Friday, January 11, 2013

banyak TITIT diperempatan

0 comments
Hari ini adalah hari ujian ke dua di penghujung kuliah ku yang semoga sebentar lagi lulus amiin. Perjalanan dari glagah sari menuju jombor hari ini penuh dengan detak kagum dan heran juga. Karena yang kami temui sepanjang jalan hal yang begitu unik dan gila menurut aku dan mungkin juga sahabatku gesdha. Baru masuk jalan kusuma negara menunggu trafic lamp (lampu lalu lintas), padahal detik masih menunjukan angka 3 suara yang bikin sebel tit tit suara klakson mobil dan motor.

Kita ini cenderung melakukan hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Parahnya kita terbiasa untuk melakukan hal semcam itu dan menjadi kebudayaan. Membunyikan klakson saat lampu baru hijau atau saat macet tidak akan membuat jalan terbuka dan kita bebas melaju sesuka kita. Membunyikan klakson hanya akan memperbising suasana, dan parahnya kadang jadi sumpah srapah masyarakat. 

Budaya ngantri atau menunggu sebentar menjadi sangat langka di zaman kita saat ini. Entah karena buru-buru atau apa kita begitu suka saling mendahului yang tidak jarang terjadi kecelakaan. Seperti yang terjadi dengan saya barusan di jalan kusuma negara, seorang ibu tiba-tiba mendadak membelokan motor tanpa mneyalakan lampu sent. Kami sontak kaget dan menyerempet ban belakang ibu itu. Parahnya dia marah dan mengakai kami "sabar dong mas". Batinku juga bergejolak yang harusnya mikir itu njenengan bu. Sayapun menepuk punggung sahabatku tanada lanjutkan perjalanan. 

Zaman sekarang ini kita begitu sulit untuk mengakui kesalahan diri sendiri. Cenderung mengkambing hitamkan orang lain entah demi menutupi malu atau gengsinya. Kita menjadi sok kuat sok tegas padahal jelas kita salah. Pelajaran di dapat dari mana manusia saat ini begitu keras kepala, orang tua yang mestinya bijak tidak lagi tampak bijak. Anak muda yang seharusnya menghormati yang tua yang tua semakin tidak pantas untuk di hormati. Semuanya terasa begitu egois bahkan seperti menunggu di lampu lalu lintas tadi.

Waktu yang hanya terhitung detikan ini kadang bisa menjadi perkara yang menjebloskan seorang dalam hitungan bulan atau bahkan tahunan. Sudah begitu banyak orang kecelakaan hanya karena kurang sabar menunggu 1-3 detik lampu warna hijau. Semuanya bergerak saling mendahului dan tidak mau tahu mau di depan sempit atau tidak yang penting duluan. Terasa makin serem kalau dibayangkan 10-20 tahun kjedepan apa jadinya negeri ini.

Kembali ke bunyi TITIT setiap kali di lampu lalu lintas atau macet. Saya herankan kadang orang yang dengan busana agamis dan berpenampilan rapi bertindak seronok. Kan tidak lucu juga orang kelihatan pintar tapi tolol tentang hal semacam ini. Seperti tulisan saya yang tentang polisi di bawah yang menggambarkan polisi yang jadi pusat perhatian karena kecerobohannya. Saya tidak mengajarkan atau menggurui seseorang dalam hal ini, tapi sekedar memberikan warning diri saya dan mungkin saja anda. Hidup ini harus di seimbangkan, hidup ini harus saling menghargai hak orang lain. Kalau saatnya menunggu ya sudah tunggu saja giliranya. Kalau lagi macet ya sudah jangan klakson-klakson kalau sudah waktunya macet terurai nanti juga akan berjalan seperti sediya kala. Kalau mau bereaksi mending jalan kedepan cari solusi kenapa itu macet. Bukankah itu jauh lebih bijaksana? Kata pepatah kalau tidak bisa jadi jalan raya setidaknya kamu jadi jalan setapak menuju mata air. semangat...

0 comments:

Post a Comment