Tuesday, January 21, 2020

Bisik Ranting Kepada Daun

0 comments
Bisik Ranting Kepada Daun

Sebulan ini pohon-pohon agak nya berpesta. Kekeringan yang beberapa bulan mengacam kelangsungya kini sudah mulai berlalu. Hujan datang mengguyur membasahinya, memberikan nyawa energi baru. Putik pun perlahan mulai berkembang. Daun yang tadinya runtuh kini mulai bersemi kembali. Batang yang menyendiri kini mulai di temani warna hijau. Ranting kini tak perlu lagi merasa kesepian, tak perlu lagi takut terpapar sinar matahari yang dahulu menghangus kan tubuhnya.
Daun dan ranting kini kembali berteman lagi. Membicarakan segala hal yang dahulu sempat hadir dan pergi. Ranting berbulan-bulan setia dan berdoa agar daun kembali. Agar hujan menumbuhkan kembali daun pasangan yang sempat hilang itu. Sungguh mesra sekali obrolan mereka ini. Bersatunya mereka begitu terasa manfaatnya, pohon kini jadi lebih siap tumbuh. Dia juga dapat memberi tempat bagi burung tinggal. Memberi tempat berteduh juga bagi siapapun yang hendak berteduh dari terik dan hujan.

Daun dan ranting adalah pasangan yang selalu ikhlas menerima segala kemungkinan buruk yang kelak akan terjadi di masa datang. Dia sadar bahwa segala hal tercipta dari ketiadaan dan akan kembali ke arah tiada lagi. Sebelum memutus kan memiliki, ranting terlebih dahulu memiliki kesadaran bahwa kelak dia akan di tinggalkan. Kesadaran bahwa waktu yang di miliki adalah sementara. Keputusan memilih membahagiakan satu sama lain saat ini adalah pilihan terbaiknya.

Ranting tak pernah protes agar daun tetap tinggal menemaninya sampai habis usia. Karena gugur adalah kepastian. Daun juga tak pernah tak ikhlas melindungi sang ranting. Dia tak pernah protes bahwa peranya hanya melindungi dan akan mati begitu saja kala musim berganti lagi. Yang dia tahu bahagia ranting adalah bahagianya juga. Dia tak pernah menyesal tercipta sebagai daun. Dan rantingpun tak pernah jumawa bahwa dia tercipta sebagai ranting. Selagi bersama daun ranting selalu memberi asupan makanan yang tersalur melewati celah-celah tubuhnya. Dia juga rela mati duluan takala ada yang tega menebangnya. Dia rela menjadi yang pertama terluka agar yang lainya tak tersakiti.

Ah itu cuma bisik dan obrolan ranting dan daun yang terlalu hiperbola saya menggambarkannya. Tapi andai manusia bisa seikhlas itu menjalani kehidipan ini. Mungkin kita akan hidup dalam ketaraturan. Kita akan hidup dalam energi saling menyayangi, saling berkorban dan ikhlas andai kan waktu mengambil segala hal dari kita saat ini.

Hmmm mencintai seikhlas ranting dan daun, bahagia kali yah? Cinta yang tak pernah menghakimi satu sama lain. Cinta yang memgambil peran untuk saling memberikan rasa aman dan bahagia. Cinta yang tak pernah menuntut apapun. Cinta yang tanpa sebab apapun dan syarat apapun. Cinta yang tak pernah mempeduli kan segala hal di luar dari mereka.

Namun percayalah, ada kok manusia yang memilih jalan itu. Jalan ikhlas. Memilih kehilangan sebelum segala halnya di miliki. Manusia yang meski terus di ciderai tapi tetap tangguh dan tetap berbagi. Manusia yang di sakiti tapi tetap mau berbuat baik. Manusia yang memilih tugas menjaga, menemani dan tak peduli bisa memiliki atau tidak. Yang dia tau saat ini, di sini dan bersamanya. Bukan karena dia pengecut atau pecundang. Tapi dia sadar bahwa akan banyak luka ketika egonya menjadi Tuhan atas segala tindakanya. Dia hanya berdoa bahwa kelak musim akan berganti dan yang di cintai akan kembali entah sebagai apapun. Ini seperti ranting yang berdoa agar daun kembali mesti dia akan luka lagi di tinggal pergi. Rasa ikhlas barang kali seperti itu. Andai kita bisa seperti itu yah? Seperti ranting yang selalu percaya bahwa takdir tak pernah salah alamat. Bahwa Tuhan tak pernah salah memberikan bahagia, seberapa lama waktunya. Yang dia tau dia bersyukur.

Bisik Ranting itu seperti ini.
"Aku akan selalu ikhlas menerima segala hal, karena gugur adalah kepastian. Saat ini kau bersamaku, aku tak peduli seberapa berat bebanku menjagamu agar bersamaku. Akupun juga tak peduli seberapa kencang angin mencoba merebutmu dariku. Kau akan menjadi bagian dalam hidupku. Kalau kelak engkau gugur akupun kelak akan menyusulmu kembali ke bumi. Memberi manfaat bagi siapapun yang kita temui. Daun, jangan pernah memikir kan apa yang tak bisa kau lakukan. Mari kita saling menjaga satu sama lain. Agar tugas kita menghadirkan rasa manis ke dunia rampung. Kau tau kan ketika kelak buah sudah ada, orang akan melupakan kita dan mereka hanya akan membicarakan buaj saja. Yuk ikhlas saling mencintai satu sama lain yuk"

Tetiba kaget ternyata saya melamuni seseorang, heheheheh. Dia yang tetiba jadi sumber inspirasku nulis, sebut saja dia Dewi.

0 comments:

Post a Comment