Pohon merupakan tumbuhan yang konon
dapat menyerap CO2. Zat yang konon juga dapat merusak lapisan O3 (ozon),
dismaping zat CO. Pohon jugalah yang kini agaknya menjadi tren baik dikalangan
pemerintah maupun aktivitis pemerhati lingkungan. Bisa dirasakan sekarang cuaca
begitu tak menentu, siklus musim tak lagi dapat diprediksi. Penyebabnya sudah
barang tentu Global Warming atau pemanasan global yang di sebabkan oleh rusah
ekosistem bumi, yang kian hari kian mengkhawatirkan. Jumlah pohon di hutan
tinggal sedikit dan air hujan yang jatuh ke bumi tak lagi bisa di serap,
ujungnya banjir dan longsor tak bisa di hindarkan. Ketika hal semacam ini
terjadi dengan segitu parahnya, mulai lagi menggeliat gerakan tanam pohon. Gerakan
save our earth, pemerintahpun tak mau kalah unjuk gigi dengan gerakan nya 1
Milyar pohonlah apalah. Memang baik gerakan semacam ini, namun bukankah kata
pepatah menjaga itu jauh lebih baik dari pada mengobati? Ketika alam sudah
rusak penghijauan atau reboisasi itu membutuhkan waktu yang lama bukan setahun
dua tahun. Jadi alangkah lebih bijaknya ketika reboisasi menggeliat penjagaan
pohon di hutan pun juga harus lebih di tingkatkan bukan? Artinya bukan berarti
dengan adanya reboisasi di pohon yang sudah ada di tebang dengan ekspektasi ada
yang hendak tumbuh lagi, pandangan semacam ini sangat keliru.
Pada zaman dahulu Indonesia merupakan
paru-paru dunia, dengan kekayan alamnya. Hutan belantara bertebaran dari sabang
sampai merauke. Hijau alam ini begitu memukau dan merupakan pemandangan yang
begitu elok dan indah. Sejak hadirnya reformasi 1998 Indonesia seakan
kehilangan segalanya. Reformasi agaknya disalah artikan oleh insan negeri ini. Reformasi
yang tadinya menggulingkan ketidak adilan di pemerintah, yang tadinya
memberantas korupsi seketika berubah menjadi reformasi ke seluruh lapisan
aspek. Ngerinya sejak tahun itu, Hutan di Indonesia di biarkan di jarah oleh
tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Kongkalikong antara mandor (polisi
hutan) dengan para pembalak liar begitu subur fakta ini saya dapatkan di
kawasan hutan sekitar tempat tinggal saya di sebuah kecamatan paguyangan, Kab
Brebes. Saya sih tidak pernah menyalahkan salah satu dari mereka, mereka
sama-sama lagi berjuang menghidupi anak dan istrinya. Saya malah lebih kesel ke
pemerintah yang membiarkan gaji mandor kecil. Pemerintah yang membiarkan orang
desa tetap tertinggal. Pembangunan segala infrastruktur dan lain sebgainya
hanya terfocus di kawasan metropolitan tanpa mau menyentuh di kawasan pedesaan.
Pedesaan di biarkan tertinggal, jalanan di biarkan rusak tanpa adanya greget
untuk membangun dan membangun. Sekali membangun di lahap oleh cecunguk
orang-orang pemerintah lagi. Manusia negeri ini apa bodoh atau saking tololnya?
Apakah mereka tak pernah belajar dari
alam? Itu sebabnya pada judul saya tulikan belajar dari pohon. Saya akan
mencoba menjabarkan bagaimana pohon menjalani kehidupannya? Yang semestinya
harus di contoh oleh manusia bumi yang kian hari moralnya kian mendekati titik
nol dan sedang bergerak ke titik negatif.
Baiklah rasanya saya terlalu melebar
dari pembahasan yang semestinya, yaitu tentang bagaimana pohon kok bisa menjadi
contoh kita? bukankah kita ini manusia sempurna kenapa mesti belajar dari hal
yang kapasitasnya di bawah kita? Iya memang kita ini inner create Tuhan. Ciptaan
Tuhan yang paling sempurna ya kita ini manusia. Tapi sayangnya kita tidak mau
memaksimalkan kesempurnaan kita. Analoginya parang yang tajam kalau di biarkan
saja lama-lama akan mengarat dan tiada lagi tajam. Tapi setumpul-tumpulnya
parang kalau setiap hari diasah akan tajam juga bukan? Tidak bedanya kita ini
kalau tiada pernah di asah otak kita untuk mau membaca semua yang tersirat dan tersurat
di alam ini atau di kitab-kitab atau buku-buku lainya. Kita akan menjadi
golok-golok yang berkarat dan lama-lama akan di buang karena tidak bermanfaat. Asal
anda sekalian tahu puncak dari ilmu pengetahuan adalah bermanfaat bagi diri
sendiri dan sekitarnya. Belajar bisa dari mana saja, belajar bisa dari apa saja
yang bisa di ambil pelajaranya. Begitupun pohon yang menjadi titik pembahasan
kali ini.
Secara kenampakan tersurat sedikit
sudah saya jelaskan di awal bagaimana pohon itu bermanfaat, bagaimana pohon itu
memliki fungsi yang begitu besar. Itu lah aktualisasi pohon mensyukuri nikmat
Tuhan yang di berikan kepada pohon. Berusaha untuk bermanfaat untuk manusia
ciptaan Tuhan, untuk alam ciptaan Tuhan. Sudah kita berkaca ke diri sendiri
sudah kah kita bermanfaat hidupnya? Jangan-jangan terlalu asyik deangan diri
sendiri kita lupa bahwa puncak yang harus kita gapai adalah bermanfaatnya diri
kita. Jangan-jangan juga kita ini terlampau egois untuk mau belajar dari ayat
kauniyah Tuhan? Kita terlalu sombong dengan logika kita, kita berusaha menonjol
diantara orang lain namun kita lalai untuk juga menganjarkan atau memberi tahu
teman kita yang belum mengerti tentang suatu hal?
Pohon dan hampir semua pohon itu
bermanfaat, dari akar hingga daunya bermanfaat. Kecuali pohon kuldi yang saya
sendiri juga kurang tahu pohon itu selain pohon yang mendepak adam dan hawa ke
dunia fana ini dari surga. Karena rayuan iblis dan menuruti hawa adampun
memakan buah tersebut dan akhirnya kita ada di dunia ini, beranak dan
berkembang menjadi hampir 5 Milyar manusia.
Tahukah anda bahwa pohon itu selalu
ikhlas dan istiqomah? Kalau anda tiak tahu berarti anda hanya menjalani
rutinitas pribadi yang monoton tanpa mau memberikan waktu untuk tafakur (berpikir).
Iya pohon itu selalu ikhlas, kenapa? Bayangkan dalam setiap berbuah pohon tiada
pernah memilih buahnya dimakan hanya untuk orang baik. Mau dimakan orang baik
atau orang sekelas bajingan pohon selalu tetap berbuah kecuali ditebang atau
mati. Buah tidak pernah memilih pohon selalu ikhlas memberi. Yang dilakukan
pohon adalah memberi dan memberi tanpa pamrih apapun tanpa ada over hope juga.
Istiqomahnya pohon ini sebenarnya
sering di gambarkan oleh orang-orang dengan adanya musim rambutan, musim manga,
musim pisang, musim duren dan musim-musim lainya. Ini mengimplementasikan bahwa
pohon itu selalu berbuah dan sesuai dengan waktunya, kalaupun ada paling di took
buah dan itu juga barabg kali buah impor. Tapi pada hakekatnya pohon selalu
berbuah istiqomah. Tentu harapanya buahnya bermanfaat buat manusia di dunia ini
dan mahluk hidup Tuhan lainya.
Jika sifat dan sikap seperti ini di
teladhani oleh manusia kehidupan ini sepertinya akan teras begitu harmonis. Antar
agama satu dan lainya tidak akan saling terjadi konflik. Konflik merupakan
tahapan terendah dalam beragama dan puncak tertingginya adalah kedamaian. Dengan
sifat pohon yang ikhlas, manusia harusnya menirunya, mau pendapatnya di dengar
atau dipakai atau tidak itu urusan pribadi masing-masing yang terpenting kita
telah menyampaikan suatu yang haq. Jangan karena kita tidak di dengar kita jadi
marah-marah. Dalam memberipun juga begitu, mau yang di beri mau bilang terima
kasih atau tidak itu urusan yang menerima kalau kewajiban kita hanya memberi
dengan tulus dan hanya kepada Tuhan lah kita mengadu/berharap. Dalam sodhakoh
pun harusnya kita berusaha mengnolkan harapan kita. Jangan menodai hal yang
baik dengan harapan-harapan yang sifatnya menuruti egoistis semata. Ini sangat
riskan/beresiko.
Pohon selalu istiqomah terus kenapa
kita tidak istiqomah? Loh katanya kita ngakunya mahluk sempurna masa kalah sama
pohon? Karena kita punya nafsu? Mmmm bisa jadi benar, tapi bukankah nafsu itu
bisa dikendalikan? Jawabannya kita tidak mau berusaha istiqomah, kita terlampu
membentengi diri kita dengan kemalasan tapi berkedok hal-hal yang secara logika
saja salah. Kita bukan malaikat iya tidak bisa istiqomah teruslah? Loh kata
siapa? Bukankah kalau kita berbuat baik kita malah justru bisa melebihi
malakaikat? Katanya ngaku sempurna? inner creat Tuhan itu bisa berbuat apa saja
tergantung pada diri masing-masing mau berusaha istiqomah atau tidak. Tapi kan
sulit? Memang apa sih yang tidak sulit di hidup ini? Tapi itulah yang
semestinya menjadikan kita mau berusaha merubahnya bukan? Kita sudah berusaha
masa Tuhan tidak kasihan ke kita? itu sangat mustahil, kita tidak berusaha saja
Tuhan tetap kasihan sama kita, di beri hidup dan lain sebagainya. Apalagi mau
berusaha?
Akhirnya marilah kita selalu membuka
mata untuk mau belajar dari manapun , apapun. Karena segala pengetahuan itu
bersumber dari Yang Maha Berilmu. Jadi tinggal diri kitalah yang membawa diri
untuk berusaha memanfaatka ilmu itu sebaik-baiknya untuk kemaslahatan bersama. Jangan
sampai kalah dengan Pohon.
0 comments:
Post a Comment