Cinta memenag
merupakan suatu rasa dimana seorang bisa merasakan Nyaman dan nyambung. Orang yang
cinta terkadang juga di butakan dengan kondisi apapun semua dilakukan atas nama
cinta. Penyair berkata cinta itu buta. Bisa jadi benar juga, karena konon orang
yang lagi dimabuk cinta tai kucing rasa coklat. Wah gila juga kalau kaya gini
caranya. Bang haji Rhoma Irama berkata hidup tanpa cinta bagai taman tak
berbungga. Selain itu juga lirik-lirik lagu-lagu sekarng juga lebih kental
dengan kata cinta. Entah itu lagu remaja, anak-anak atau bahkan lansia. Semuanya
dicekoki dengan kata-kata cinta. Bahkan saya bisa yakin mereka pun belum tentu
bisa dan sanggup mendefinisikan cinta dan mengaplikasikan cinta secara benar.
Kesalahan memaknai
cinta terkadang membuat seseorang bisa terjebak dalam suatu kondisi cinta
palsu. Banyak orang yang terkadang mencintai seseorang karena kasihan, karena
iba, karena nafsu, dank arena-karena lainya. Tapi yang pasti saya kurang setuju
kalau ada orang yang masih menjalin hubungan atau mendekati dalam tanda kutip
pacaran. Kemudian sudah sok-sokan mengatakan aku mencintainya karena Tuhan. Giliran
di tolak, giliran di putus sakit hati, menggerutu dan lain sebagainya. Apakah itu
yang dibilang mencintai karena Tuhan? Saya
pun pernah menjadi orang yang sok-sokan mencintai karena Tuhan, ternyata bukan
karena Tuhan lebih karena nafsu. Ibadah karean Tuhan saja saya masih jauh.
Dalam sendi-sendi
kehidupan ini banyak terjadi juga orang
melakukan segala sesuatu bersembunyi dan beralibi atas nama cinta. Jadi yang
terjadi banyak wanita yang terjerat pada atas naman cinta kemudian bunting dan
bingung akhirnya aborsi. Mengatasnamakan cinta kemudian sebagai dasar free sex?
Prinsip konyol macam apa cinta yang dimaknai? Mengatasnamakan cinta mengkebiri
hak pasangan itu jugakah cinta? Kalau jawabannya iya mending saya sarankan anda
untuk ambil penggorengan dan pukulkan di kepala anda biar segera sadar.
Kiai Surya
Mataram pernah berkata dalam wejangannya. Kalau ada orang yang pergi membelikan
sesuatu ke pasangannya kemudia pasangannya mencaci yang di belinya. Kemudian dia
marah karena merasa tidak di hargai. Ini kah cinta? Bukan pastinya ini lebih ke
suatu proses jual beli. Iya saya membayar dengan oleh-oleh tadi dan engkau
membalasnya dengan rasa senang, tersenyum, tertawa bahagia dan berterimaksih.
Lalu anda-anda
mungkin bertanya-tanya lalu cinta itu yang kaya gimana? Cinta yang sejati yang
kaya gimana? Loh kok kepo banget kaya dora? Cinta itu bukan soal pertanyaan
apa, kenapa, bagaimana, berapa, atau diamana?
Cinta itu soal
menjalani dengan sepenuh hati, dengan menyadari segala kesempurnaan dan
kekuranganya. Cinta juga bukan soal hitung-hitungan. Karena cinta itu bukan
kalkulasi angka. cinta juga bukanlah suatu hal yang objektif yang bisa kita
ukur-ukur senaknya sendiri. Cinta itu suatu yang subjektif namun berdampak
objektif. Dalam cinta juga sebenarnya
tidak mengenal pengorbanan. Jika di zaman sekarang ada yang bilang kalau cinta
itu harus berkorban. saya memang kurang setuju. Selain itu juga mbah sujiwo
tedjo pernah bilang kalau cinta butuh pengorbanan itu bullshit.
Kenyataannya memang
benar ketika kita menganggap apa yang kita lakukan ke orang yang kita cintai
dengan berdalih berkorban. Secara arti ketika ada pengorabanan maka harus ada
yang di dapatkan dari pengorbanan itu. Kita mengorbankan nyawa kita demi
kemerdekaan, kita menharapkan kemerdekaan. Ada maksud terselubung dibalik
bersemayamnya kata berkorban. Berkorban orentasinya pada suatu kalkulasi
matematis yang mengharuskan ada hasil yang di dapatkan, kalau tidak mendapatkan
hasil kita menggerutu. Kamu kok tidak mengahrgai pengorbananku? Aku sudah
berusaha berkorban demi kamu kok kamu malah seperti ini seperti itu.
Ketika sejatinya
kita mencintai yang akan kita dapatkan harusnya suatu ketenangan rasa bahagia.
namun jika yang kita dapatkan hanya menggerutu itu perlu di salami lagi
kebermaknaan cintanya. Pernah di bilangi seorang maaf sudah menggangu? Maaf sudah
menyakiti? Maaf sudah ini sudah itu? Saya yakin anda dan saya sering mendengar
statmen semcam itu. kalau dalam cinta sejatinya tidak mengenal semacam itu. Menggangu
itu orentasinya pada suatu maksud bahwa seseorang telah berkorban. Tidak sama
sekali sebenranya, ketika dilakukan dengan dasar cinta.
Karena ketika
melakukan sesuatunya dengan dasar cinta itu akan merasa bahagia dan enak sendiri.
Tidak akan merasa terbebani ataupu yang lainya. Sbenarnya saya pun masih sangat
bingung berbicara dengan konteks cinta. Karena cinta itu sesuatu yang sangat sensitive.
Tulisan-tulisan ngawur ku jarang yang bertemakan cinta, karena saya sendiri
belum mampu mengaplikasikan cinta dalam keseharianku. Tapi sedikit ini semoga
membuat kita belajar bersama menyempurnakan cinta.
0 comments:
Post a Comment