Saya pernah dapat nasehat yang
menurut saya keras dan jangan terlalu disikapi secara kaku. Dia seorang tokoh
islam Cak Nun, beliau berkata kalau sholat tidak khusyu itu seperti halnya kamu
salaman tapi wajah kamu buang (membalikan badan). Mending tidak usah sekalian
kan? Tanya beliau bercanda tapi cukup mengena.
Memang dalam menjalani suatu
rutinitas bernama ibadah apapun jenisnya kita begitu sulit untuk totalitas
disitu. Sholat pikiranya kesana-kemari tidak jelas, sedekah dengan pamrih meski
dalam hati, dan lain sebagainya. Kita beribadah cenderung menggunakan nafsu
kita semata dan parahnya tidak didasari ilmu pengetahuan dan ini yang berbahaya
bukan? Dalam suatu riwayat di ceritakan tidurnya orang yang berilmu itu
ditakuti setan ketimbang ibadahnya atau sholatnya orang yang tak berilmu.
Beribadah memang sangat
dianjurkan untuk ditingkatkan, bahkan Tuhan menganjurkan kita untuk
berlomba-lomba dalam hal kebaikan “astabikhul khoerot”. Namun jika apa yang
kita lakukan hanya di dasarkan nafsu semata itu yang perlu jadi pertanyaan. Bukankan
Tuhan sendiri tidak menyukai segala hal yang berlebihan? Lakukanlah segala
sesuatunya sesuai dengan kadar dan proporsinya. Jangan hanya karena ingin
dipuji atau dengan maksud tertentu kita begitu bersemangat namun kita tidak ada
maksud kita melembek dan melemah.
Janganlah terlalu sering
mendzolimi diri sendiri dengan ambisi konyol kita demi mendapatkan simpati dari
orang lain. Karena pada esensinya ketika seorang tepuk tangan kepada anda dia
kelak akan menertawakan anda jauh lebih parah ketimbang mereka yang tidak
mengagumi anda. Jangan terlalu terbuai dengan pujian kemudian bertindak over
control. Bertindaklah sewajarnya, sebisanya, semampunya, setuntunannya, sesuai
dengan perintah dan larangan-Nya bukankah itu jauh lebih baik?
Segala hal yang dilakukan dengan
berlebihan memang tidaklah baik. Jangankan
beribadah untuk hal yang dianggap sepele seperti tidur saja kalau kita melakukannya
terlalu banyak akan berdampak bagi kesehatan kita. Tubuh yang terlalu banyak
tidur akan jadi sakit-sakitan, letih dan lesu. Padahal jika kita melakukannya
secara proporsional itu akan menopang kesehatan kita, tubuh jadi semangat dan
lebih terasa fresh (segar).
Kembali kemasalah beribadah,
ibadah yang di lakukan secara berlebihan demi penghargaan dari sang insan tidak
akan berdampak apapun selain pujian. Ibadah pada esensinya seperti menanam padi,
ibadah apapun. Ketika kita menanam padi kita akan menjumpai tanaman-tanaman
obat-obatan bahkan sayuran. Orang jawa
menyebutnya daun mandelan daun
yang sering dijadikan lalaban dan dapat berfungsi sebagai obat. Itulah analogi
ibadah secara sederhana, namun jika anda hanya menanam rumput apakah anda bisa
menjamin tumbuh padi? Hanya orang bodoh yang akan menjawab iya.
Meluruskan niat, melakukan
segalanya dengan sesuai proporsinya akan membuat kita jauh lebih terarah. Ketika
anda sedekah ya sudah niatkanlah karena Allah, kelak juga Allah akan
membalasnya. Saya pernah ditanya temen saya mengenai kalau sedekah sambil
berharap umpamanya lewat sedekah ini semoga Tuhan meluluskan ujian saya dan
lain sebagainya. Saya jawab boleh-boleh saja yang jelas Tuhan akan
memberikanbalsan sesuai keniatan kamu bukan? Analoginya kamu hanya menanam
rumput ya sudah kamu akan memanen rumput. Namun jika di dasari murni karena
Allah, karena memang seharusnya sedekah kita tidak hanya akan memanen rumput
tapi jauh dari itu kita memanen padi yang jadi prioritas kita.
Pandangan Imam Al-Ghazali
bahwasanya sedekah itu kalau di ibaratkan memberi dengan tangan kanan namun
tangan kirinya tidak melihat. Atau istilah jalananya kaya orang buang air besar
tidak merasa rugi atau seperti apa. Tapi memeng sudah seharusnya di buang atau
kalau disedekah memang sudah saatnya di sedekahkan. Dan pastinya biarkan Allah
yang akan membalas segala hal yang kita lakukan. Masa kita tidak yakin dengan
janji-Nya. Ingat kebaikan sekecil apapun akan di balas jangan terlalu khawatir
dengan kehidupan yang diatur Dia. Semoga kita tetap berada dijalan yang di
Ridhoi oleh-Nya, dan terus memperbaiki diri membaikian kehidupan kita. Selamat
mala..
0 comments:
Post a Comment