Sunday, March 17, 2013

Kenapa Tak Kau Belajar dari Pohon depan Rumah mu itu?

0 comments


Pohon merupakan tumbuhan yang konon dapat menyerap CO2. Zat yang konon juga dapat merusak lapisan O3 (ozon), dismaping zat CO. Pohon jugalah yang kini agaknya menjadi tren baik dikalangan pemerintah maupun aktivitis pemerhati lingkungan. Bisa dirasakan sekarang cuaca begitu tak menentu, siklus musim tak lagi dapat diprediksi. Penyebabnya sudah barang tentu Global Warming atau pemanasan global yang di sebabkan oleh rusah ekosistem bumi, yang kian hari kian mengkhawatirkan. Jumlah pohon di hutan tinggal sedikit dan air hujan yang jatuh ke bumi tak lagi bisa di serap, ujungnya banjir dan longsor tak bisa di hindarkan. Ketika hal semacam ini terjadi dengan segitu parahnya, mulai lagi menggeliat gerakan tanam pohon. Gerakan save our earth, pemerintahpun tak mau kalah unjuk gigi dengan gerakan nya 1 Milyar pohonlah apalah. Memang baik gerakan semacam ini, namun bukankah kata pepatah menjaga itu jauh lebih baik dari pada mengobati? Ketika alam sudah rusak penghijauan atau reboisasi itu membutuhkan waktu yang lama bukan setahun dua tahun. Jadi alangkah lebih bijaknya ketika reboisasi menggeliat penjagaan pohon di hutan pun juga harus lebih di tingkatkan bukan? Artinya bukan berarti dengan adanya reboisasi di pohon yang sudah ada di tebang dengan ekspektasi ada yang hendak tumbuh lagi, pandangan semacam ini sangat keliru.

Pada zaman dahulu Indonesia merupakan paru-paru dunia, dengan kekayan alamnya. Hutan belantara bertebaran dari sabang sampai merauke. Hijau alam ini begitu memukau dan merupakan pemandangan yang begitu elok dan indah. Sejak hadirnya reformasi 1998 Indonesia seakan kehilangan segalanya. Reformasi agaknya disalah artikan oleh insan negeri ini. Reformasi yang tadinya menggulingkan ketidak adilan di pemerintah, yang tadinya memberantas korupsi seketika berubah menjadi reformasi ke seluruh lapisan aspek. Ngerinya sejak tahun itu, Hutan di Indonesia di biarkan di jarah oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Kongkalikong antara mandor (polisi hutan) dengan para pembalak liar begitu subur fakta ini saya dapatkan di kawasan hutan sekitar tempat tinggal saya di sebuah kecamatan paguyangan, Kab Brebes. Saya sih tidak pernah menyalahkan salah satu dari mereka, mereka sama-sama lagi berjuang menghidupi anak dan istrinya. Saya malah lebih kesel ke pemerintah yang membiarkan gaji mandor kecil. Pemerintah yang membiarkan orang desa tetap tertinggal. Pembangunan segala infrastruktur dan lain sebgainya hanya terfocus di kawasan metropolitan tanpa mau menyentuh di kawasan pedesaan. Pedesaan di biarkan tertinggal, jalanan di biarkan rusak tanpa adanya greget untuk membangun dan membangun. Sekali membangun di lahap oleh cecunguk orang-orang pemerintah lagi. Manusia negeri ini apa bodoh atau saking tololnya? Apakah mereka  tak pernah belajar dari alam? Itu sebabnya pada judul saya tulikan belajar dari pohon. Saya akan mencoba menjabarkan bagaimana pohon menjalani kehidupannya? Yang semestinya harus di contoh oleh manusia bumi yang kian hari moralnya kian mendekati titik nol dan sedang bergerak ke titik negatif.

Baiklah rasanya saya terlalu melebar dari pembahasan yang semestinya, yaitu tentang bagaimana pohon kok bisa menjadi contoh kita? bukankah kita ini manusia sempurna kenapa mesti belajar dari hal yang kapasitasnya di bawah kita? Iya memang kita ini inner create Tuhan. Ciptaan Tuhan yang paling sempurna ya kita ini manusia. Tapi sayangnya kita tidak mau memaksimalkan kesempurnaan kita. Analoginya parang yang tajam kalau di biarkan saja lama-lama akan mengarat dan tiada lagi tajam. Tapi setumpul-tumpulnya parang kalau setiap hari diasah akan tajam juga bukan? Tidak bedanya kita ini kalau tiada pernah di asah otak kita untuk mau membaca semua yang tersirat dan tersurat di alam ini atau di kitab-kitab atau buku-buku lainya. Kita akan menjadi golok-golok yang berkarat dan lama-lama akan di buang karena tidak bermanfaat. Asal anda sekalian tahu puncak dari ilmu pengetahuan adalah bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitarnya. Belajar bisa dari mana saja, belajar bisa dari apa saja yang bisa di ambil pelajaranya. Begitupun pohon yang menjadi titik pembahasan kali ini.

Secara kenampakan tersurat sedikit sudah saya jelaskan di awal bagaimana pohon itu bermanfaat, bagaimana pohon itu memliki fungsi yang begitu besar. Itu lah aktualisasi pohon mensyukuri nikmat Tuhan yang di berikan kepada pohon. Berusaha untuk bermanfaat untuk manusia ciptaan Tuhan, untuk alam ciptaan Tuhan. Sudah kita berkaca ke diri sendiri sudah kah kita bermanfaat hidupnya? Jangan-jangan terlalu asyik deangan diri sendiri kita lupa bahwa puncak yang harus kita gapai adalah bermanfaatnya diri kita. Jangan-jangan juga kita ini terlampau egois untuk mau belajar dari ayat kauniyah Tuhan? Kita terlalu sombong dengan logika kita, kita berusaha menonjol diantara orang lain namun kita lalai untuk juga menganjarkan atau memberi tahu teman kita yang belum mengerti tentang suatu hal?

Pohon dan hampir semua pohon itu bermanfaat, dari akar hingga daunya bermanfaat. Kecuali pohon kuldi yang saya sendiri juga kurang tahu pohon itu selain pohon yang mendepak adam dan hawa ke dunia fana ini dari surga. Karena rayuan iblis dan menuruti hawa adampun memakan buah tersebut dan akhirnya kita ada di dunia ini, beranak dan berkembang menjadi hampir 5 Milyar manusia.

Tahukah anda bahwa pohon itu selalu ikhlas dan istiqomah? Kalau anda tiak tahu berarti anda hanya menjalani rutinitas pribadi yang monoton tanpa mau memberikan waktu untuk tafakur (berpikir). Iya pohon itu selalu ikhlas, kenapa? Bayangkan dalam setiap berbuah pohon tiada pernah memilih buahnya dimakan hanya untuk orang baik. Mau dimakan orang baik atau orang sekelas bajingan pohon selalu tetap berbuah kecuali ditebang atau mati. Buah tidak pernah memilih pohon selalu ikhlas memberi. Yang dilakukan pohon adalah memberi dan memberi tanpa pamrih apapun tanpa ada over hope juga.

Istiqomahnya pohon ini sebenarnya sering di gambarkan oleh orang-orang dengan adanya musim rambutan, musim manga, musim pisang, musim duren dan musim-musim lainya. Ini mengimplementasikan bahwa pohon itu selalu berbuah dan sesuai dengan waktunya, kalaupun ada paling di took buah dan itu juga barabg kali buah impor. Tapi pada hakekatnya pohon selalu berbuah istiqomah. Tentu harapanya buahnya bermanfaat buat manusia di dunia ini dan mahluk hidup Tuhan lainya.

Jika sifat dan sikap seperti ini di teladhani oleh manusia kehidupan ini sepertinya akan teras begitu harmonis. Antar agama satu dan lainya tidak akan saling terjadi konflik. Konflik merupakan tahapan terendah dalam beragama dan puncak tertingginya adalah kedamaian. Dengan sifat pohon yang ikhlas, manusia harusnya menirunya, mau pendapatnya di dengar atau dipakai atau tidak itu urusan pribadi masing-masing yang terpenting kita telah menyampaikan suatu yang haq. Jangan karena kita tidak di dengar kita jadi marah-marah. Dalam memberipun juga begitu, mau yang di beri mau bilang terima kasih atau tidak itu urusan yang menerima kalau kewajiban kita hanya memberi dengan tulus dan hanya kepada Tuhan lah kita mengadu/berharap. Dalam sodhakoh pun harusnya kita berusaha mengnolkan harapan kita. Jangan menodai hal yang baik dengan harapan-harapan yang sifatnya menuruti egoistis semata. Ini sangat riskan/beresiko.

Pohon selalu istiqomah terus kenapa kita tidak istiqomah? Loh katanya kita ngakunya mahluk sempurna masa kalah sama pohon? Karena kita punya nafsu? Mmmm bisa jadi benar, tapi bukankah nafsu itu bisa dikendalikan? Jawabannya kita tidak mau berusaha istiqomah, kita terlampu membentengi diri kita dengan kemalasan tapi berkedok hal-hal yang secara logika saja salah. Kita bukan malaikat iya tidak bisa istiqomah teruslah? Loh kata siapa? Bukankah kalau kita berbuat baik kita malah justru bisa melebihi malakaikat? Katanya ngaku sempurna? inner creat Tuhan itu bisa berbuat apa saja tergantung pada diri masing-masing mau berusaha istiqomah atau tidak. Tapi kan sulit? Memang apa sih yang tidak sulit di hidup ini? Tapi itulah yang semestinya menjadikan kita mau berusaha merubahnya bukan? Kita sudah berusaha masa Tuhan tidak kasihan ke kita? itu sangat mustahil, kita tidak berusaha saja Tuhan tetap kasihan sama kita, di beri hidup dan lain sebagainya. Apalagi mau berusaha?

Akhirnya marilah kita selalu membuka mata untuk mau belajar dari manapun , apapun. Karena segala pengetahuan itu bersumber dari Yang Maha Berilmu. Jadi tinggal diri kitalah yang membawa diri untuk berusaha memanfaatka ilmu itu sebaik-baiknya untuk kemaslahatan bersama. Jangan sampai kalah dengan Pohon.

0 comments:

Post a Comment