Judul itu
memang sedikit mengandung konotasi negatif diakhir judul berupa kata “goblok”. Namun
saya rasa itu masih mending bukankah sebenarnya kalau tidak mau bersyukur itu
termasuk orang kafir? Ada sedikit perbedaan persepsi masyarakat tentang bodoh
dengan goblok. Bodoh itu memang belum diberitahu tentang suatu hal. Namun kalau
goblok itu dikasih tau malah tidak mau tau (tidak sadar).
Kita sebenarnya
sering kali dikasih tahu, di beri ilmu dari kehidupan kita. Dari hari-hari yang
kita jalani namun kita kadang suka cuek bebek dengan pelajaran itu. Kita cenderung
mengabaikan tafakur alam, kondisi lingkungan dan lain sebagainya. Padahal dari
situ kita dapat belajar banyak, kita dapat berbagai macam ilmu dari proses itu.
Dulu ketika Rosulluloh pertama mendapatkan wahyu firman yang pertama adalah
iqra. Iqra secara terminology bahasa artinya membaca, yang jadi pertanyaan
apanya yang dibaca sedang Rosulluloh tidak dapat membaca dan menulis. Jawabannya
adalah baca lingkunganmu, baca alam sekitarmu. Baca apa saja yang perlu kau
baca dan kemudian aplikasikan di kehidupan sebagai rasa syukur.
Aktivitas dan
rutinitas kita jika kita mau membuka diri untuk membaca kita sebenarnya sudah
banyak mendapatkan ilmu. Sesuai dengan judul yang saya buat tentang bersyukur,
andai kita mau membaca lingkungan kita secara baik-baik kita akan menjadi
pribadi yang lebih bersyukur. Bisa dibayangkan ketika anda berhenti di lampu
merah, seberapa banyak anda menemui anak-anak meminta-minta, nenek-nenek
meminta-minta. Saya rasa jumlahnya tidak sedikit namun pertanyaanya sedalam
mana anda dan saya mampu memaknai apa yang kita saksikan itu? Jawabannya tergantung
diri anda dan saya mau membuka mata hati atau menutup rapat.
Dilingkungan sekitar
kita kita sering menemui orang-orang yang secara manusiawi kita anggap kurang
beruntung. Namun kita janagn hanya merasa iba atau kasihan semata. Kita harus
mengambil pelajaran hidup dari mereka. Mereka dengan hidup seadanya bisa
bahagia, sedang kita? Kita di beri sedikit kesedihan dan kesusahan saja sudah
mewek-mewek, menangis tidak jelas. Bandingkan dengan mereka mereka selalu
ceria, mereka selau mampu bisa tersenyum dengan kondisi yang bagi saya dan anda
mungkin anggap sebagai kesusahan.
Kita saat ini
cenderung mengaku sebagai kaum yang katanya terdidik dan mengaku kaum
intelektual. Namun nyatanya untuk rasa hidup kita jauh lebih ketinggalan jauh
lebih bodoh dengan mereka yang nota bene mereka berpendidikan rendah. Atau jangan-jangan
kita memang sudah terlalu sombong dan hanya mengagungkan teori belaka? Dengan praktek
yang nol besar? Atau memang kita memang sudah lama terdidik untuk menjadi
pribadi yang suka menggerutu dan putus asa. Entahlah yang jelas yang kita
saksikan itu adalah nyatanya kehidupan saat ini.
Sayapun kadang
suka malu sendiri ketika bertemu dengan orang-orang yang menurut pikiran jelek
saya memiliki kekurangan atau ketidakberuntungan. Namun memiliki kualitas hidup
yang luar biasa, memiliki control diri yang jauh lebih hebat dari saya yang
secara teori mempelajarinya. Saya sebagai seorang yang berbeckground psikologi pun
untuk mengkontrol diri, tenang, ceria, dan bersyukurpun begitu susah.
Bercengkramah dengan
orang-orang yang memiliki kualitas hidup yang mendalam memang begitu
menakjubkan. Mereka ketika ngobrol lebih totalitas, lebih mengerahkan pikiran
dan hati mereka sehingga kita merasa nyambung dan enak. Saya pernah tidak bisa
berbicara apa-apa ketika bertanya dengan nenek di pinggir jalan, apa nenek
bahagia? Dengan santainya menjawab “iyo niki urip kulo mas, nggeh kudu kulo
sukuri”. Control diri yang luar biasa bukan? Mereka bisa mngolah perasaan
mereka dengan begitu tertata rapi. Menurut saya begitu menakjubkan dan langka
di zaman yang orang sudah saling kejar-kejaran mengejar dunia. Ada manusia yang
masih bisa menikmati kehidupan, meski tidak mengucapkan kata syukur namun kata
itu mengandung rasa syukur yang jauh lebih mendalam.
Syukur bukan
hanya persoalan Alhamdulillah, atau
ucapan-ucapan lainya. Tapi lebih mengaktualisasikan dalam hidupnya. Syukur sendiri
juga tidak hanya masalah mendapatkan kenikmatan semata namun segala hal yang
ada di dunia ini harus disyukuri. Karena dengan rasa syukur inilah kadar beban
kita berkurang lebih cepat. Untuk bersyukur jangan terlalu memandang ke atas,
pandang ke atas untuk memotivasi. Kalau ingin lebih beryukur sering jadi
pembaca lingkungan sekitar. Pandangan orang yang kurang beruntung dari kita. Pelajari
cara mereka mengkontrol kehidupan ini. Semoga kita tergolong manusi yang
bersyukur.
0 comments:
Post a Comment