Saturday, November 17, 2012

Bercerita dengan Malakaikat

0 comments
Siang hari saat itu terik panas matahari begitu menyengat panas serasa terbakar kulit yang kian hitam ini. Berhamburan manusia bak semut berkerumunan di atas gula. Hiruk pikuk insan bumi seakan tiada berhenti, laju selalu berlawan arah tiada waktu nol dalam jalanan siang itu dan mungkin selamanya. Siang itu ku bercerita bersama turunya malaikat ke bumi dengan seucap permohonan kepada Dia yang mengaturku juga malaikat. Aku tiada peduli kata orang yang kalau malakaikat turun saat hujan turun, saat terik panas mentari pun ku yakin malaikat turun untuk membawa pesan ku ke Dia. Karena bagiku di panas terik mentari saat itu ku merasa badai dan hujan datang di hidupku.  Harapan kecil dari dari ketidak tersinkronisasinya logika dan hati. semoga Tuhanku menunjukan jalan untuk ku mengarungi badai ini dan hujan di terik mentari ini,serta hidayah pembuka hati yang kian hari kian beku. Tetesan air mata yang ku kira itu busuk namun menetes dari keterpautan logika dan dangkalnya perasaan. Dimanakah hati harusku simpan atau ku buang saja jauh-jauh, agar ku berhenti merasakan perih dan hidup bak orang gila yang mengabaikan tersinkronisasinya logika dan hati. 

Berasa naif dan putus asa memang bagi orang lain yang sok menegrti kehidupan manusia, sok menjadi tuhan yang seakan serba tahu dan punya segala solusi permasalahan hidup. Aku mengurai derita dan menyambung kebahagiaan dengan caraku sendiri. Aku pun mengirim pesan dan berkomunikasi dengan caraku yang setahu ku itu tak mneyalahi kodratku sebagai mahluk. Sebagai hamba, sebagai pelayan, sebagai iblis, dan juga sebagai malaikat yang semuanya ada di diriku.


0 comments:

Post a Comment