Menyusuri jalanan di dunia ini
kita tidak akan pernah luput dari dualism arah yakni kanan dan kiri. Disemua
dan seluruh penjuru dunia pun hampir sama dengan istilah kanan dan kiri. Tapi
pertanyaannya apa maksudnya pakai dinamai kanan dan kiri? Kalau anda di tanya
seseorang misalnya dari Jakarta ke Yogyakarta ada berapa tikungan? Kalau anda
bingung anda akan ditertawakan. Karena sejauh perjalanan tersebut hanya ada dua
tikungan yakni kanan dan kiri.
Saya rasa adanya kanan dan kiri
bukan tanpa sebab, ataupun alasan yang tak jelas. Semuanya itu mengandung makna
yang pastinya akan bernilai bermanfaat bagi kita semua. Manfaat ini tak
terkecuali untuk siapapun, entah itu manusia ataupun seluruh jagad raya ini.
Karena esensinya kanan dan kiri kalau kita mau mengaplikasikannya di dunia
kenyataan memang seperti itu, benar adanya.
Kanan dan kiri bukan lagi menjadi
symbol arah, kanan dan kiri bukan lagi sekedar penunjuk. Kanan dan kiri lebih
merujuk ke esensi kehidupan yang hakiki. Kalau dalam perjalanan kanan dan kiri
itu harus kita lalui untuk bisa sampai di tujuan kita. tujuan kita yang mana?
Tentunya tujuan yang sudah kita rencanakan sebelumnya. Entah itu rumah kita,
sekolah kita, atau tempat special lainnya? Kita tidak akan pernah sampai di
tujuan kita ketika kita hanya melalui arah kanan tersebut atau sebaliknya kita
hanya melalui arah kiri saja. Kedua-duanya harus kita lalui secara bersamaan
untk bisa sampai, mau tidak mau, asyik tidak asyik, enak tidak enak.
Kalau kita mau menghubungkan
dengan kehidupan kita kanan dan kiripun tak pernah luput dari kehidupan kita
yang sebenarnya. Iya kita ibaratkan kanan dan kiri dalam hidup kita kita itu
sebuah keberhasilan dan kegagalan, kesalahan ataupun kebenaran atau yang
lainnya. Manusia mana yang tidak pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya?
Manusia mana pula yang tidak pernah mengalami keberhasilan dalam hidupnya?
Manusia mana yang tidak pernah berbuat salah? Manusia mana pula yang tidak
pernahg berbuat baik atau benar? Saya yakin seyakin yakin nya semua manusia dan
mahluk di dunia ini pasti mengalami dua hal tersebut. Semua manusia pati pernah
gagal, semua manusia pasti pernah berhasil, semua manusia pasti pernah berbuat
salah, dan semua manusia pasti pernah berbuat baik dalam hidupnya.
Dualitas itulah yang akan
mengantarkan manusia pada sejatinya mahluk ciptaan Tuhan. Dualitas itulah yang
akan memumuk manusia menjadi mahluk yang luar biasa. Dulaitas itu yang pada
hakekatnya satu kesatuan yang utuh yang ada dalam diri kita, yang pernah kita
perbuat dan selamanya kita akan mengalami hal tersebut. Namun kembali lagi
seberapa besar kesiapan kita menyikapi hal semacam itu lagi di hari-hari
berikutnya?
Keberhasilan manusia ketika
menyadari akan pernahnya mengalami kegagalan tidak akan membuatnya buta atau sombong.
Orang yang menyadari kegagalan dan pernah bangkit dari kegagalan akan lebih
menghargai siapapun dan usaha apapun yang orang lain usahakan. Rasa saling
menghargai akan tinggi kepada mereka yang sedang dalam kegagalan karena pernah
mengalami yang namanya gagal.
Keberhasilan? Keberhasilan juga
hampir semua manusia mengalami nya, setidaknya berhasil keluar dari rahim
ibunya. Bayangkan kalau anda gagal keluar dari rahim ibu, berapa puluh juta
uang yang harus dikeluarkan untuk operasi mengeluarkan diri anda? Berhasil
berbicara, melihat, mendengar, berjalan dan lain sebgainya. Pada hakekatnya
kita dicipta dan di takdirkan dari kecil sudah dengan keberhasilan-keberhasilan
yang luar biasa. Entah kenapa sekarang kita cenderung mengkebiri kesyukuran
kita akan keberhasilan dengan terus iri dan memandang rendah diri kita. padahal
yang namanya keberhasilan itu ada di diri kita sendiri. Keberhasilan hanyalah
sebagai rangkaian perjalanan yang harus kita tempuh. Keberhasilan hanya ibarat
tikungan bukanlah tujuan kita yang sebenarnya. Sperti layaknya kegagalan tadi,
keduanya memang ibarat sebuah tikungan yang hanya kita lalui dan bukan tujuan
yang sebenarnya.
Hidup dengan keberhasilan dan
kegagalan akan selalu ada dalam hidup kita kaena itu merupakan satu kesatuan
bukan suatu hal yang linier. Satu kesatuan yang akan mengantarkan kita pada
sejatinya kehidupan, sejatinya rasa. Kalau kita mampu memahami hal semacam ini
kita tidak akan meudah menjadi pribadi yang putus asa. Kita juga tiada akan
pernah menjadi pribadi yang mudah sombong mengaggungkan keberhasilan yang
mungkin kita raih. Semuanya akan dianggap sama, dan tidak terlalu
berlebih-lebihan.
Ingat kegagalan dan keberhasilan
atau kesalahan dan kebenaran itu hanyalah jalan menuju tujuan kita. Janganlah
pernah memisahkan kedua hal tersebut apalagi mencintainya dalam ekadaan
terpisah. Karean hakekatnya keduanya satu. Jangan pernah terlalu mencintai atau
terlalu membencinya.
0 comments:
Post a Comment