIN.:-)