Saturday, February 18, 2012

Teka-teki Hidup

0 comments

Sampai kapan akan seperti ini?
Aku tiada tahu misteri yang aku jalani dalam hidup ini, kesulitan dan kemudahan saling bergantian menghibur dikehidupan. Berlari meninggalkannya pun aku tiada mampu. Keadaan sekitar pun serasa mendukung dan menghakimi bahwa kehidupan ini memang tiada pernah berpihak kepada kami yang kecil, tapi sontak hati nuraniku membantah aku masih punya Dia yang selallu menjaga dan melindungi. Pengakuan hati nurani pun kadang masih di goncangkan oleh ego dan keinginan semu yang terprogram di otak dan kehidupan ini. Tidak jarang aku sering bertanya dalam hati sebenarnya tujuan ku kelak mau kemana?. Yang aku jalani ini kehidupan yang sesungguhnya atau memang lagi berproses menjlani kehidupan kelak? Tapi dimana? di surga? Yang penuh dengan kenikmatan dan berbagai fasilitas yang kita minta pasti ada? Berarti sama saja aku punya tujuan dari nafsuku untuk menikmati apa yang aku inginkan. Apa gunanya aku menjalani kehidupan ini dengan beribadah kepada-Nya dengan pengharapan surga dan pahala atau dengan kata lain takut akan murka dan neraka_Nya?
Jauh dalam lubuk ini aku tiada tahu yang sebenarnya aku cari, tapi aku yakin tujuan hidup ini memang harus untuk-Nya. Yang selalu menjaga ku dan memberi fasilitas kehidupan secara Cuma-Cuma.
Terlalu rendah memang pola pikirku dan angkuh sekali diriku ini, untuk berterimakasih dengan hanya beribadah dan menghamba kepada-Nya saja saya masih mengajaknya hitung-hitungan. Kehidupan memang sudah ku desain dan ku buat dengan sedemikian rumit dariku mulai mengenal dunia luar, semua keadaan harus ku nilai dengan hal yang memberi fedbeck yang menguntungkan bagiku. Hal yang baik harus tampak baik dimata orang lain, hal buruk harus ku kubur dengan rapi dan sedalam mungkin agar tiada satupun yang tahu. Aneh memang tapi itulah yang aku lakukan dan mungkin juga dilakukan juga oleh banyak orang diluar sana, ah bukannya aku suudzon tapi kenyataannya dunia ini telah dipenuhi orang-orang yang bertipekal yang tidak beda jauh denganku, bahkan lebih brutal dan lebih keterlaluan. Yang tiada mempunyai kesadaran untuk merubahnya atau memperbaikinya menjadi lebih baik, keburukan kayanya sudah jadi hal yang biasa di era yang serba gila-gilaan seperti ini. Sebagian besar manusi tunduk dan patuh kepada nafsu termasuk saya ini. Apa yang ku inginkan harus dipenuhi, semua yang fatamorgana harus jadi nyata dengan berbagai cara, ya meski dengan cara yang konyol dan tak sepantasnya dilakukan. Semua keinginan yang sifatnya untuk diri sendiri harus di dahulukan dengan pura-pura buta dengan keadaan sekitar, pura-pura tuli dengan teriakan orang-orang yang sakit dan kelaparan.
Akhir-akhir ini setidaknya aku mulai menyadari akan hal yang sifatnya bukanlah hak ku. Aku seakan ditampar oleh sebuah kata kata bijak yang begitu aku membaca rasanya malu banget, kurang lebih seperti ini, jalani kehidupan ini dengan santai apa yang bukan menjadi hakmu tidak bisa engkau paksakan ada atau menjadi hakmu, kata Ibnu At-Thahilah ini, seandainya kata ini juga dibaca oleh mereka yang duduk di bangku mewah yang empuk dan ruangan yang nyaman, mungkin kelaparan dan teriakan sakit bisa ditangagpi dan ada tindak lanjut, bukannya mlah saling mengumpulkan recehan uang yang nantinya setelah menggnung mengubur dirinya sendiri mati tertimbun uangnya sendiri, aneh dan konyolkah? Tapi itulah yang terjadi di negeri yang dengan simbol burung garuda ini. Selain itu juga seandainya manusia yang menhuni bumi ini juga mampu menyelami makna atau setidaknya tahulah bahwa kalau bukan hal yang jadi milik kita ya sudahlah mbo ya jangan dipaksa, mungkin bumi yang sekarang sedang kita pijak ini tidak begitu parah rusaknya. Bumi ini memang seakan kehilangan dayanya untuk menampung air hujan saja bumi ini seakan sudah tidak sanggup lagi, bumi ini seakan muak dan enggan menerima lagi materi-materi diluar darinya, organ-organnya seakan hilang. Seandainya bumi punya bahasa mungkin dia akan teriak minta tolong dan menangis.
Inilah kehidupan yang sedang saya denga anda semua jalani, kita inilah yang tiada tahu tujuan dengan seenaknya sendiri melakukan hal yang hanya menurut persepsi kita sebagai suatu kebaikan yang padahal suatu keburukan dan dorongan nafsu kita sendiri. Marilah saya berpesan pada saya sendiri dengan seluruh jiwa dan raga untuk setidaknya sadar akan hakehat tujuan kita hidup sehingga kita tahu dan sadar akan diri ini, dan tentunya memperlakukan segala dengan semestinya tidak berlebihan ataupun dikurangi. Sehingga kehidupan ini dapat berjalan dengan selaras dan seimbang dengan saling memberikan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan demikian satu sama lain aku mengetahui inilah diriku dan itulah orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

0 comments:

Post a Comment