Friday, December 21, 2012

Bukan Modern tapi Edan

0 comments


                Hidup dengan berbagai macam tipe manusia memang membuthkan rasa pengertian yang luar biasa. Rasa itu yang akan menumbuhkan solidaritas, gotong royong, saling menghargai satu sama lain. Dengan rasa yang seperti inilah kehidupan di tengah masyarakat akan menjadi lebih harmonis. Namun sayangnya kehidupan semacam ini mungkin jarang sekali kita jumpai di masyarakat modern seperti saat ini. Bayangkan saja untuk bekerja sama (gotong royong) membersihkan lingkungan sekitar setiap bulan pada hari minggu menjadi momok yang menakutkan. Dengan berbagai alasan mereka akan cenderung menolak dan enggan untuk datang membersihkan selokan yang macet atau sekedar nyapu lingkungan bersama. Masyarakat sekarang lebih senang membayar orang untuk membersihkan selokan atau menyapu jalan ketimbang gotong royong membersihkannya.
                Gotong royong pada hakekatnya menyimpan nilai-nilai luhur yang tinggi yang diamalkan oleh leluhur kita. Gotong royong mengeratkan rasa persatuan dan kesatuan warga dalam satu kompleks ataupun satu desa. Betapa banyak sekarang rumah kemalingan dan tetangganya melihat di biarkan saja karena tidak ada rasa kekeluargaan yang terbangun. Mereka cenderung tak acuh dengan apapun yang di lakukan tetangganya dengan bedalih tidak mau ikut campur urusan orang lain. Nah cara pandang semacam inilah yang makin memperkeruh kondisi solidaritas masyarakat.
Dengan alasan takut ikut campur urusan orang lain, orang mebiarkan tetangganya bikin bom kan bahaya sekali? Dengan alasan tidak mau ikut campur urusan orang lain mayat sudah membusuk berminggu-minggu baru di ketahui, kan aneh sekali? Barang kali kita juga mungkin salah satu dari orang yang tidak mau tau kondisi tetangga kita. Mau mereka kelaperan atau tidak yang penting tidak ikut campur. Mau mereka gantung diri, mau mereka membuat bom intinya kita tidak ikut campur. Istilah kerenya loe loe gue gue.
Pada saat saya masih kecil di desa saya masih ada tradisi kalau jam 9 pagi antara tetangga dan tetangga yang lainya saling memberikan satu piring penuh nasi dengn sayuranya. Dan itu dilakukan hampir semua warga di sekitar rumah kanan kiri depan belakang. Namun sekarang hal itu sudah tinggal kenangan. Virus orang modern ternyata menjangkit orang pedesaan yang lugu. Mereka mulai sok hidup seperti orang-orang modern yang cenderung cuek dan individualis. Beranda rumah-rumah yang dulunya sering buat bermain anak-anak desa kini dip agar rapat. Heranya orang tua juga memfasilitas alat-alat permainan seperti PS, Tablet dan sejenisnya. Anak yang tadinya suka bermain lari-lari, kelereng berubah 180 derajat menajadi mentelengi televisi. Rasa tidak solidaritas pun sekarang mulai di tanamkan di benak anak-anak. Edan bukan?
Jadi sekarang kalau ada permasalahan sosial yang ada disekitar kita jangan terlalu cepat menyalahkan pihak lain. Koreksi dulu perilaku kita di sosial sudah baik apa belum? Jangan-jangan kita juga menyumbang atas permasalahan yang ada. Marilah kita mengamalkan kembali warisan nenek moyang kita yang mengajarkan nilai moral yang luar biasa. Boleh menjadi masyarakat modern namun bukan berarti melupakan ajaran yang telah ada, apalagi itu demi kebaikan. 

0 comments:

Post a Comment