Thursday, January 17, 2013

Kalau gak mau bersyukur itu Goblok

0 comments

Judul itu memang sedikit mengandung konotasi negatif diakhir judul berupa kata “goblok”. Namun saya rasa itu masih mending bukankah sebenarnya kalau tidak mau bersyukur itu termasuk orang kafir? Ada sedikit perbedaan persepsi masyarakat tentang bodoh dengan goblok. Bodoh itu memang belum diberitahu tentang suatu hal. Namun kalau goblok itu dikasih tau malah tidak mau tau (tidak sadar).
Kita sebenarnya sering kali dikasih tahu, di beri ilmu dari kehidupan kita. Dari hari-hari yang kita jalani namun kita kadang suka cuek bebek dengan pelajaran itu. Kita cenderung mengabaikan tafakur alam, kondisi lingkungan dan lain sebagainya. Padahal dari situ kita dapat belajar banyak, kita dapat berbagai macam ilmu dari proses itu. Dulu ketika Rosulluloh pertama mendapatkan wahyu firman yang pertama adalah iqra. Iqra secara terminology bahasa artinya membaca, yang jadi pertanyaan apanya yang dibaca sedang Rosulluloh tidak dapat membaca dan menulis. Jawabannya adalah baca lingkunganmu, baca alam sekitarmu. Baca apa saja yang perlu kau baca dan kemudian aplikasikan di kehidupan sebagai rasa syukur. 
Aktivitas dan rutinitas kita jika kita mau membuka diri untuk membaca kita sebenarnya sudah banyak mendapatkan ilmu. Sesuai dengan judul yang saya buat tentang bersyukur, andai kita mau membaca lingkungan kita secara baik-baik kita akan menjadi pribadi yang lebih bersyukur. Bisa dibayangkan ketika anda berhenti di lampu merah, seberapa banyak anda menemui anak-anak meminta-minta, nenek-nenek meminta-minta. Saya rasa jumlahnya tidak sedikit namun pertanyaanya sedalam mana anda dan saya mampu memaknai apa yang kita saksikan itu? Jawabannya tergantung diri anda dan saya mau membuka mata hati atau menutup rapat.
Dilingkungan sekitar kita kita sering menemui orang-orang yang secara manusiawi kita anggap kurang beruntung. Namun kita janagn hanya merasa iba atau kasihan semata. Kita harus mengambil pelajaran hidup dari mereka. Mereka dengan hidup seadanya bisa bahagia, sedang kita? Kita di beri sedikit kesedihan dan kesusahan saja sudah mewek-mewek, menangis tidak jelas. Bandingkan dengan mereka mereka selalu ceria, mereka selau mampu bisa tersenyum dengan kondisi yang bagi saya dan anda mungkin anggap sebagai kesusahan.
Kita saat ini cenderung mengaku sebagai kaum yang katanya terdidik dan mengaku kaum intelektual. Namun nyatanya untuk rasa hidup kita jauh lebih ketinggalan jauh lebih bodoh dengan mereka yang nota bene mereka berpendidikan rendah. Atau jangan-jangan kita memang sudah terlalu sombong dan hanya mengagungkan teori belaka? Dengan praktek yang nol besar? Atau memang kita memang sudah lama terdidik untuk menjadi pribadi yang suka menggerutu dan putus asa. Entahlah yang jelas yang kita saksikan itu adalah nyatanya kehidupan saat ini.
Sayapun kadang suka malu sendiri ketika bertemu dengan orang-orang yang menurut pikiran jelek saya memiliki kekurangan atau ketidakberuntungan. Namun memiliki kualitas hidup yang luar biasa, memiliki control diri yang jauh lebih hebat dari saya yang secara teori mempelajarinya. Saya sebagai seorang yang berbeckground psikologi pun untuk mengkontrol diri, tenang, ceria, dan bersyukurpun begitu susah.
Bercengkramah dengan orang-orang yang memiliki kualitas hidup yang mendalam memang begitu menakjubkan. Mereka ketika ngobrol lebih totalitas, lebih mengerahkan pikiran dan hati mereka sehingga kita merasa nyambung dan enak. Saya pernah tidak bisa berbicara apa-apa ketika bertanya dengan nenek di pinggir jalan, apa nenek bahagia? Dengan santainya menjawab “iyo niki urip kulo mas, nggeh kudu kulo sukuri”. Control diri yang luar biasa bukan? Mereka bisa mngolah perasaan mereka dengan begitu tertata rapi. Menurut saya begitu menakjubkan dan langka di zaman yang orang sudah saling kejar-kejaran mengejar dunia. Ada manusia yang masih bisa menikmati kehidupan, meski tidak mengucapkan kata syukur namun kata itu mengandung rasa syukur yang jauh lebih mendalam.
Syukur bukan hanya persoalan Alhamdulillah,  atau ucapan-ucapan lainya. Tapi lebih mengaktualisasikan dalam hidupnya. Syukur sendiri juga tidak hanya masalah mendapatkan kenikmatan semata namun segala hal yang ada di dunia ini harus disyukuri. Karena dengan rasa syukur inilah kadar beban kita berkurang lebih cepat. Untuk bersyukur jangan terlalu memandang ke atas, pandang ke atas untuk memotivasi. Kalau ingin lebih beryukur sering jadi pembaca lingkungan sekitar. Pandangan orang yang kurang beruntung dari kita. Pelajari cara mereka mengkontrol kehidupan ini. Semoga kita tergolong manusi yang bersyukur.

0 comments:

Post a Comment