Thursday, January 24, 2013

Beban Turun kebawah memang Berat

0 comments

Iklan suatu produk susu yang menonjolkan dampak ostioporosis (kerusakan pada tulang) karena kekurangan suatu nutrisi membaut ku kadang tercengang. Bukan masalah susu itu bagus atau gak saya sendiri juga tidak pernah minum. Ataupun iklan nya mengadung seni tinggi saya rasa juga sama saja pada iklan pada umumnya.  Namun yang saya cengangkan itu pada stetment yang menyatakan bahwasanya turun ke bawah/ berjalan kebawah itu sama halnya dengan 6x beban berjalan ke atas (menanjak). Kata atau bisa di bilang statement yang itu yang membuat saya agak sedikit mengerutkan dahi dan bertanya-tanya iya juga yah? Iya juga yah?
Saya seperti biasanya sok menganalogikan dengan kehidupan yang kita jalani saat ini. Kehidupan memang tak pernah jauh dari naik turunya atau bergantinya tentunya dengan waktu yang tiada bisa kita duga. Ketidak terduganya ini yang kadang-kadang membuat kita merasa terlalu sakit, terlalu duka, terlalu dan terlalu lainya. Apa yang kita selama ini mungkin prediksikan tiba-tiba tiada seperti yang kita keinginkan. Apa yang kita nikmati tiba-tiba hilang, tiba-tiba pergi entah kemana.
Mungkin kata-kata itu atau penelitian bahwa jalan ke bawah itu lebih berat dari jalan keatas juga terinspirasi dari hidup. Tapi hipotesis konyol saya ini tak perlu membuat anda mengkerutkan dahi karena mungkin kebelinger. Tetapi memang kenyataanya orang yang tadinya hidup senang kemudian susah itu akan terasa sulit untuk beradaptasi. Beban yang dirasakan jauh lebih berat ketimbang saat-saat dimana dia mulai menanjak kariernya. Hidup dalam derita bukanlah pilihan orang-orang. Bahkan sangat dihindari untuk hidup seperti ini. Semua orang akan selalu mendambakan hidup bahagia dan sejahtera.
Sahabat saya pernah berkata seperti itu menganalogikan jalan turun dengan hidup seseorang. Tentunya saya makin bertanya-tanya, kenapa ada juga yang berpikir seperti saya. Dan saya rasa jika anda pernah mengalami apa yang dimnamakan susah, dinamakan derita anda akan berkata sama. Turun itu lebih berat dari pada naik. Celakanya saya sering mempraktekan ketika saya membawa motor turun, saya menghabiskan tenaga ekstra ketimbang naik. Orang yang jatuh saat menanjak itu lukanya ringan tapi ketika jatuh saat menurun apalagi terjal jangan tanya seberapa parah luka yang diderita.
Menikmati kehidupan memang bukanlah perkara yang mudah. menikmati perjalanan ke bawah memang bukanlah perkara yang biasa. Akan ada energy lebih yang dikeluarkan, namun semua itu memang harus kita lalui. Semua itu harus mampu menjadikan diri kita jauh lebih baik, jauh lebih bijak mesti sulit.
Menurun ataupun menanjak itu hanyalah sebuah jalan yang harus di lalui seorang manusia agar sampai dikeabadian dan kedamaian. Kalau kita mau sampai mau tidak mau harus di lalui dengan atau alat yang membantu kita. Ataupun denagn atau tanpa yang sudi mengulurkan tangan dan menggengam tangan kita. Hidup ini akan terus berjalan dan tugas kita mengejar dimensi yang yang tertinggal jauh. Tugas kita memalui jalan itu. Menikmati langkah kecil kita dengan penuh kehati-hatian.
Semua orang atau setiap orang memiliki ataupun stidaknya pasti pernah merasakan rasanya berjalan menurun. Apalagi berjalan dikehidupan ini, derita dan air mata harusnya menjadikan kita tabah, menjadikan kita kuat bukan malah seakan menampakan bahwa kita lemah. Ada banyak orang yang menjalani kehidupan ini dengan terlalu di dramatisir. Sebagian orang menganggap derita itu takdir, sebagian menganggap derita seperti orang yang berjalan menurun. Sebagian orang berusaha menerima keadaan dengan terus berusaha dan berterima kasih ke Tuhan nya. Sebagian lagi pura-pura diam tapi sbenarnya menolak derita yang ujung-ujungnya tiada menjadi manusia yang mampu menerima keadaan.  Manusia yang selalu ketika ada permasalahan berlari, kemudian menganggungkan masa lalu.
Orang yang berjalan kebawah seharusnya tak perlu melihat ke atas tapi tetaplah focus pada jalan. Melihat ke atas adalah melihat masa lalu kita. kita akan terpleset dan ujung-ujungnya kita akan jauh lebih sakit. Banyak orang yang terjebak masa lalunya, mereka menjadi pribadi yang apatis, menjadi pribadi yang susah untuk dikendalikan dan kaku.
Setiap orang punya masa lalu, tapi kenapa diantara mereka hidup dimasa depan karena masa lalu. Dan ada juga yang mati karena masa lalu. Dan parahnya hidup saat ini tapi seperti hidup di masa lalu. Orang yang tidak mampu bangkit dari masa lalu hanya akan menjadi bulan-bulanan derita masa lalu.
Orang yang hanya berjalan di datar hanya akan hidup sperti anak kecil di pedesaan yang naik turun menapaki jalan. Kualitas kekuatan atau antibody juga berbeda jauh mereka yang terbiasa seperti anak tadi jarang terkena pernyakit. Itulah gambaran kecilnya, orang yang terbiasa dan berusaha menikmati turunan dan tanjakan di hidup ini akan jauh lebih siap dan tegar menjalani kehidupan ini.

0 comments:

Post a Comment