Monday, November 19, 2012

Seri hidup harus berusaha 3

0 comments
Entah petunjuk apa yang hendak di berikan kepadaku oleh sang punya jiwa. sepanjang jalanku hari ini menju kampus dan kembali lagi dari kampus suasana begitu menarik perhatianku. Dari berangkat dengan nuansa mendung dan penuh kabut dingin hiruk pikuk manusia tak berkurang sedikitpun dari hari biasanya. Rasa malas yang ada mungkin terpupus oleh rasa hidup bahwa memang hidup harus berkarya atau berusaha. Berusaha menjadikan kehidupan menjadi lebih hidup.

Sepanjang jalan yang ku lalui suara nyaring dari klakson kendaraan yang tergesa-gesa dan ingin mendahului memberi nuansa yang beda dan indah. Setiap persimpangan tampak begitu rame dan sesak penuh dengan para pejuang kehidupan. Lagi-lagi memang muncul pertanyaan apa yang hendak ku lakukan? aku sudah melakukan apa? jawaban itu tak kunjung ku temukan dan hanya hujatan akan diriku yang merasa tak berguna.

Selama ini hidupku hanya dipenuhi dengan rutinitas yang ku rasakan tampak tak memberikan makna apapun untuk hidupku tau orang lain. Aku menjalani hidup bagaikan si alif kecil yang hanya mencari jalan karena tersesat. Bagaikan air yang hanya mengalir makin kebawah dan kebawah. Semakin bertambah kuantitas umurku tak di barengi dengan kualitas umurku. 

Sesampainya dikampus pagi itu, semua orang-orang nampak santai dan tanpa beban menjalani hari-hari merka. Tapi apa iya mereka tak memikirkan apapun tentang hidup? Aku masuk kelas dan berdiam dipojokan tempat yang sekarang jadi tempat favoritku. Nilai ujian tengah semester kemaren dibagikan dalam lembaran klasikal berisi tulisan acak-acakan dan tercantum angka dengan tinta merah 42/100. Angka yang begitu kecil dan berasa bodoh sekali dan rasa tak berguna itu muncul dan kembali muncul. Rutinitasku saat ini cuma kuliah - pulang untuk mendapat nilai yang bagus saja aku tak mampu. Keterlaluan gejolak jiwaku meradang, namun nyatanya itu hasil yang objektif dan tentunya dengan proses yang jeli dari dosenku.

Hari ini memang begitu penuh dengan kode-kode yang tak terungkap entah sebagai tamparan atau penyadaran akan jiwaku. Semuanya terasa kian bobrok dan hati yang kian kotor ataukah mungkin otak yang makin bebal. Entahlah jawabku lirih dalam hati. Sambil keluar dari kelas yang kian bising dengan orang-orang yang kelaparan dan pusing mengerjakan test kreaplin aku lepas canda tawa palsu.

Pulang menuju parkiran beban rasa yang ku padukan dengan tawa palsu ku lemparkan semua orang dengan harapan ku dapat menutupi betapa saat itu suasana hati sedang tak menentu. Perjalanan pulang aku menawarkan diri untuk membawa motor dengan temanku. Betapa terperangah kaget saat di perjalanan sekitar jalan magelang ku melihat nenek tua menggendok dagangan dengan susah payah namun tetap tersenyum. Berjalan lagi dipertigaan indomaret sesudah lampu merah nenek tua sedang tersenyum melayani pembeli yang hendak membeli baju bekas jualannya. Betapa seakan mereka menyadarkan ku dan seakan berkata "ayo bangit ayo bergegas", dengan simbol menutup mata aku mengiyakan semuanya.

Pikiran saat itu tak menentu samapai laju motorpun kebablasan dari rute yang biasanya kita lalui namun ku tak ambil pusing dengan terus membawa nya melalui jalan yang sedikit lebih padat dan jauh. Sepanjang jalan itu aku masih berpikir dan lampu seakan menjadi hijau semua aku melaluinya seakan tak berhenti di persimpangan jalan itu. Ini siapa yang mengatur sebenarnya? atau kebetulan belaka tanyaku penasaran. Akh mas bodoh yang penting ku sampai di kost batin ku menggerutu. 

Kridosono stadiun yang tak terurus menjadi rute perjalanan kami berdua dengan temanku. Tepat di depan ku seorang kakek dengan berjalan pincang dan dengan tongkat kayu sederhana dia membawa gerobak sampah yang melebihi kapasitasnya sebagai seorang kakek. Begitu terenyuh dan tambah tidak menentu rasa ku saat itu. Berhenti lagi aku dipersimpangan lampu merah mandala krida seorang kakek pincang dengan ingus di hidungnya yang molor mencoba menjajakan koran di mobil-mobil dan orang yang berhenti di lampu merah. Aku hanya diam dan menyebut terimaksih ya Allah semoga engkau memberi kekuatan keapada orang-orang yang ku lihat tadi dan telah memberikan pelajaran arti hidup. Seberapapun sulitnya hidup yang harus ku jalani aku harus tetap berguna bagi orang lain. Seberapa menderitanya hidup aku akan mencoba tetap tegar dan terus berusaha dengan semampuku. Dan seberapapun beratnya hidup akan ku coba tetap bersyukur kepada Engaku atas nikmat yang di berikan. Semoga Engkau melindungi hamba, keluarga hamba dan orang-orang yang hidup dalam derita. Sadarkanlah orang-orang yang menghianati hidup dan mengingkari nikmat-Mu, berilah mereka embun sebagai pendingin atas iri dan dengi kepada yang lain.

Hari ini atau nanti kewajibanku hanya berusaha dan Kau penuntun dan pereralisasi jalanku.


0 comments:

Post a Comment