Mencuci merupakan pekerjaan yang membosankan bagi sebagian orang. Buktinya
laundry begitu menjamur di sekitar tempat kita tinggal terutama anda yang hidup
di perkotaan. Bisa dibayangkan saya yang sekarang tinggal di Jl.Glagah Sari,
Yogyakarta saja yang jalanan kecil laundry hampir disetiap 10 meter ada. animo
mahasiswa untuk mencucikan pakaiannya diloundry makin besar. Sehingga membuat
pembisnis kecil lundry juga ikut berperan memanfaatkan hal tersebut. Sehingga yang
terjadi hal yang saya ungkap diatas lundry sudah seperti counter handphone.
Mencuci memang membutuhkan kesabaran dan ketelitian super. Parahnya mahasiswa
cenderung malas dan bahkan tidak dibiasakan untuk mencuci pakainanya sendiri. Mungkin
karena pola hidupnya saat masih dengan orang tua penuh dengan kemewahan. Apa-apa
dilakukan orang tuanya dan mungkin pembantunya. Sehingga kebiasaaan untuk
mencuci pakaian di gantikan oleh jasa laundry. Mereka tidak mau memikirkan
bagaimana mereka mencuci dan dengan detergent apa mereka mencuci yang
terpenting pakaian sudah rapi.
Mencucui pada esensinya memiliki suatu pembelajran yang luar biasa. Mecuci
dapat menjadikan kita sadar diri akan suatu peran dan segala aktivitas kita
yang didasarkan pada mencuci. Sehingga siapapun yang mau mencuci pakaian nya
sendiri saya katakan orang hebat. Orang yang meemiliki etos kerja yang tinggi
dan semangat hidup yang luar biasa. Orang yang yang memilki prinsip ekonomi
yang tinggi, yaitu hemat. 50-100 ribu untuk mencuci pakaian kalau saja mau
ditabung akan jauh lebih bermanfaat. Jadi jika saat ini anda yang masih meminta
uang sama orang tua, saya sarankan mencuci sendiri saja.
Dalam mencuci ada prinsip bersih, wangi dan rapi (kalau sudah dilipat
atau disetrika). Kalau kia hubungkan dengan dengan apa saja yang kita lakukan kita
akan memperoleh beberapa pembelajaran. Mencuci itu esensinya hampir sama dengan
zakat, sedekah, infaq ataupun sejenisnya. Dalam prinsip sedekah ada rumusan
100-10=190 artinya ketika kita mengasih satu akan dibalas 10x lipatnya. Pandangan
seperti itu memang benar adanya sesuai dengan yang di Firmankan Tuhan. Namun apabila
pandangan semacam ini menjadi tujuan pokok, atau tujuan utamanya ya nanti
sedekah kita dipenuhi dengan harapan-harapan. Padahal tanpa mengaharappun Tuhan
akan membalasnya dengan cara yang Dia punya pastinya. Coba jika ambil rumusan
100/0=~ dengan hasil tak terhingga. Jadi
ketika kita tanpa pengharapan kita justru mendapatkan hasil yang jauh lebih
besar. Kita coba hubungkan dengan
mencuci, dalam memberi jika kita mengharapkan itu sama halnya kita hanya
mengahrapkan wangi atau rapi saja. Kita bisa mendapatkan hal semcam itu, namun
bukan kah esensi mencuci itu membersihkan dari najis dan kotoran?
Bersih sebenarnya sudah mencakup segala hal mengenai wangi, bebas najis,
dan rapi. Jadi kita besarkan harapan kita memang hanya mengahapkan ridho Tuhan
kita akan mendapatkan semua dari keseluruhan yang ditawarkan-Nya. Pepatah mengatakan
kalau kita menanam padi bisa tumbuh rumput-rumput kecil yang barang kali bisa
dimasak atau dijadikan obat tradisional. Namun jika kita menanam rumput apa iya
bisa tumbuh padi? Hal semacam itupun tidak jauh-jauh dari prinsip mencuci dan
bersedekah, zakat ataupun infaq. Memang bukan perkara mudah melakukan hal hanya
didasarkan Sang Maha Kuasa. Namun bukannya kita tidak bisa, kita pasti bisa
melakukannya dengan perlahan, dan membiasakan diri memberi atau melakukan suatu
hal tanpa di embel-embeli (ditambahi)“semoga”. Ketika kita menambahi semoga
disitu sudah mulai ada ekspektasi yang besar. Kalau aku gini semoga gini, kalau
aku begitu semoga begitu. Kemudian tiba-tiba rencana Tuhan berbeda dengan
ekspektasi kita. apa yang terjadi dengan kita? menggerutu lah, kok seperti
inilah, kok seperti itulah, aku kan sudah melakukan ini itu kok kaya ginilah. Bukannya
tidak boleh mengharap namun jangan over
hope , berharap atau bedoa sangat dianjurkan oleh Tuhan kita. namun kita
juga jangan melupkan konteks bahwa Dia tidak merubah nasib suatu kaum kalau
mereka tidak mau merubahnya.
Jadi kalaupun mau memberi ya sudah memberi dan biarkan Tuhan yang hendak
membalasnya dengan cara-Nya yang terbaik. Robiatul Adawiyah pernah bersajak “jika aku beribadah karena surga-Mu
masukanlah aku kedalam neraka-Mu, jika aku beribadah karena takut neraka-Mu
masukanlah aku kedalam neraka-Mu”. Begit tegas dan menyentuh sajak yang
dibuat oleh seorang sufi ini. Hal ini bukan semata-mata robiatu adawiyah
sombong dan tidak mau berdoa untuk terhindar dari neraka dan masuk surge. Namun
lebih karena segala penghambaanya hanya untuk Tuhan. Kita masuk surge itu
karena Rahmat-Nya bukan karena ibadah kita, ibadah kita untuk mensyukuri
nikmat-Nya saja belum sanggup terpenuhi.
Kemudian mencuci itu harus menggunkan air yang bersih, air yang suci. Ini
berarti beramal, infaq itu harus dengan uang yang khalal bukan hasil korupsi
ataupun cara haram lainnya. Dalam suatu riwayat pada saat Sunan Kali Jaga
sebelum masuk islam beliau adalah seorang raden atau anak kadipaten tumenggung. Raden Syahid sapaanya, dalam wilayah itu
terjadi berbagai ketimpangan yang membuat hati raden said ini bergejolak. Karena
kehidupan disekitar kerajaan dan kadipaten ayahnya hidup dibawah garis kemiskinan, sedang didalam
kerajaan hidup dengan kemawahan. Maka belaiu memutuskan untuk mencuri harta
dikerajaan berupa beras, sayur dan rempah. Kemudian membagikannya kepada
masyarakat. Secara kasat mata perbuatan Raden syahid ini benar bukan? Menolong orang
miskin. Namun berbeda ketika belaiu bertemu dengan guru nya suan Bonang. Belaiu
berkata kepada Raden Syahid apa yang engkau lakukan seperti kau mencuci bajumu
dengan Air kencing, apa yang kau dapatkan tanya sang sunan. Saat itu raden syahid
menyadari kesalahannya itu. Bahwasanya untuk berbuat baik harus dengan cara
yang baik, beramal harus dengan harta yang khalal, bersih dari harta benda yang
diharamkan secara syariat keagamaan.
Itulah contoh kecil dari hikmah yang dapat kita ambil ketika kita mencuci
pakaian kita. selain kita dapat meresapi hikmahnya, kita juga dapat merasakan
kepuasan ketika mencuci sendiri. Kita tahu bagian mana yang kotor baik yang
tersembunyi atau yang tidak. Kita dapat tau kualitas air yang kita gunakan. Hari
minggu ini selamat mencuci pakaian bagi anda yang merasa luar biasa, anda yang
belum bisa mencuci sendiri belajar dari sekarang, dan berdoa semoga hidup anda
terus di beri kemewahan sama Tuhan. Pasalnya kalau anda tiba-tiba menderita
anda akan kaget untuk mencuci baju anda. Tetapi yang jelas hidup akan selalu
bergerak dengan putaran pas dua posisi yakni sebentar senang sebentar susah
kata Ki A surya Mataram. Ingat hanya sebentar, bukan kekal.
0 comments:
Post a Comment